Surai rambut panjang Jisoo yg menutupi wajahnya diterbangkan oleh angin malam itu, membuat wajah lelahnya kini terlihat dengan jelas.
Hening. Selama beberapa detik mereka hanya saling menatap, meneliti wajah satu sama lain. Seolah belum percaya dengan siapa mereka berhadapan saat ini.
Tangan Jisoo yang tadi bersembunyi dibalik jaketnya bergerak dan menunjukkan sebuah dompet hitam. Jisoo menatap dompet di tangannya dan Taeyong secara bergantian. Sementara lelaki itu masih membeku.
Bagaimana bisa?
Jisoo sempat berpikir untuk kabur saja. Ia sudah berencana untuk melupakan masa lalunya, tapi mengapa mantan suaminya malah ada di sini sekarang, di hadapannya.
Ah chu~!
Tiba-tiba Taeyong bersin dan memecah keheningan. Jisoo terkesiap dan spontan memundurkan wajahnya.
.
.
Jisoo meletakkan secangkir teh hangat di atas meja. Taeyong menatap kepulan asap dari cangkir di hadapannya. Sedetik kemudian dia menyeruputnya dengan hati-hati.
Jisoo kemudian meletakkan dompet hitam itu di atas meja di hadapan Taeyong sembari duduk di hadapannya.
"Ini dompetmu." Ucapnya.
"Makasih." Taeyong mengambil dompet itu dan meletakkannya di dalam saku celananya.
Hening lagi. Yang terdengar hanya suara seruputan teh Taeyong. Sangat canggung. Dari sudut matanya Jisoo dapat melihat hidung Taeyong memerah. Dia pasti terserang flu.
"Jadi temannya Yuta itu kamu?" Tanya Jisoo akhirnya, memulai percakapan.
"Kamu kenal Yuta?" Tanya Taeyong balik.
Jisoo mengangguk, "Kami ketemu di seminar kemarin."
Taeyong berpikir sejenak, lalu mengangguk. Pantas saja, batinnya.
"Jadi ini restoranmu?" Kali ini Taeyong membuka topik.
"Mmm.. " Angguk Jisoo "Cuma restoran kecil."
Taeyong tersenyum tipis. Batinnya terheran-heran. Jika Jisoo ada di seminar kemarin, mengapa dia tidak melihatnya. Lalu tadi siang dia bahkan makan siang di sini. Dan lagi, cumi goreng tepung itu..Seharusnya Taeyong langsung menyadarinya karena masakan itu sangat familiar untuknya.
Taeyong sudah sangat sering memakannnya selama beberapa tahun terakhir. Bagaimana mungkin dia melupakan rasa itu.
"Udah malem. Aku harus pulang." Jisoo bangkit dari duduknya, memberi isyarat agar Taeyong mengikuti.
Mereka pun keluar dari restoran. Taeyong menunggu sampai Jisoo selesai menggembok pintu restorannya.
"Maaf Jis, gara-gara dompetku kamu jadi pulang telat." Ujar Taeyong merasa tidak enak.
Jisoo tersenyum tipis. Mata ngantuknya menyipit. "Lain kali hati-hati" Jawabnya.
Tidak ingin berlama-lama dalam kecanggungan ini, Jisoo pun pamit.
"Aku duluan ya." Pamit Jisoo lalu berbalik dan berjalan menjauh.
Taeyong memandangi punggung gadis itu beberapa saat. Taeyong menyadari rambut Jisoo sudah bertambah panjang. Taeyong kemudian berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Seperti de javu, mereka kembali berjalan menjauhi satu sama lain.
Sementara itu Jisoo menghela napas panjangnya. Jujur saja ia masih sedikit kaget atas pertemuan tiba-tiba dan penuh kebetulan ini.
Kenapa dunia sempit sekali, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Path [Taesoo] ✔️
RomanceAku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ternyata Tuhan telah menyediakan sejuta jalan untuk menyatukan kami berdua... . . A story of Taeyong and Jisoo.. 💞A Million Path💞 #3 on...