8. AKA

200 123 303
                                    


Berhubung udah bulan Ramadhan kita harus saling memaafkan, karena kalau saling mencintai aku yakin kamu gak bakal mau!

Happy Reading 🍁

***

"Aka jangan pelgi hiks... hiks.. "

"Jangan nangis. Nanti aku kembali lagi," lirih Aka padanya.

Gadis itu masih banjir air mata. "Nanti aku gak ada temen mainnya."

Aka melepas pelukan gadis itu. Menatapnya. Mengusap air matanya.

"Aka cepat nanti ketinggalan," seru mamah Aka yang sudah di mobil.

"Iya mah. "

Gadis itu masih sesegukan. Memeluk tubuh aka lagi. Ia berharap ini bukan akhir dari persahabatan nya.

"Udah jangan nangis kan masih ada mamah, " ucap mamah gadis itu.

Aka melepas kembali pelukannya. Mengeluarkan sesuatu dari saku celana.

"Buat kamu kalau  kangen sama aku." Aka menaruh sebuah foto di telapak gadis itu.

"Aku pergi dulu, " pamit Aka. Mulai melangkah pergi.

Gadis itu makin menjadi tangisnya. Menatap langkah Aka dengan pilu.

Aka membalik badan. Melambaikan tangan sambil mengucap.

"Sampai jumpa Asya."

***

Deg!

Asya kembali terbayang perpisahannya dengan Aka. Gadis itu masih teringat dengannya. Selembar foto dari Aka pun masih disimpan.

"Ada apa?"

Asya kaget mendengar suara berat itu. Ia baru sadar kalau sedari tadi dirinya berjalan berdampingan dengan Aka.

Yah, jam istirahat Asya diminta untuk menemani Aka berkeliling sekolah. Awalnya Asya menolak, namun Aka kekeh memilih Asya tuk menemaninya.

Asya menoleh ke Aka. Menggeleng kepala kemudian.

"Kalau lelah istirahat dulu."

Asya mengangguk. Sudah lama ia tak berbincang bincang dengan Aka. Rasanya sangat gugup bagi Asya.

"Kamu banyak berubah yah, " ucap Aka disela jalannya.

Asya mengangguk. "Mungkin udah dewasa sikap juga ikut berubah."

Aka menghentikan langkah. Begitupun Asya. Pandangan mereka beradu penuh kerinduan.

"Bukan hanya sikap yang berubah. Tapi wajah kamu juga semakin berubah cantik."

Tolong Asya kali ini!

Ini Aka belajar menggombal dari mana?!

Muka Asya sudah merah bak tomat. Ia memutuskan kontak mata dengan Aka.

Sebisa mungkin Asya menetralkan perasaan aneh yang di dalam dada.

"Ha--haa.. Gue emang cantik dari dulu. Spermanya gue aja dulu cantik banget, " ucap Asya mencairkan suasana.

Aka terkekeh mendengarnya. Mengusap surai hitam rambut Asya sebagai tanda kegemasannya.

"Ekhm!"

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang