#7# Mari Mengungkap

580 77 2
                                    

"Bagaimana perkembangannya?"

Mikoto, ibu Itachi itu menatap penuh harap dua orang berbeda gender di depannya.

Saling memandang satu sama lain, masing-masing dari mereka menggeleng pelan, mematahkan harapan besar di balik manik gelap Mikoto.

"Sebelumnya aku sudah menginformasikan hal ini pada Shishui. Mereka masih mencaritahu," ujar gadis bersurai pendek.

"Kemarin aku mengirim pesan pada Kakashi. Dia memberitahuku hal yang cukup aneh." Uchiha Obito, keponakan Mikoto itu memberikan secarik kertas.

"Mm, soal ini ya." Mikoto tersenyum kecil melihat satu gambar di sana, "Bibi sudah bertemu dengannya."

"Hee? Benarkah?" Si rambut pendek berwarna coklat menghadap Mikoto sepenuhnya, "Bibi bertemu dimana? Bagaimana bibi bisa bertemu dengannya? Kapan? Ceritakan!" serunya antusias.

"Rin, Rin, hei tenang." Obito merangkul pundak Rin agar berhenti melompat.

"Aku penasaran. Sasuke dan teman-temannya saja sudah melihatnya. Jangan bilang kalau Izumi juga....?" Rin menatap kaget Mikoto.

"Tentu saja. Sasuke dan teman-temannya yang lebih dahulu bertemu." Obito menyentil kepala gadis itu.

"Obito ih!"

"Tidak usah risau begitu, Rin. Kau bisa bertemu dengannya nanti," kata Mikoto menenangkan.

"Lagipula dia di rumah bibi sekarang."

"Apa?!" Kali ini bahkan Obito terkejut.

Mikoto terkekeh kecil, "Ceritanya sedikit panjang. Fugaku juga mencaritahu sebenarnya."

"Paman juga? Pekerjaannya akan semakin menumpuk," timpal Obito. Lelaki itu duduk kembali dan menghadap laptop.

"Paman dan bibi fokus pada pencarian utama saja. Biar hal ini kami yang urus. Lagipula Itachi bahkan Sasuke dan lainnya tidak akan tinggal diam," ucap Rin tersenyum, mengelus pundak Mikoto. Dia begitu paham akan harapan besar Mikoto karena tidak hanya keluarga Uchiha yang mencaritahu.

Mikoto tersenyum lembut, "Baiklah terima kasih. Jangan lupa kumpulkan data tentang Sakura."

"Siapa Sakura?"

"Gadis itu namanya Sakura."

"A-apa?"

***

Matahari sedang terik-teriknya. Dan wanita bersurai merah khas Uzumaki tersebut begitu pengertian dengan memberi minuman dingin pada para tamunya.

"Aaa, kalian apa kabar? Sudah lama bibi tidak melihat kalian," sapanya ramah pada dua remaja perempuan yang setahun lebih muda dari Naruto.

"Kami baik baa-san."

"Hm, baa-san sendiri bagaimana? Jii-san juga, sehat?"

"Iya, kami baik." Uzumaki Kushina, ibunda Naruto itu duduk di hadapan dua orang yang tak lain adalah Hinata dan Ino.

"Haish, anak itu kalau tidak ku paksa untuk membawa kalian kemari dia tidak akan peka-peka." Kushina memulai, sepertia yang sudah-sudah dia paling suka menggerutu soal Naruto.

"Maaf ya baa-san kami memang agak sibuk akhir-akhir ini jadi jarang berkunjung. Temari dan Tenten saja sekarang tidak sempat karena ada rapat," timpal Ino.

"Oh iya, mereka menitip salam untuk baa-san," ujar Hinata.

Kushina tersenyum lembut, "Iya iya tidak apa."

"Ibu! Kami sampai!"

Suara khas Naruto menggelegar. Dia bersama Sai memasuki rumah dengan menenteng kresek putih di masing-masing tangan mereka dan masih mengenakan seragam sekolah.

The Story Of SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang