Terasa Begitu Singkat

629 62 14
                                    


Fuyumi dengan cepat menutupi wajahnya yang tak terhindarkan dari rona merah. Sungguh sangat memalukan merasakan sentuhan tangan, bibir, dan lidah Fushiguro menjelajahi seluruh tubuhnya.

Bertelanjang sempurna, penampilan berantakan, dan keringat bercucuran lantaran gugup tak karuhan. Suara detak jantung pun seakan tepat di samping telinganya sekarang. Bahkan Fuyumi kelepasan melontarkan suara yang belum pernah ia keluarkan ketika Fushiguro lagi-lagi menyentuh bagian paling sensitif miliknya.

Sementara Fushiguro kembali mengulas seringai sebelum kemudian menyudahi kegiatan sejenak. Dia meraih dua tangan sang istri dan mencekal erat mengarahkan ke atas kepala Fuyumi. Sukses membuat gadis itu semakin gugup.

"An-anu..., lepaskan tangan saya, Megumi-san."

"Kenapa..?" Suaranya rendah dan terdengar lembut menyapa telinga Fuyumi. Disertai senyum yang mengembang mengundang sorot gunmetal blue tak teralihkan pada hal lain. Tampak sekali Fushiguro tengah dalam kebahagiaannya, dan yang membuat pria itu sedemikian rupa adalah sang istri.

"Ini memalukan."

"Fuyumi, apa ini pertama kalinya bagimu?, berada di hadapan pria dalam keadaan seperti ini?" Senyum Fushiguro luntur. Menunggu jawaban dari Fuyumi dengan risau, cemas, tegang, bercampur rasa ingin tahu.

"Iya."

Dan jawaban tanpa keraguan itu berhasil melegakan hati. Menjadikan Fushiguro berkeinginan besar membuat semua dalam diri Fuyumi adalah kepemilikannya.

Satu tangan yang bebas merapikan surai Fuyumi, berlanjut sentuhan jari-jemari mengusap wajah empunya.

"Orang yang pernah menjadi kekasihmu.., kau tidak melakukannya dengan dia?"

"Saya tidak pernah punya seorang kekasih."

Kalimat itu sedikit mengejutkan Fushiguro. "Orang yang pernah menyukaimu?"

"Ada, tapi saya tidak bisa menyukainya."

"Yang pernah kau sukai?"

Fuyumi menggeleng, membuat Fushiguro mengatupkan bibir. "Tidak ada."

"Ini selalu kupikirkan dari dulu, Fuyumi, kenapa kau yakin bisa mencintaiku?"

Kedua manik indah Fuyumi terbelalak beberapa detik, lantas segera normal kembali disusul senyuman tulusnya yang mengembang sempurna. Rasa malunya sedikit terobati dengan adanya perbincangan dari sang suami.

"Entahlah, saya tidak tahu bagaimana jelasnya. Tapi.., dari pertama kali saya melihatmu, saya sangat yakin saya akan bahagia berada di sampingmu."

Pikiran itu hampir tak masuk akal, sekaligus aneh. Nyatanya, Fushiguro hanya bisa menyakiti Fuyumi serta membuatnya sedih. Setidaknya itu yang dia pikirkan. Meski begitu, Fuyumi masih bertahan untuk tetap di sisinya. Dan keadaan itulah yang membuat Fushiguro semakin yakin ia mencintai istrinya.

"Fuyumi, aku sungguh boleh melakukannya?"

"Eh?"

"Aku benar-benar boleh merebut yang pertama kalinya darimu?"

Rona merah langsung menyerang wajah Fuyumi kembali. Ia mengedipkan mata gelagapan serta melirik ke sana kemari dan menggigit bibir bawah. Sangat mendebarkan mendengar kalimat frontal dari sang suami.

"Ka-kamu sudah membuat saya begini.., masih berpikir saya melarang kamu melakukannya?"

Melebarkan singkat kedua maniknya, Fushiguro kemudian menarik sebelah sudut bibirnya ke atas disusul dengus geli. Tangan yang mencekal kedua pergelangan sang istri, semakin menguat. Diiringi gerakan merendah mendekatkan diri pada wajah Fuyumi, lalu mencium lembut dahi gadis itu.

Please be My Husband! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang