Bagian 5 : Midodareni

67 11 2
                                    

'Midodareni' of Kanebo Kering!

'Midodareni' of Kanebo Kering!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


28, Jumadil Awal 2018.

Pagi di hari Rabu, bahkan matahari baru setinggi antena bambu, sebuah Viar memasuki pekarangan ndalem.

Membuat gadis yang tengah menyapu teras itu menghentikan aktivitas lalu turun untuk menghampiri Viar tersebut yang sudah terparkir tepat di samping pohon mangga.

"Ada apa, yah, Mas?" tanyanya.

"Ini kue pesenannya Pak Kyai, Mbak. Pak Kyainya ada?"

Meski ia sendiri masih bingung, Ichis tetap mengangguk sambil menjawab, "Iyah ada, beliau di mushala."

"Kalau boleh saya tahu, ini kue sebanyak ini pak Kyai pesan buat siapa, yah, Mas?" tanyanya lagi sembari memindai tumpukan paperbag sedang berisi kue.

"Untuk ulem-ulem, Mbak. Tapi ini baru setengah, setengahnya lagi masih di rumah."

"Ulem-ulem?" Ichis membeo. Memang hari pernikahannya itu kapan? Kenapa ulem-ulemnya hari ini?

"Ini mau ditaruh mana, Mbak?" Pertanyaan Mas-Mas pengantar kue menarik kembali kesadaran Ichis.

"Eh iya. Taruh dalam saja, Mas. Tak panggilkan Eyang dulu." Setelah mengatakan itu, Ichis membuka pintu ndalem lebar-lebar supaya memudahkan Mas-Mas tersebut memasukan kue lantas sedikit berlari menuju musala.

|○○Kanebo Kering!○○|

Beberapa santri putra mengenakan seragam identitas pondok terlihat duduk memenuhi teras ndalem. Sementara santri putri di dalam diberi tugas menulis nama dan alamat orang yang akan diulem-ulemi.

Terhitung empat bapak-bapak dari warga sekitar juga turut berpartisipasi mengantar kue uleman. Sedangkan bagian ibu-ibu, mereka ada di dapur bersama Nur--yang baru sampai tadi malam--memasak untuk makan siang para santri dan suami-suaminya.

Semua tampak sibuk. Ichis sendiri yang akan menikah hanya duduk di kursi rotan ruang tamu memperhatikan kegiatan semua orang. Ia benar-benar terkejut bukan main. Kisahnya terlalu monoton seperti novel-novel yang sering ia baca, tapi memang seperti ini adanya.

Tidak ia sangka tidak ia duga jika hari pernikahannya dengan Duda Tampan tinggal beberapa hari lagi. Pantesan akhir-akhir ini Eyang selalu sibuk dan mengumpulkan santri di musala. Ternyata dalam sebulan ini Eyang sudah mempersiapkan segalanya tanpa meminta persetujuan dari Ichis saat mengambil keputusan. Untuk yang satu itu Ichis tidak terkejut, Eyang memang sudah mengatakan tidak akan meminta persetujuan apa pun dari Ichis. Hanya Ichis yang tidak tahu apa-apa di sini. Jadi, jika dipikir-pikir Ichis ini adalah boneka. Entah itu pemiliknya atau bukan, mereka akan memainkan Ichis sesuka hati tanpa persetujuan dari Ichis. Sangat mengenaskan.

Kanebo Kering!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang