Hari sudah semakin siang, siang menjemput sore hari.
Sore ini, Arga rencananya ingin mengajak Meyra kerumah bundanya.
Meskipun keadaan Meyra belum bisa sepenuhnya jalan, tapi sedari tadi Meyra uring-uringan dengan Arga, mengeluh tidak bebas, bosen 'lah, gak nafsu makan 'lah.
Akhirnya Arga menawarkan Meyra, untuk pergi kerumah bundanya dan Meyra langsung mengiya'kan, dengan kesepakatan berangkat sore hari.
Meyong
Gue dijalan, cepet siap siap!.
15.45KOK MENDADAK SIH!.
15.50Lo aja yang lola.
15.51Jangan ngebut! Awas aja ngebut!.
Gue lama!.
15.51Bukan apa-apa Meyra menyuruh Arga untuk tidak ngebut, hanya saja dirinya belum siap-siap.
Setelah beberapa menit, Meyra sudah siap dengan style nya. Kini ia menggunakan celana, dengan dipadukan kaos biasa.
Biasanya Meyra lebih suka menggunakan dress, tapi pikir Meyra Arga menggunakan motor jadi akan susah.
Tok...Tok...Tok.
Ketukan pintu, disusul dengan terbukanya pintu. Memperlihatkan ciptaan Tuhan yang hampir sempurna, tidak ada yang sempurna. Hanya hampir, karena manusia memiliki porsi masing-masing, bukan porsi makan.
"Ar! Gua tetep cakep kan?." Tanya Meyra.
"Udah jelek, tambah jelek." Kata Arga, dan duduk dikursi yang ada dipojok.
"Cantik gini dibilang jelek." Kata Meyra lalu mengibaskan rambutnya kebelakang, dan ditanggapi Arga seolah ia muntah.
"Yok berangkat!." Kata Meyra.
"Bentar."
"Napa lo?." Tanya Meyra.
"Tumben pake celana?." Tanya Arga, teliti banget pak.
"Pengen aja."
Lalu Arga dan Meyra dari kost Meyra tak lupa mengunci pintu. Dengan Meyra dipapah Arga.
"Mey."
"Apa?." Jawab Meyra.
"Emm, gak jadi deh." Meyra menanggapi hanya menatap Arga dengan dahi menyerngit, lalu mengalihkan pandangannya dan mengangkat bahunya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tunggu
РазноеSemuanya penuh dengan kebohongan. Laki-laki yang selalu baik dengannya, laki-laki yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Pergi. Setelah ia menyatakan cintanya kepadanya, belum sampai ia katakan bagaimana juga perasaannya, te...