Chapter 2

46 34 15
                                    

Arga yang mendengar bentakan Meyra dari dalam, segera masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga yang mendengar bentakan Meyra dari dalam, segera masuk.

Lalu mengambil posisi disamping Meyra.

Arga bingung, tapi tak dipungkiri senang melanda hatinya. Meyra putus dari Bayu, itu memang keinginan Arga semenjak dia mendapat kabar bahwa Meyra dan Bayu tunangan.

Tetapi, melihat Meyra seperti ini membuat Arga tidak tega.

"JAWAB BAYU! KENAPA DIEM!." Lagi, Meyra membentak Bayu, yang tetap diam.

Arga berusaha menenangkan Meyra dengan mengelus kedua pundaknya, tetapi tangan Arga segera ditepis.

Arga pasrah, Arga diam, tetapi jika sudah melewati batas, mungkin saja Arga tak akan diam.

"Jangan bilang kalo selama ini, kamu suka dia!." Bentakan tertahan oleh Meyra, dengan jari tangan menujuk Maureen.

Pikiran Meyra sudah berkelana jauh, seolah menerawang apa yang dipikirkannya selama ini benar adanya.

"Iya." Jawan Bayu. Begitu tepat dengan apa yang Meyra katakan.

"Brengsek! Bajingan!." Caci maki keluar dari mulut Meyra, dengan kedua tangan memukul dada Bayu, sementara Bayu hanya diam melihat apa yang Meyra lakukan.

Arga mencoba menenangkan Meyra.

"KELUAR!." Teriak Meyra, air matanya sudah kembali lagi. Banjir sudah.

"Aku minta maaf Mey." Kata Maureen.

"Lo tuh! ARGH!."

"KELUAR!."

"GUE GAK MAU LIAT MUKA MUNAFIK KALIAN! CEPET KELUAR!." Teriak Meyra histeris.

"Tenang Mey." Kata Arga, mirip sebuah gumaman.

"Aku minta maaf Mey, aku bisa jelasin." Bukannya keluar, Maureen malah memegang tangan Meyra.

"Mau jelasin apa lagi! Lo tuh temen paling munafik yang pernah gue temuin tau gak!." Teriak tertahan oleh Meyra, dan segera menepis tangan Maureen hingga tersungkur.

"LO TUH APA-APAAN SIH MEY!." Bentak Bayu seolah tak terima jika Maureen terluka, dan membantu Maureen berdiri.

"LO YANG APA-APAAN!." Dengan mata yang melotot, tak lupa jari telunjuk yang menunjuk wajah Bayu.

"Kamu gak papa." Bayu tak mengindahkan kalimat Meyra, malah seolah khawatir dengan Maureen yang mengeluarkan air mata buayanya. Didapati Maureen mengangguk.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang