3

1.2K 152 15
                                    

[M/n] tak dapat terlelap. Kejadian beberapa menit yang lalu tergiang di kepalanya.

"Wanita tadi, kekasih tou-san."

Dia mengubah posisi tidurnya ke arah kanan.

"Bukan tanpa alasan tou-san menjadikannya kekasih."

Kembali mengubah posisi ke arah kiri.

"Dia juga menyayangimu, [M/n]."

Ia tengkurap di atas ranjang.

"Tou-san ingin kau merasakan kasih sayang seorang ibu."

"Gimana rasanya punya ibu? Selama ini, aku nggak pernah ngerasain. Apakah akan ada bedanya? Arghh...!"
Ia menenggelamkan wajahnya pada bantal dipelukan.

☆☆

"Yo! Mukamu suram, tuh!"

"Napa?"

"Ceritalah sama kita-kita! Kita, kan, sahabat."
Melihat teman dekatnya peduli, dengan senang hati [M/n] menceritakannya.

"Lha? Enak, kan."

"Cantik, kaga?"

"Mau lu embat, You?"

"Kali! Kalau ada kesempatan, sih, hehe.."

" 'Hehe..' Ndasmu!"
Mereka menjitak kepala You. Berharap otaknya kembali benar.

Mungkin perkataan ketiga teman dekatnya ada benarnya. Menerima dengan lapang dada bukan sebuah masalah, kan?

"Mutsuki! Dipanggil ke ruang kepsek."
Berterima kasih pada sang penyampai informasi, ia bergegas ke sana.

ㅡㅇㅡ

"Saya?"

"Ya. Sensei juga melihatmu ada di sana sendirian."

"Waktu pelajaran olahraga, saya di lapangan, sensei."

"Sensei ada rekaman CCTV-nya. Kau tidak perlu mengelak. Itu percuma."

Jika dituduh tanpa bukti, perasaanmu bagaimana, jou-chan-tachi?

"Ikut sensei!"
Mengikuti sang guru, [M/n] dihadapkan sebuah monitor. Apa yang dilihat di sana tak sesuai dengan ucapan sang guru.

"Sensei telah mengambil rekamannya, ternyata."
Belanya.

'Sensei banyak bacot! Omong doang gede! Mana buktinya, cuk! Gua butuh bukti!'
Ah, gomen, jou-chan-tachi. Aku terbawa suasana menjengkelkan ini. Jangan di tiru, ya, jou-chan-tachi!

"Kau mau mengakuinya atau tidak? Buktinya sudah ada."

'Mana? Kalau ada, tunjukin. Jangan disimpen sendiri!'

Mau tak mau [M/n] mengakuinya. Walau itu bukan perbuatannya. Ia hanya ingin masalah ini cepat selesai tanpa melibatkan sang ayah. Setelah membuat surat pernyataan, ia pamit pada guru tak berotak itu.

"Besok, orang tuamu harus datang ke sekolah."

'Nani?!'

Menetralkan rasa terkejutnya, [M/n] mengabaikan sang guru dengan amarah yang memuncak.

"Percuma ngaku, tapi orang tua tetep dipanggil. Caramu memang jenius, sensei. Ayo lanjutkan, sensei!"





























Makasih udah baca

Jangan lupa vote dan comment

「Liar」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang