17. Ramyeon

1.5K 307 27
                                    

Jisoo meletakkan panci panas itu di atas meja dengan hati-hati. Setelah ia membuka tutup pancinya dan membiarkan kepulan asap menguap dari sana lantas ia meletakkan lap tangan yang tadi ia pakai. Jisoo kemudian duduk di kursi dan memberikan sepasang sumpit pada Taeyong yang juga sedang duduk anteng di depannya. Laki-laki itu masih mengenakan kemeja kerjanya dengan dua kancing paling tas yang terbuka dan lengan baju yang dilipat sampai siku.

"Ayo makan." Tawar Jisoo, sambil mengangkat mangkuk kecil miliknya.

Taeyong tersenyum lantas mengikuti Jisoo mengambil ramyeon dengan sumpitnya. Tanpa banyak berkomentar Taeyong dan Jisoo melahap ramyeon itu dengan hikmad, sesekali harus mengap-mangap karena panas, membuat pipi keduanya ikut memerah.

Setelah menyeruput kuah ramyeon yang nikmat itu, Taeyong lantas menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil bersendawa kecil.

"Sudah lama sekali sejak aku makan ramyeon buatanmu." Celetuknya.

"Ternyata kamu masih belum bosan makan remyeon." Kekeh Jisoo. Ia meletakkan sumpitnya lantas mulai menuangkan air minum lalu menyodorkannya pada Taeyong.

Taeyong menerima gelas berisi air putih itu lantas meminumnya. Ia spontan mencegat tangan Jisoo Ketika gadis itu hendak merapikan panci dan mangkuk mereka.

"Biar aku aja." Ucap Taeyong sembari segera mengambil panci dan mangkuk-mangkuk itu lalu membawanya ke tempat cuci piring.

"Eh, Taeyong, sini biar aku aja." Jisoo menyusul Taeyong yang sudah mulai menghidupkan keran dan menuangkan sabun cuci piring di atas sponge.

"Ngga apa-apa Jis. Kan tadi kamu udah masakin. Sekarang biar aku yang cuci." Ucap Taeyong lembut, lalu mendorong pelan badan Jisoo agar menjauh dan membiarkan dirinya mencuci. Gadis itu termangu memandangi punggung Taeyong yang agak membungkuk sambil mencuci perabotan itu. Hatinya terenyuh, ini pertama kalinya. Bahkan dulu saat mereka masih menikah, Jisoo tidak pernah melihat pemandangan ini. Tanpa sadar gadis itu tersenyum. Hatinya yang sejak tadi gelisah entah kenapa terasa sangat ringan sekarang. Jisoo ingat betapa uring-uringannya dirinya belakangan ini, namun begitu melihat Tayeong ada di dekatnya, Jisoo merasa sangat lega. Andai saja dia dapat dengan mudah dan bebas mengatakan rasa rindunya. Andai saja tidak ada gengsi dan status 'itu' di antara mereka, andai saja dia dan Taeyong bukan dua orang yang memiliki masa lalu kelam. Jisoo ingin sekali memeluknya dan berkata keras-keras "Aku kangen banget sama kamu."

Jisoo kemudian berjalan ke arah sofa dan menyalakan televisi. Ia duduk di sana sambil menunggu Taeyong menyelesaikan kegiatannya.

Menikmati acara TV yang saat ini sedang menampilkan drama tengah malam, Jisoo tidak menyadari Taeyong yang berjalan ke arahnya dan sudah duduk di sampingnya. Aroma harum membuat Jisoo tertegun, nampaknya Taeyong sudah selesai mandi. Rambutnya bahkan masih basah.

"M-maaf aku nggak ada baju laki-laki." Ujar Jisoo menyadari Taeyong masih mengenakan kemejanya yang tadi.

"Nggak apa-apa." Jawab Taeyong sambil tersenyum. 

Mereka saling menatap beberapa saat, seolah-oah waktu sempat berhenti. Namun tidak lebih dari 10 detik, mereka sama-sama saling mengalihkan pandangan kembali. Mereka berdua memperbaiki posisi duduk mereka di atas sofa. Merasa sangat canggung dan seperti jantung akan meledak, Taeyong merutuki dirinya yang begitu pengecut. Setelah melakukan hal konyol dengan datang malam-malam menemui Jisoo, pada akhirnya taeyong cuma bisa diam karena tidak punya cukup nyali untuk bilang bahwa dia sangat merindukan Jisoo sampai-sampai ia kabur duluan dari dinas luar kotanya.

 Suara televisi dan denting jam memenuhi ruangan. Kedua mata mereka sama-sama tertuju pada tayangan di depan namun tak ada satu pun yang benar-benar menikmati acara tersebut.

"Jis.." Taeyong akhirnya membuka suara setelah sejak tadi keheningan menyelimuti mereka.

Jisoo kemudian menoleh "Hm?"

"Maaf aku gganggu malem-malem" Ucap Taeyong.

"N-nggak apa-apa, Yong.."

"Kamu nggak tidur? Ini udah jam 2." Cicit Taeyong. Jisoo kemudian melirik jam dinding yang ada di atas TV. Ia tertegun.

Gadis itu tampak memperbaiki kembali duduknya yang tidak nyaman. Seketika Jisoo bingung, apakah ia harus tidur dan menyuruh Taeyong pulang, ataukah dia harus mempersilahkan Taeyong untuk tidur juga. Tidak mungkin dia mengusir Taeyong pagi-pagi buta, kan?

"Kamu pasti capek ya.." Gumam Jisoo. "Emm..itu..kamu mau-"

"Kamu masuk aja ke kamar, Jis. Bia raku tidur di sofa." Potong Tayeong langsung. Jisoo Kembali tertegun, sedikit bersyukur karena taeyong langsung memutuskan. Tidak banyak basa-basi, gadis itu langsung mengangguk setuju. Ia lantas bergegas masuk ke kamarnya.

Sampai di kamar Jisoo menghela napas panjang. Namun sedetik kemudian ia merutuki dirinya yang meninggalkan taeyong begitu saja di luar. Jisoo lantas mengambil sleimut dan bantal lalu membawanya ke luar.

"Kamu nggak apa-apa tidur di sofa?" Jisoo menghampiri Taeyong yang sudah mulai merebahkan dirinya.

"Kamu mau aku pulang?" Tanya Taeyong. "Oke, aku pulang aja kalo gitu."

"Eh bukan gitu.." Jisoo langsung mencegat Taeyong yang mau bangkit dari sofa. 

"Trus kamu mau aku tidur dimana?" Tanya Taeyong. Jisoo langsung terkesiap, seketika tergagap.

"M-maksudku, di sini mungkin nggak nyaman, kalua nanti sakit punggung jangan salahin aku ya." Ujarnya,

Taeyong berusaha menyembunyikan senyum gelinya.

"Ini.." Jisoo lalu menyodorkan selimut dan bantal untuk Taeyong.

"Makasih, Jis." Taeyong menerima bantal dan selimut pemberian Jisoo.

Jisoo mengangguk, "Selamat tidur." Ucapnya dengan suara pelan lantas kembali melenggang masuk ke kamarnya.

Malam itu, ah tidak, di hari yang menjelang pagi itu akhirnya Jisoo tidak bisa tidur sama sekali dan sibuk membayangkan apa yang akan terjadi nanti ketika matahari sudah terbit.

.

.

Keesokan paginya, Jisoo memasakkan sarapan untuk Taeyong. Hatinya terasa agak aneh karena entah kenapa ia merasa seperti de javu. Dulu kegiatan ini setiap hari ia lakukan, membuat sarapan setelah semalam berpikir keras mengenai menu apa yang akan dibuat.

"Jisoo.." Taeyong yang ternyata baru bangun berjalan menghampiri Jisoo ke dapur.

"Eh, udah bangun?" Tanya Jisoo basa-basi.

Taeyong berdehem. Ia lalu duduk di kursi meja makan dan memperhatikan Jisoo. Jisoo yang merasa dirinya di perhatikan langsung menoleh Kembali pada Taeyong.

"Kamu nggak mandi?" Jisoo menunjuk jam dinding. "Udah jam setengah 8, kamu hari ini ke hotel kan."

Taeyong menggeleng. Kembali menghela napas. "Aku libur hari ini." Sahutnya. Jisoo tampak menghentikan kegiatannya sejenak lantas sembunyi-sembunyi tersenyum.

"Kamu berangkat kerja jam berapa, biar aku anter. Sekalian balik ke apartemen" Ucap Taeyong.

Jisoo mematikan kompor, lalu meniriskan sayur yang ia buat ke atas piring. Setelah itu ia menghampiri Taeyong sambil membawa sarapan yang sudah siap.

"Hari ini aku juga libur." Ucap Jisoo sembari duduk. "Kak Seulgi dan Doyoung pulang kampung karena ada saudara yang meninggal."

Tanpa sadar senyum Taeyong merekah. Jisoo pun ikut menarik sudut bibirnya. Dan akhirnya mereka mulai menyantap sarapan mereka dengan perasaan menggebu-gebu yang sulit dideskripsikan.

.

.

"Kamu mau jalan-jalan nggak, Jis?"



"Boleh."

.

.

tbc

Maaf pendek. 

Next part segera. 

Thankyou.

A Million Path [Taesoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang