Chapter 3

35 29 16
                                    

"Iya gue tau Ar, gue tau gue salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya gue tau Ar, gue tau gue salah. Tapi kan-" Ucapan lirih Meyra dipotong oleh Arga.

"Lo egois Mey." Jawab Arga.

Detak jantung Meyra sangat cepat, apakah sefatal ini kesalahannya?.

Seketika Meyra yang membuang muka langsung menatap Arga, Arga yang ditatap Meyra mengalihkan pandangan dan duduknya, yang tadinya menghadap Meyra kini fokus kedepan.

"Sefatal apasih kesalahan gue Ar?." Tanya Meyra lirih.

"Fatal banget emang? Sampe lo bilang gue egois." Sambung Meyra.

Arga jadi tidak tega.

"Maafin gue." Bukan, bukan Meyra yang meminta maaf tetapi Arga.

"Maafin gue Mey, gue salah ngomong tadi." Sambungnya sambil menolehkan kepalanya menghadap Meyra.

Tawa ringan adalah balasan Meyra dari kalimat Arga.

"Baper."

"Maaf."

"Gak tau makasih ya lo Mey!." Kesal Arga sekaligus gemas akan tingkah Meyra, berbicara seperti itu dengan mulut dimajukan, sok imut.

"Sok imut deh Mey."

"Itu mulutnya ngapain dimaju-majuin? Minta dicium?."

Arga sekarang bebas, bebas menggoda Meyra atau sekedar curhat.

Dulu, ketika Arga ingin menggoda atau hanya sekedar bercanda semata pasti harus berpikir berulang-ulang.

Sekarang, syukur sudah bebas.

"Modus!." Jawab Meyra.

"Apaan modus, lo aja yang mau gue modusin."

"Dih, gue cewe yang keberapa dari cewe-cewe yang lo godain, hah!."

Arga tampak, berpikir tangannya seolah menghitung.

"1098, maybe." Jawab Arga.

"Cewe yang pertama siapa Ar?." Tanya Meyra penasaran.

Arga seolah memikir lagi, "Lo lah Mey! Masa gak inget sih." Batin Arga kesal, memang benar adanya perempuan pertama yang Arga goda adalah Meyra sendiri.

"Lupa." Jawab Arga singkat.

Mobil taksi sudah berhenti, setelah membayar taksi Arga dan Meyra turun dari mobil dengan Meyra yang dipapah Arga.

"Loh Mey, kenapa kakinya?." Tanya tetangga kos Meyra, seorang ibu-ibu.

"Tadi sempet ada kecelakaan buk." Jawab Meyra dengan senyum, dengan diangguki oleh sang tetangga.

"Mari buk." Kata Meyra dan Arga, lalu membuka pintu kos Meyra.

Kamar kos Meyra pas, tidak kecil maupun besar.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang