0'7

3K 365 17
                                    

Ditengah perjalan menuju rumah Lisa, ponsel Jevan begetar. Jevan bisa merasakan getaran tersebut dengan sangat jelas, karena ponselnya ada disaku celananya. Jevan berhenti ditepi jalan, Lisa mengerutkan dahinya bingung.

"Sebentar ada yang nelpon." Ujar Jevan agar Lisa tak bertanya mengapa ia berhenti ditepi jalan seperti saat ini, ia mengambil ponselnya yang berada disaku celananya.

"Siapa?" Tanya Lisa penasaran.

"Nyokap gue." Jevan menunjukkan layar ponselnya. Lisa hanya diam tak menjawab.

"Assalamualaikum Jevan." Ibu Jevan mengawali percakapan dengan salam.

"Waalaikumsalam bunda." Jawab Jevan. Lisa terkejut, Lisa itu sangat menyukai laki-laki yang memanggil ibunya dengan sebutan Bunda, menurut Lisa itu sangatlah menggemaskan.

"Kamu masih disekolah?" Tanya Yuna kepada anak sulungnya itu.

"Lagi dijalan bunda."

"Udah deket?"

"Udah kok, tapi aku nganterin temenku kerumahnya dulu, searah soalnya. Kenapa?" Tanya Jevan setelah menjawab pertanyaan dari ibunya.

"Tolong mampir ke supermarket sebentar, beliin bunda pembalut."

"Hah? aku cowok, masa disuruh beli gituan? suruh Auryn aja bun, kalo ga Aurel deh. Aku gak ngerti bunda."

"Adek kembar kamu itu dua-duanya lagi diluar. Oh iya, sekalian beliin popok bayi. Nanti duit bulanan kamu, bunda tambahin." Ucapan akhir bundanya itu sukses membuat Jevan tersumringah senang

"Popok buat siapa?" Tanya Jevan, ia tak mempunyai adik yang masih bayi.

"Buat Salma." Jawab Bunda Jevan, Salma adalah sepupu Jevan.

"Loh? ada Salma dirumah?" Jevan sangat menyukai anak kecil, ia sangat sayang dengan sepupunya yang masih kecil itu.

"Iya, tadi Fani nitipin dia ke bunda. Yaudah sana beli je!" Kata Bunda Jevan.

"Harus banget aku ya bun?" Tanya Jevan sekali lagi.

"Iya, cepetan." Lalu panggilan tersebut dimatikan secara sepihak oleh ibunya.

"Lisa, ke supermarket bentar ya?"

"Lo disuruh beli pembalut ya? yaudah ntar gue bantuin, sekalian gue mau jajan juga." Ucap Lisa yang berniat membantu Jevan.

"Iya." Jawab Jevan singkat.

"JEVAN! HAMPIR AJA GUE JATOH." Lisa memukul pundak Jevan ketika Jevan menancapkan gas motornya, tahu kan? jika jok belakang vespa itu tak ada penyangganya.

"Makanya pegangan yang bener." Jevan menarik tangan Lisa kembali, memasukkannya kedalam saku hoodienya.

"Ini tuh lo beneran modusin gue ya?" Ujar Lisa karena posisi mereka yang seperti Lisa memeluk Jevan dari belakang.

"Emang." Canda Jevan.

"Kurang ajar." Balas Lisa yang mana membuat Jevan terkekeh puas.


***

Sesampainya disupermarket, Lisa langsung turun dari vespa milik Jevan itu, dan membuka helmnya tetapi pengaman helm itu tiba-tiba tidak bisa terbuka. Lisa berusaha sebisa mungkin tetapi nihil, Lisa akhirnya meminta bantuan Jevan.

"Jevan, ini helmnya gak bisa lepas." Lisa meminta bantuan ke Jevan untuk melepas helm yang ia pakai sekarang.

"Sini." Suruh Jevan karena memang jarak ia dan Lisa sedikit berjauhan.

Certainty | Local auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang