#5# Sakura

671 98 2
                                        

"Dia akan menjadi mangsa yang tepat."

"Bukan hanya kekayaan, kita mendapatkan kekuasaan,"

"Tidak, kita mendapatkan segalanya!"

Bukan itu awal semuanya terjadi, tapi... darah berceceran dimana-mana. Api besar membakar habis perabot di dalam rumah. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri, tapi naas tidak ada yang selamat.

Gadis kecil tengah meringkuk di bawah meja kayu sambil menangis. Kakinya terluka karena terantuk. Suara isakan terdengar jelas dari bibir mungilnya. Bersama rambut berantakan dan baju yang lusuh.

Semuanya lalu berganti. Tidak menjadi lebih baik, tapi lebih buruk. Jauh lebih buruk.

"Aku sudah melarangmu ke sana! Kenapa kau sangat nakal?"

"Kau harus di sini sampai semuanya selesai!"

"Tidak boleh! Kau tidak boleh pergi!"

"Kau adalah santapan sempurna untukku!"

Deg

"Hah hah...."

Peluh membanjiri tubuhnya. Tangan yang bergetar terangkat menyentuh dada. Rasanya sesak. Napas tidak beraturan, kepala pening, dan pandangannya buram.

Suara itu.

Mimpi itu lagi.

Lalu kedua manik hijau itu perlahan membulat, menyadari dirinya berada di tempat asing, matanya memandang sekeliling dengan raut ketakutan.

Dimana ini?

Ceklek

"Kau sudah sadar rupanya."

Suara itu langsung menggema di kepalanya.

Suara yang baru pertama kali dia dengar.

Si pemilik suara mendekat, menaruh sebuah nampan di meja kecil kemudian duduk tepat di sebelah kasur.

"Hai, bagaimana perasaanmu?"

Seutas senyuman ditampakkan mampu membuat manik zamrud itu mengecil.

Dia tertegun.

"Hei, jangan melamun."

Ia kerjapkan matanya beberapa kali.

"Apa ada yang sakit? Kau merasa tidak enak pada lukamu?"

Luka? Oh, maksudnya dibalik perban yang melilit lengan serta kepala--eh? Seputar keningnya dililit perban?

"En....." Bibir mungil itu akhirnya mengeluarkan suara.

Izumi yang masih tersenyum semakin lebar kurva di bibirnya.

"Ini rumahku," ucapnya seolah mengerti kebingungannya. Dia lalu meraih piring yang berisi bubur hangat.

"Aku yang mengobati luka dan merawatmu, jadi tidak perlu takut padaku oke?" Izumi mengambil sesendok, "Nah sekarang buka mulutmu. Kau harus makan dan segera minum obat."

"Mm....?" Si manik hijau mengerjap bingung menatap bergantian tangan serta wajah Izumi.

Izumi sendiri terkekeh kecil mendapat reaksi yang cukup menggemaskan itu.

"Ini bubur. Aku sendiri yang membuatnya. Kau merasa lapar kan?"

Sontak tangan kecil yang tidak terbalut perban meraba perut yang sedikit ditutupi selimut.

"Ayo makan dulu."

Senyuman yang diberikan Izumi tampak hangat dan tulus. Tatapan menenangkan didapatnya. Hatinya berdesir, menghangat.

The Story Of SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang