Hari demi hari, bulan demi bulan telah terlewati. Banyak hal yang berubah, tetapi tidak dengan kondisi Fushiguro. Dia sepertinya tak pernah setengah hati dalam hal membuat sedih orang-orang yang menyayangi.Hingga kandungan Fuyumi menginjak usia 9 bulan, Fushiguro tak kunjung membuka mata.
Fuyumi seorang diri ketika mulai kesulitan berjalan karena perutnya membesar. Dia juga yang kerepotan kala nafsu makannya bertambah. Tidak ada suami yang mendampingi di detik-detik akan melahirkan seperti ibu hamil kebanyakan.
Fuyumi anggap itu adalah hukuman untuknya selaku pembuat Fushiguro terluka. Tetapi sampai selama ini, jujur, Fuyumi di ambang batasnya untuk menanti.
Tsumiki pun tak jauh berbeda darinya. Hanya saja, dia lebih tahu cara menyembunyikan kesedihan. Sering Fuyumi dapati wajah setelah menangis sang kakak ipar. Tampak kelelahan dan penuh banyak pikiran.
Nobara dan Yuuji tidak pernah bercanda lagi seperti biasa. Tidak ada suara saling debat dan saling hina yang menunjukkan kedekatan mereka. Rekan yang biasa paling diam saat keduanya cerewet, sedang tidak baik-baik saja.
Gojo Satoru, pria itu juga pastinya sama. Meski Fuyumi tak pernah bertemu langsung. Ruangan tempat Fushiguro berada Fuyumi tinggali seperti saat Fushiguro sakit sebelumnya. Itu yang menjadi alasan utama Gojo tidak datang menjenguk. Benar-benar menunjukkan keengganannya menampakkan diri di hadapan Fuyumi.
Siang ini, Fuyumi kembali ke ruangan Fushiguro, setelah keluar mengunjungi kedai. Hari-harinya hanya pergi ke kedai dari pagi hingga siang. Tidak diperbolehkan pergi di sore terutama malam hari. Fuyumi pun tak mau mengambil resiko yang bisa membahayakan dia dan bayinya. Pergi sampai siang saja masih dibekali jimat oleh Nobara.
Gadis pemarah itu berperan penting menjaga keamanan Fuyumi. Walau tidak senantiasa di sampingnya, Fuyumi tetap aman meski mata bengkak menghiasi wajahnya setiap hari. Cukup melegakan setidaknya Fuyumi tak melakukan sesuatu yang salah.
Langkah pelan mendekat hingga tiba di samping ranjang. Gunmetal blue selalu gagal menyembunyikan kesedihan kala sosok tercinta didapati betah tak sadarkan diri. Satu tangan terulur menyentuh surai Fushiguro dan mengelusnya lembut.
"Saya kembali, Megumi-san." diiringi senyum pedih, ia dekatkan wajahnya hingga bibir ranum mencium kening sang suami cukup lama.
Betapa inginnya Fuyumi menerima balasan ciuman, pelukan, dan kontak fisik lain dari Fushiguro. Namun layaknya, keinginan itu belum juga terwujud.
Menjauhkan diri, Fuyumi hampir gagal menjaga keseimbangan badan kala rasa sakit di perut menyorot atensinya.
Mulas yang dirasa, mengundang rintihan sakitnya. Perlahan, Fuyumi terduduk lemas di lantai yang dingin. Sebelah tangan memegang perut buncitnya dan sebelah lagi meraih tangan Fushiguro untuk digenggam erat.
"Aarhh.."
"Megumi-san, sakit..."
Fuyumi tahu mengaduh pada suaminya tak berguna. Tetapi yang ia lakukan adalah meremas tangan Fushiguro melampiaskan apa yang dirasa. Meminta bantuan saja tak dapat ia pikirkan.
Untunglah pintu ruangan dibuka oleh seseorang.
Ieiri Shoko, berkunjung untuk melihat kondisi Fushiguro sekaligus keadaan Fuyumi. Karena Nobara sedang tidak berada di tempat. Langsung saja irisnya melebar menyaksikan Fuyumi kesakitan di dekat ranjang.
"Ada apa?!" ia panik. Segera duduk di dekat Fuyumi.
"Sakit.. sakit sekali."
"Kau.., jangan bilang.."
Shoko langsung mengerti apa yang terjadi.
"Kita ke rumah sakit. Kau bisa berjalan?" bukan bidang Shoko mengatasi seseorang yang hendak melahirkan. Ke dokter kandungan lebih baik daripada dia yang mengatasi dan berujung penuh resiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be My Husband! (Completed)
Fanfic"Menikahlah dengan saya." Hampir saja minuman yang Fushiguro seruput nyembur ke wajah si pengucap. Entah telinganya yang tak waras atau mulut sang pengucap yang setengah stres Photo source from pinterest