#10# Se-bait Teka-Teki

551 78 6
                                    

Di penjuru negeri lain, nampak seorang lelaki bertopeng sedang berjongkok di depan gundukan tanah basah. Netra coklat jernih di sela lentiknya bulu mata menyorot kosong tak berjiwa.

Tangannya terangkat, menyentuh nisan yang sudah puluhan tahun bersemayan di tanah itu. Jemarinya mencengkeram erat seiring memori masa lalu menyeruak. Menghantam kepala bagian dalam hingga pening melanda.

"Pergi dari sini!"

Dia ingat bagaimana pemilik suara itu tertelan reruntuhan.

"Tidak! Jangan!"

"Kubilang lari!!"

Rasa sesal yang teramat kembali hadir, sementara giginya bergemelatuk menahan emosi yang naik ke permukaan.

"Hahaha! Ini akibat yang kau dapatkan. Wadah yang tidak berguna. Tumbal yang menyedihkan. Enyahlah...."

Bruak

Bugh

"IBU!"

"Aku berjanji akan menemukannya." Manik coklat itu berangsur-angsur menajam, sarat akan kilat amarah.

"Dan membalaskan semuanya."

"Tuan."

Lelaki itu menoleh ke belakang.

"Orang-orang itu masih berusaha membobol berita Perusahaan X."

Cuih

Seringai kejam terbit tanpa diperintah. Lelaki itu bangkit berdiri, memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Angin yang berembus dingin di luasnya bukit menerbangkan surai pendek serta jubah hitam yang dikenakannya.

"Tidak ada keberhasilan untuk mereka. Simpan seluruh datanya. Biarkan H2 mengapusnya."

"Apa tidak akan berisiko jika kita menghapus beritanya?"

Seringai yang tercetak semakin lebar, memperlihatkan betapa puasnya dia.

"Tidak akan, kita memiliki ame."

"Baik Tuan."

***

Ruangan yang cukup luas itu sudah menjadi basecamp tersendiri bagi remaja-remaja yang kini dalam posisi bak kelompok diskusi.


Mereka masih lumayan bersantai. Menunggu sulung Uchiha yang akan berperan utama dalam perkumpulan kali ini.

Oke, ini sedikit elit, setidaknya begitu di pikiran Ino sekarang. Sejak tadi gadis itu diam -tidak secerewet biasanya- menatap teman-temannya bergantian dengan kata-kata yang sudah tersusun rapi di otak cantiknya, siap dikeluarkan.

Pintu terbuka menampilkan sosok Sai yang membawa dua botol minuman dingin dan Neji yang membawa gelasnya.

Kali ini keempat remaja perempuan datang menjadi tamu. Tamu mars lebih tepatnya.

Ino beranjak mendekati Sai yang menuangkan minuman pada dua gelas.

"Sai-kun," panggil Ino pelan.

"Hm?"

Sembari Sai menyodorkan minuman, Ino duduk di samping sang pacar.

"Aku ingin bercerita, tapi bingung harus memulai darimana."

Sai menatap Ino dengan sebelah alis terangkat. Dia merapikan surai gadis itu karena si pemilik habis menggaruknya kebingungan.

"Hah, bagaimana ya?" Ino menerawang, "Apa hanya perasaanku saja ada yang berbeda dari Sakura?"

The Story Of SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang