4. Lunch

2.7K 490 30
                                    

Jisoo mengeratkan jaketnya ketika merasakan angin laut menyusup ke sela-sela pakaiannya.

"Paman, dapat ikan apa hari ini?" Seru Jisoo sambil mendekat pada nelayan yang baru saja selesai menepikan perahunya.

"Aku punya banyak ikan kakap merah." Sebut Taeil, si nelayan tempat langganan Jisoo membeli ikan. 

Seperti hari-hari biasa, di pagi hari bahkan sebelum matahari benar-benar terbit Jisoo sudah berada di pantai untuk membeli langsung bahan masakan pada nelayan demi mendapat harga lebih murah. Dia pun sudah terbiasa dengan angin laut yang cukup kencang sejak tinggal di daerah dekat pantai ini.

"Lain kali suruh Doyoung yang kesini. Belakangan ini udara makin dingin." Ujar Taeil perhatian.

"Nggak apa-apa. Aku suka pantai." Jawab Jisoo sambil tersenyum cerah. 

"Aku pulang dulu ya. Makasih Paman." Jisoo melambai sambil berlalu pergi membawa sekotak sterofoam ikan dan kawan-kawannya dengan motornya.

Di perjalanan pulang Jisoo melihat sebuah hotel yang nampaknya sudah akan dibuka. Beberapa orang sering berdatangan kesana beberapa hari terakhir. Letaknya berdekatan dengan gedung pertemuan tempat seminar kemarin.

"Wah, megahnya." Gumamnya sendiri. Saat pertama kali kesini Jisoo ingat hotel itu masih dalam proses pembangunan.

Selesai mengagumi keindahan hotel baru itu, ia kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke restoran yang terletak beberapa kilometer dari sana.

.

.

Sementara itu Taeyong bersama beberapa rekan kerjanya hari ini melakukan peninjauan ulang di Hotel baru yang akan segera dibuka. Hotel dekat pantai yang sudah dibagun sejak beberapa tahun lalu di mana perusahaannya menanam saham.

"Aku bisa masuk angin jika terus-terusan di sini." Yuta yang berada di sebelah taeyong mengusap-usap lengannya sambil bergidik.

A-choo! 

Tiba-tiba Taeyong bersin.

"Tuh, kan, apa aku bilang." Celetuk Yuta.

Taeyong mengusap hidungnya. "Ayo masuk." Ajak Taeyong, tidak ingin berada berlama-lama di luar hotel.

"Yong, kita makan siang dulu." Ajak Yuta sambil memegangi perutnya.

Taeyong melirik arlojinya. Dia belum terlalu lapar. Tapi jamnya sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Tidak terhitung memang berapa kali dia melewatkan makan siang. Mungkin dalam kamus hidupnya belakangan ini tidak ada yang namanya makan teratur. Rasanya sulit mencari makanan yang nyaman di lidahnya, apalagi sejak dia hidup sendirian. Taeyong kemudian teringat makanan yang ingin ia makan.

"Restoran yang menyediakan makanan kemarin-"

"Oke. Kita kesana." Belum selesai Taeyong bicara, Yuta sudah menyeretnya ke mobil dan membawa Taeyong menuju ke restoran itu.

Taeyong begitu saja mengikuti Yuta.  Dan disinilah mereka sekarang.

Doyoung menyambut mereka dan segera mempersilahkan mereka duduk.  Taeyong mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Tempat yang nyaman, pikirnya.

"Mau pesan apa?" Tanya Doyoung bersiap dengan note dan pulpen.

"Aku mau Ikan bakar dan.. sup kepala ikan. Minum es kelapa muda." Pesan Yuta.

"Aku cumi goreng tepung. Teh panas." Sebut Taeyong langsung tanpa membaca daftar menu.

"Cuma itu, Yong?" Tanya Yuta.

A Million Path [Taesoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang