Chapter 6

31 21 18
                                    

Dering handphone Meyra sudah berbunyi sepagi ini, dengan muka bantalnya, tangan Meyra bergerak mengambil handphone yang tergeletak dinakas samping ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dering handphone Meyra sudah berbunyi sepagi ini, dengan muka bantalnya, tangan Meyra bergerak mengambil handphone yang tergeletak dinakas samping ranjangnya.

Bapak Meyong is calling...

"Mey! Hari pertama kerja!." Tiba-tiba Arga mengejutkan Meyra.

"Gimana gue jalannya pak?." Tentu Meyra bingung, jalan kekamar mandi saja butuh perjuangan.

"Gue jemput. Jam 07.00 harus udah siap." Kata Arga tak terbantahkan.

"Hmm." Dehem Meyra, dan sambungan diputuskan sepihak oleh Arga, Meyra juga tidak mempermasalahkan itu.

Segera Meyra bersiap-siap, rasanya meyra ingin merangkak saja kalau begini, tapi kata dokter lumpuh Meyra hanya sementara dan akan cepat pulih jika sering berlatih jalan. Jadi jangan hanya diam saja, dan Meyra melakukan apa saran dokter, buktinya kaki Meyra sudah tidak terlalu sakit jika terjatuh.

06.58.

Meyra sedang menunggu jemputannya, dikursi tunggu yang ada disebelah parkiran kost nya.

Motor matic Arga sudah tiba tepat didepan kursi yang Meyra singgahi.

"Munduran dikit ngapa." Cibir Meyra.

"Napa tuh mata bengka?." Bukannya menjawab, Arga lebih penasaran dengan mata bengkak Meyra, padahal Arga sudah paham.

"Apasih nanyanya gak penting banget." Kesal Meyra.

"Eleh, galau ye buk." Ledek Meyra.

"Apasi, berangkat aja yok, udah jam tujuh lebih nih." Kata Meyra mengalihkan pembicaraan, Arga terkekeh menanggapi itu. Dan membantu Meyra berjalan.

"Kaki gue udah baikan loh Ar!." Girang Meyra menceritakan tentang perkembangan kakinya.

"Bagus dong, udah gak ngerepotin gue lagi." Kata Arga sangat bersyukur, seolah Arga sangat tidak rela membantu Meyra, padahal Arga sangat senang.

"Kalo gak ikhlas mending lo pergi aja dari hidup gue." Tiba-tiba Meyra berkata seperti itu.

Arga bingung, juga tertawa ringan. "Apasih Mey, gak jelas banget." Kata Arga, hati Arga tidak tenang.

∆∆∆

"Cape banget." Keluh Meyra.

"Namanya juga kerja mbak." Kata seorang kasir tempat dimana Meyra kerja.

"Iya sih." Gumam Meyra.

"Mey." Panggil Arga dari dapur belakang.

"Apa?." Tanya Meyra setengah teriak.

Arga keluar dari dapur dan menuju depan, dimana tempat duduk.

Naya, kasir tersebut melihat Arga dengan binar dimatanya seolah melihat berlian.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang