9. CAFE

178 103 283
                                    


Dengan tas ransel di punggung, pakaian casual dibalut celana jins. Saka sudah berdiri di depan pintu rumah Asya.

Hari ini kedua kalinya mereka akan belajar bersama. Kali ini Saka tak membawa Arpin. Ia masih malu dengan kejadian yang lalu.

Saka mengetuk pintu bercat coklat itu. Tak ada jawaban dari dalam. Membuat ia mengetuknya sekali lagi.

Ketukan ketiga membuaikan hasil. Pintu terbuka menampakkan Jihan dengan senyum lebarnya.

"Siang tante."

"Eh, nak Saka. Siang."

"Asya nya ada tante?" tanya Saka.

"Loh bukanya Asya sama kamu. Dari tadi belum pulang," ucap Jihan cemas. Anak gadisnya itu pun dihubungi tidak aktif.

"Tadi Saka lihat Asya udah pulang duluan."

Di parkiran sekolah tadi, Saka lihat Asya dibonceng dengan Aka. Dengan senang Asya membonceng, memegang pinggangnya. Sangat roma--- sudah-sudah jangan dilanjutkan, mengingatnya membuat Saka panas terbakar.

Jihan menggerutu. "Biasa nih si Asya, udah dibilangin kalau pulang sekolah langsung pulang ini malah keluyuran. Awas kalau pulang!"

Saka bergidik mendengar penuturan Jihan. Ada rasa cemas sekaligus marah di raut wajah Jihan.

"Nak Saka, tante minta tolong ya cariin Asya. Suruh dia pulang," pinta Jihan.

"Iya tante." Saka mengangguk. "Tapi kalau Asya gak mau gimana?"

"Seret dia!"

Saka cengong. Inikah mode seorang ibu cemas dan marah.

"Saka pamit dulu tante."

"Eh, mau kemana?"

"Tadi kan disuruh tante buat cari Asya."

Jihan menepuk jidatnya, seraya berucap genit. "Aduh lupa tante suka ngeblank kalau sama orang ganteng."

Saka tersenyum simpul.

Tak mau buang-buang waktu ia menyalami tangan Jihan, berpamitan siap tempur di medan perang.

***

Pulang sekolah, Asya menyeret ketiga temannya ke cafe. Kali ini Asya tidak jadi mentraktir. Digantikan dengan Aka yang katanya sebagai tanda perkenalan.

Asya turun dari motor. Melepas helm dengan kesusahan. Aka melihatnya gemas, membantu Asya melepas helm.

Alex yang melihat keuwuan mereka berinisiatif. Hendak menirunya pada Sandra.

"Apa?" tanya Sandra melihat Alex mendekat.

"Bantu ngelepasin helm lo."

"Gue bukan cewek manja. Gue bisa sendiri."

Alex mendengus. "Romantis dikit lah kayak sebelah."

"Kita cuma teman gak usah romantis-romantisan segala!" ujar Sandra menohok. Membuat Alex lesu.

"Ayo masuk," ajak Asya.

"Masuk kemana?" tanya Alex.

"Ke alam kubur, gue masuk surga lo kepleset ke neraka."

"Gapapa masuk neraka yang penting hasil usaha sendiri yekan."

Sandra melihatnya, bergidik. "Gelo sia! "

(Gila kamu)

Mereka berempat beranjak, masuk ke dalam cafe yang tampak ramai. Mengambil tempat duduk dekat dinding kaca.

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang