Langit-langit kamar asing terus menarik perhatian Fuyumi. Masih belum percaya ia terbaring di ranjang kamar milik seorang pria. Yakni suaminya sendiri.Suami mulai hari ini.
Dia dan Fushiguro telah menjadi pasutri, meski tak berasa demikian karena pernikahan mereka hanya sah di atas kertas, tanpa resepsi dan pesta berkepanjangan yang membuat letih serta menguras uang.
Setelah resmi menikah secara hukum, Fuyumi langsung membawa seluruh pakaian dan barang-barangnya ke rumah Fushiguro. Menata letak hingga tanpa disadari matahari telah terbenam di ufuk barat. Menjadikan keinginan tidurnya meningkat efek kelelahan berat.
Tetapi, sang suami mencegahnya ketiduran dengan menyuruhnya membasuh diri lebih dulu.
Dan sekarang, berhubung ritualnya selesai, Fuyumi ingin segera tidur. Jadi ia berbaring di ranjang.
"Kau sudah mau tidur?" Suara Fushiguro menjadi alasan manik gunmetal blue menatap padanya. Suaminya berdiri di samping ranjang.
"Ah, iya. Saya mengantuk berat." Fuyumi menguap lebar diakhir ucapan.
"Baiklah."
Gadis bersurai pendek itu kembali memandangi suaminya. Dibalas satu alis si empu yang naik. Fuyumi terkesiap setelah menyadari sesuatu, mengangguk-angguk sendiri lantaran setuju dengan apa yang dipikirkan.
Ia mendudukkan diri dan berkata, "Benar. Mau bagaimanapun juga, kamu tidak mungkin tidak menginginkannya. Saya mengerti. Jangan khawatir, saya tidak apa-apa tidur setelah kamu melakukannya." Satu persatu ia melepas kancing baju membuat Fushiguro melotot.
Sang suami sontak menarik selimut dan menghantamkannya ke tubuh Fuyumi, guna menutupi bagian yang terbuka.
"Tidur!"
"Kamu tidak mau melakukannya?"
"Aku sudah berkali-kali bilang tidak." Fushiguro mengambil tempat di sisi Fuyumi, melihat istrinya dengan geram.
"Tapi kamu akan tidur dengan seorang wanita. Jika kamu benar-benar ingin melakukannya, kamu tidak perlu menahan diri. Lagipula, wanita itu istrimu sendiri."
Fushiguro mencengkram kepala Fuyumi, mendorong, meletakkannya di bantal.
"Tidur!! Rapikan juga pakaianmu."
Keheranan menyerang pikiran Fuyumi. Seraya mengancing pakaian, ia berkata, "Apa memang ada pria seperti kamu? Saya benar-benar tidak masalah kamu melakukannya, entah kamu menyukai saya atau tidak, kita sudah menikah."
Helaan singkat dikeluarkan penyihir jujutsu tampan. Mendekat ke arah Fuyumi hingga kedua wajah mereka berdekatan. Tindakan yang sukses mengundang rasa tegang si empu. Wajah Fushiguro yang ada di atasnya ternyata cukup menakutkan bagi Fuyumi.
Tetapi suaminya itu hanya mematikan lampu kamar dan mengganti penerangan yang lebih redup dengan lampu di meja nakas.
Padahal Fuyumi sudah memejam takut tapi juga berusaha siap menerima apapun yang Fushiguro akan lakukan.
"Tidur."
Fuyumi membuka mata. Mendapati Fushiguro duduk bersandar di headboard. Ada setitik rasa kecewa di hatinya. Namun lebih banyak leganya karena melihat Fushiguro sangat dekat lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Dia menganggap dirinya sok berani yang seakan menantang Fushiguro untuk bercinta. Berdekatan satu sama lain saja sudah ciut, apalagi bercinta--tidak--mungkin berciuman sudah membuatnya lemas.
"Baik, saya akan diam dan tidur."
"Bagus."
"Kamu juga mau tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be My Husband! (Completed)
Fanfiction"Menikahlah dengan saya." Hampir saja minuman yang Fushiguro seruput nyembur ke wajah si pengucap. Entah telinganya yang tak waras atau mulut sang pengucap yang setengah stres Photo source from pinterest