Gadis Sinting

2.7K 145 24
                                    


"Fushiguro, ayo makan." Ajak Itadori sambil memegang perutnya yang berbunyi.

"Hm." Jawab singkat si empu. Berjalan dengan Itadori menuju restoran keluarga terdekat. Setelah menyelesaikan misi, memang hal paling menyenangkan adalah membahagiakan perut.

Sampai di tempat dan memesan makanan yang disukai, kedua pria itu menikmati makanan yang tersaji. Sesekali bertukar pembicaraan satu sama lain.

Tapi tak lama, pembicaraan itu terhenti kala seorang gadis berdiri di samping meja mereka. Manik gunmetal blue miliknya berbinar ditambah senyum lebar yang menghiasi wajah. Tetapi, yang mengherankan adalah gadis itu terpaku memandang Fushiguro.

Tentu si empunya ikut menatap dengan raut bingung. Sementara Itadori mengkode pergerakan matanya dengan maksud bertanya pada si surai hitam. Gelengan singkat pun menjadi jawaban.

Alhasil Itadori menaikkan satu alis seraya menatap gadis tersebut dan berkata,

"Anu..., apa kau ada urusan dengan kami?"

Pemilik surai pinkish tak mendapat jawaban. Ketimbang itu, dilirik si gadis saja tidak. Dia terus memandang Fushiguro seolah Itadori hanya udara belaka.

Gadis itu kemudian seenaknya duduk di sebelah Fushiguro membuat lelaki itu bergeser menjauh. Tatapan berbinarnya tak kunjung dihentikan, jelas menimbulkan tanya di benak Fushiguro. Namun ia tak ingin bertanya, toh Itadori pasti akan bertanya apa yang ingin ia tanyakan. Singkatnya, diwakilkan.

Dia memilih meminum apa yang dipesannya.

"Menikahlah dengan saya."

Hampir saja minuman yang Fushiguro seruput nyembur ke wajah si pengucap.

Entah telinganya yang tak waras atau mulut sang pengucap yang setengah stres, penyihir jujutsu berwajah tampan itu cengo dan mengedipkan mata berkali-kali.

Naas karena minumannya tak disemburkan, ia tersedak sekarang. Sedangkan Itadori, melotot sampai seolah matanya akan keluar.

"Fu-Fushiguro!! Meni-meni-meni-meni-men-men-me-me-me-me-me-menikah?! Ap-apa maksudnya!!? Siapa dia??"

Puas tersedak lalu mengusap sudut bibir, Fushiguro menatap sang gadis. Sepertinya dia harus melontarkan ucapan meski malas.

"Rumah sakit jiwa dekat dari sini, mau kuantar?"

'Kejamnya!' Pekik Itadori dalam hati.

Pasalnya, gadis asing ini mengenakan blouse dan rok selutut, rambut lurus sebahunya rapi, halus, hitam berkilau, dan tampak tak berketombe, menunjukkan bahwa gadis itu selalu merawat mahkota wanitanya. Dari penampilan itu, benarkah Fushiguro berpikir dia orang gila?

Gadis tersebut merona malu dan menunduk.

"Sa-saya tahu ucapan saya gila, tapi saya bukan orang gila."

"Itu benar, Fushiguro. Kau serius mengira orang rapi ini gila?"

"Kalau begitu dia pasti salah orang."

"Tidak!" Elak gadis itu, mengundang kedua pria yang ia ganggu menatapnya. "Saya pernah melihatmu...di suatu tempat."

"Hah?"

Itadori melebarkan manik saat menyadari suatu hal. Dalam benak, ia mulai berspekulasi. 'Apa mungkin...orang ini menyukai Fushiguro? Jangan bercanda! tidak bisa dibiarkan! Aku saja tidak punya pacar, Fushiguro juga tidak boleh punya pacar.'

Jiwanya yang kesepian tidak mengizinkan dan meraung menyuruhnya membuat gadis itu membenci sang teman.

Dia berpindah tempat duduk di sebelah Fushiguro, berhubung kursi untuk pelanggan cukup panjang, satu kursi memang bisa digunakan untuk tiga orang, alhasil sekarang Fushiguro berada di tengah.

Please be My Husband! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang