Suara pisau yang berpalu dengan talenan menyeruak masuk ke telinga Taeyong. Perlahan-lahan ia membuka mata dan mengedarkan pandangannya. Aroma tumisan bawang putih menggoda penciumannya. Taeyong bangkit perlahan dan merasakan ada yang jatuh dari dahinya, sesuatu yang dingin, nampaknya washlap bekas kompresan. Taeyong kemudian duduk di pinggir tempat tidurnya dan ia tertegun mengingat sesuatu.
Taeyong bangun dan berjalan ke arah dapur, dilihatnya seorang perempuan yang sangat dikenalnya sedang sibuk membuat sesuatu di sana.
"Jisoo?" Panggilnya pelan. Perempuan itu sontak menoleh dan segera menghentikan kegiatannya. Ia berjalan ke arah Taeyong yang berdiri di dekat pintu.
"Kamu udah baikan?" tanya Jisoo, matanya meneliti setiap inci wajah Taeyong yang masih sedikit pucat.
Jisoo kemudian menyentuh dahi Taeyong dengan punggung tangannya. Ia menghela napas lega karena lelaki itu tak lagi sepanas kemarin.
Taeyong masih membeku di tempatnya, mengamati semi-semi rambut Jisoo yang menempel di dahinya karena keringat-keringat tipis.
"Aku masak sesuatu bentar lagi matang." Ucap Jisoo sambil tersenyum tipis.
Taeyong terbengong.
"Taeyong?" Panggil Jisoo menyadari lelaki itu masih mematung selama beberapa detik. Lelaki itu mengerjap.
"I-iya.." Sahutnya pelan.
Jisoo kemudian menuntun Taeyong untuk duduk di kursi meja makan.
"Tunggu bentar ya." Jisoo bergegas kembali melanjutkan masakannya setelah memastikan Taeyong duduk.
Taeyong kemudian melihat sekeliling, ia menyadari rumahnya yang berantakan kini tampak rapi. Taeyong juga menyadari tumpukan cuciannya sudah tergantung rapi di jemuran belakang. Hatinya berdesir.
Beberapa saat kemudian Jisoo mendekat dengan dua mangkuk sup di tangannya. Ia menata makanan di atas meja dan menyiapkan air minum kemudian duduk di hadapan Taeyong.
"Ayo makan." Ajak Jisoo
Ia mendorong mangkuk berisi nasi ke dekat Taeyong. Lelaki itu hanya mengamati gerak-gerik Jisoo.
"Jangan banyak berpikir." Celetuk Jisoo kemudian, sambil menyendok nasi ke mulutnya, "Aku cuma nggak mau kamu mati kelaparan."
Taeyong berdehem, lantas bergerak untuk mulai menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Hangat. Rasa makanan itu sangat hangat. Nafsu makannya yang sudah hilang sejak beberapa hari terakhir seolah kembali lagi.
Mereka berdua makan dalam suasana hikmad. Tidak ada yg membuka suara, masing masing hanya fokus menikmati makanan. Hal yg biasa terjadi saat mereka masih bersama dulu.
Jisoo tiba-tiba meletakkan garpunya.
"Gimana rasanya?" tanya Jisoo.
Taeyong mendongak, "Enak." jawabnya langsung, karena memang benar rasanya enak menurut Taeyong
"Kamu gimana rasanya?" Tanya Jisoo ulang.
Taeyong mengernyit, kemudian ia paham maksud Jisoo lalu berusaha menarik ujung bibirnya,
"Masih pusing, Jis." Jawabnya dengan suara yang masih agak lemah.
Hati Jisoo tiba-tiba terenyuh. Bukan karena apa, tapi sepertinya ini kali pertama Taeyong mengeluh padanya, walau hanya sekedar mengeluh merasa pusing.
"Selama ini kamu makannya gimana? Ramyeon terus?" Tanya Jisoo lagi.
Samar-samar Taeyong mengangguk, "Aku kan nggak bisa masak." Jawabnya sambil menggaruk tengkuk, "Makanan di luar nggak enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Path [Taesoo] ✔️
RomanceAku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ternyata Tuhan telah menyediakan sejuta jalan untuk menyatukan kami berdua... . . A story of Taeyong and Jisoo.. 💞A Million Path💞 #3 on...