Chapter 7

24 17 8
                                    

"Kamu Minggu ini kenapa nggak pulang nak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu Minggu ini kenapa nggak pulang nak?."   Tanya seorang pria diseberang, yang ditanyai menghela nafas berat. Memang niatnya, ia ingin pulang Minggu ini, tetapi kakinya tidak memungkinkan untuk dilihat orang tuanya, cukup kabar putusnya tunangannya, jangan sampai kakinya ia juga tau keluarganya didesa butuh uang banyak.

Iya, dia Meyra, sedang berbincang dengan keluarganya didesa.

"Aku dapet bagian jaga hari Minggu, soalnya kemaren sempet dipecat, jadi aku cari kerja dan dapet yang weekend tetep masuk." Jelas Meyra, rasanya sangat berat berjauhan dengan keluarga.

Keluarga Meyra tidak bertanya-tanya mengapa dipecat, ia tidak mau menganggu urusan Meyra, yang penting anaknya itu tidak macam-macam.

"Ya sudah, ndak papa. Nanti kita aja yang jenguk kamu kesana."

"Eh, enggak usah. Gak papa, sayang ongkosnya mending ditabung aja, buat bapak sama ibuk berangkat haji." Kata Meyra, biaya tiket saja mahal, apalagi untuk tiga orang, bapak, ibu, dan adik-nya. Dan pasti adiknya itu diperjalanan akan ngemil, karena jika tidak pasti akan mabuk.

"Udah ndak papa, bapak kemarin dapet pelanggan buanyak." Kata bapak Meyra dengan bahagia.

Meyra sangat senang, hatinya menghangat. Sekelebat bayangan melihat senyum keluarganya yang ada didesa.

"Alhamdulilah." Kata Meyra.

"Yasudah, kamu balik kerja aja ini jam makan siang udah hampir habis. Kamu jangan lupa makan siang loh ya, biar sehat-sehat terus." Pesan ibunya, sungguh Meyra sangat beruntung mempunyai ibu yang perhatian kepada anak-anaknya.

Mengingat kesehatannya, mata Meyra menghadap kakinya yang sempat lumpuh, memang ini belum sembuh total masih sedikit sakit jalan masih pincang dan kadang kehilangan keseimbangan.

"Iya buk." Kata Meyra.

"Em kak, kabar bang Arga gimana?". Tanya adiknya, Mengingat adiknya itu dekat bahkan sangat dekat dengan Arga, memang sempat Arga mengantarkan Meyra kekampung halamannya dan sempat menginap.

"Abang ada disini." Kata Arga tiba-tiba yang mengagetkan Meyra, dan mengambil handphone yang dibawa Meyra, hingga Meyra memberengut kesal. Bawaannya Meyra selalu kesal jika didekat Arga.

"Kabarnya gimana Ar?." Tanya bapak Meyra.

"Alhamdulilah baik pak." Kata Arga, matanya melihat Meyra yang penasaran dengan obrolan mereka.

Dengan baik hati Arga men-speaker panggilan tersebut.

"Bang Arga kapan main kesini." Tanya adik Meyra, Adiba nama adik Meyra.

"Minggu depan aja, sama kak Meyra sekalian nanti." Kata Arga tenang, sembari melirik Meyra yang juga sedang meliriknya.

"Loh, bapak Minggu depan mau kesana Ar." Kata bapak Meyra, Hartono.

Ruang TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang