Bagian 21 : Drama di Malam Sabtu

155 8 0
                                    

Bismillahirohmanirohim, assalamualaikum... aku ada satu pertanyaan, tapi jawab, ya. Kenapa kalian pada irit vote?😟



'Drama di Malam Sabtu' of Kanebo Kering!

'Drama di Malam Sabtu' of Kanebo Kering!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●□●

Takim dapat melihat senyum kecut dari bibir gadis di depannya. Salahkan saja ia yang memiliki gerak refleks kaget kurang baik.

Sungguh, Takim benar-benar kaget dengan pergerakan gadis itu yang tiba-tiba.

Tiba-tiba sudah sedekat ini. Tiba-tiba mengalungkan tangan. Tiba-tiba juga sudah mengelus tengkuknya.

Entah karena Takim yang terlalu tenggelam dalam bola mata Ichis atau memang mata Ichis yang mampu menghipnotis.

Meski rasanya tidak rela karena jika bukan Ichis yang memulai, Takim sendiri pun tidak tahu harus memulainya dengan bagaimana, yang bisa ia lakukan hanya diam saat istrinya itu mundur, berlalu menutup jendela lantas menghidupkan lampu lagi.

Kamar mereka kembali terang. Seterang saat Takim melihat wajah istrinya memerah. Bukan memerah karena saking marahnya, melainkan karena menahan tangis.

Tidak perlu bertanya, Takim sudah sangat yakin gadis itu sakit hati dan kecewa. Ia dapat melihatnya di mata gadisnya. Tidak hanya Ichis, semua wanita manapun pasti akan kecewa saat ditolak suaminya.

Takim sudah hendak bersuara, tapi gadis itu sudah lebih dulu berujar sambil membuka pintu lemari. ”Mas Takim jahat. Mas Takim semakin hari semakin keterlaluan!”

Ichis menarik napas panjang. ”Aku sudah mati-matian menahan malu untuk melakukan ini, tapi Mas sama sekali tidak tergoda. Aku akan mengganti bajuku, percuma aku pakai baju kurang bahan, bahkan telanjang sekalipun Mas Takim tidak akan pernah sudi aku sentuh apalagi menyentuhku.” Ichis kemudian menambahkan.

Gadis itu menarik sembarang baju, setelahnya ia memasuki kamar kecil, tapi tidak jadi karena tangannya ditarik dari belakang sampai-sampai dahinya menabrak dada bidang.

Takim menjauhkan tubuh begitu menarik tangannya lagi. ”Tolong, jangan berpikir seperti itu, Mas hanya kaget,” jujurnya. Sebenarnya ia malu, ini seakan ia mengaku sudah tertawan dan ingin melanjutkan kedekatan mereka tadi, tapi ia buang jauh-jauh karena ini juga salahnya.

”Oh iya? Lalu alasan apa lagi kalau aku bertanya kenapa Mas Takim belum menyentuhku sampai sekarang? Kita sudah tinggal berbulan-bulan berdua di sini. Kita tidur bersama, makan bersama, menonton televisi bersama, mengerjakan semua pekerjaan rumah bersama. Bahkan Mas sudah melihat auratku setiap hari. Jangankan meminta hak, kita bersentuhan saja itu aku yang memulai. Mas sudah benar-benar keterlaluan. Setelah menolak untuk menciumku, tidak pernah berniat mendekatiku, tidak pernah berusaha mencuri hatiku, lalu sekarang menolak sentuhanku? Oh aku tahu, jangan-jangan ternyata Mas Takim sendiri yang belum siap dan masih ragu? Atau mungkin Mas Takim tidak berani karena masih berada di masa lalu?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kanebo Kering!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang