"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Sesil, seorang guru wanita yang kini tengah menyapa para murid barunya di kelas IPA 3.
"Pagi buuuu!!" balas semua anak di kelas.
Setalah menyapa, bu Sesil memperkenalkan diri. Dia akan menjadi wali kelas IPA 3. Kelas Asya.
Seperti pada umumnya, saat memasuki kelas baru akan dibentuk struktur kelas.
"Siapa yang disini mau jadi ketua kelasnya? " Bu Sesil bertanya pada seisi kelas. Hening. Tak ada yang menyahut, membuat bu Sesil mengelus dada bersabar.
Bu Sesil hendak menunjuk salah satu siswanya untuk menjadi ketua kelas, namun ada tangan yang mengangkat ke atas, membuat bu Sesil urung niat.
"Iya, nak ganteng, siapa namamu? " tanyanya kecentilan.
"Saka Atmabasma, " ucapnya dengan senyum.
Yah, selain hobinya membuat Asya berhati gondok, Saka juga suka tersenyum. Menurut Asya sih, tebar pesona!
Pengajuan Saka untuk menjadi ketua kelas, membuat Asya melototkan mata, tak terima cowok bernama Saka itu menjadi ketua kelasnya lagi.
"Orang sama namanya sama-sama ganteng, yah, " ucap bu Sesil. Tak sadar diri akan usianya. Mendapat sorakan dari para murid barunya.
"Ingat umur, bu!"
"Ingat suami di rumah, bu! "
"Ingat ajal, bu! "
"Ingat utang di warung, bu! "
Memegang kepala, pusing dan geram menghampiri bu Sesil secara bersamaan. Awal bertemu dengan murid barunya sudah membuat bu Sesil naik pitam, apalagi kalau satu tahun pertemuan? Mungkin bu Sesil tidak akan naik pitam lagi melainkan naik haji.
"Oke. Kalian setuju kan kalau Saka jadi ketua kelasnya?"
"Setujuuu bu. "
"Tidak bu. "
Ketika semuanya setuju, salah satu gadis mengatakan tidak setuju dengan amat lantang. Sontak saja gadis itu menjadi pusat perhatian di kelas.
"Kenapa kamu tidak setuju? " tanya bu Sesil mulai mengintimidasi.
"Karena saya juga ingin jadi ketua kelas."
"Nama kamu siapa? "
"Natasya Manggia Damastian."
Gadis itu. Asya? Iya Asya. Gadis yang pemalas mau jadi ketua kelas? Auto bobrok rame-rame.
"Oke. Karena ada kandidat lain. Jadinya, kita akan melakukan voting untuk memilih ketua kelas, " ucap bu Sesil. "Sebentar, ibu mau menyiapkan kertas voting kalian, " lanjutnya. Lalu pergi keluar kelas.
"Sya... Sya... Sya...Sya." Panggil Sandra sembari menyenggol lengan Asya.
"Gue gak budek. " Asya menoleh. Melihat air muka Sandra penuh dengan pertanyaan.
"Lo beneran mau daftar jadi ketua kelas? "
"Bener lah. " jawabnya penuh keyakinan.
"Why? "
Memutar bola mata malas, Asya berucap, "Karena gua gak mau si makhluk pengganggu itu jadi ketua kelas lagi. "
"Siapa? Saka? "
"Gak usah sebut nama dia. Gue jadi gedek dengernya. "
"Tapi, gua gak mau mengevote lo, Sya," ujar Sandra.
"Kenapa? "
"Karena lo belum ngasih gue sogokan."
No komen!! Sandra ini memang penjilat duit. Emang ini acara pilkada apa?!
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKA
HumorSepertinya nasib sial selalu menimpa Asya. Gadis itu selalu sekelas dengan seorang lelaki bernama Saka. Dari SD sampai SMP pun masih satu kelas dengannya. Apa cowok itu selalu menguntit nya? _______________ Asya berkacak pinggang, menahan kekesalann...