Tak disangka Fushiguro terbaring dalam waktu yang tak singkat. Layaknya ia betah tak sadarkan diri.Karena itu juga Nobara tetap tinggal bersama Fuyumi yang membuat keduanya menjalin hubungan akrab. Tapi keakraban sebab alasan demikian bukan keinginan keduanya, sungguh.
Nobara selalu berusaha membicarakan hal menyenangkan yang ia kira dapat mengalihkan pikiran Fuyumi tentang sang suami. Namun yang ada, Nobara dibuat bercerita banyak hal mengenai Fushiguro.
Selain itu, pemilik surai pendek dengan sifat pemarahnya ini terbiasa memastikan sang istri rekan terhindar dari emosi negatif terbukti dari tindakan bak pengawas yang melihat gerak-gerik serta ekspresi Fuyumi sampai detik ini. Sebab itulah dia bertanya.. "Kau baik-baik saja?" Saat sesi sarapan berakhir.
Belum sempat keduanya membereskan piring kotor, Nobara membuat Fuyumi kembali duduk.
"Huh?"
"Kau terlihat beda dari biasanya, entah kenapa."
"Saya baik-baik saja."
"Sungguh?"
Anggukan pun menjadi jawaban.
"Yasudah."
"Iya."
Nobara termenung tetap di tempat. Memandang Fuyumi dengan sorot iba penuh simpati. Mengenal Fuyumi, mengerti bagaimana sosok Fushiguro untuknya, dan memahami betapa penting rekan cuek yang sedikit bicara untuk gadis itu, ia sukses dibuat gelisah.
Fuyumi masih baik-baik saja?
Apa yang dipikirkan gadis itu sekarang?
Bagaimana jika Fushiguro tak kunjung sadar?
Apa yang...akan Fuyumi lakukan?
Itu yang menggelayuti pikiran.
"Ah..iya, maaf saya bertanya begini, apa Kugisaki-san akan terus tinggal di sini?"
"Uhm, sampai dia bangun. Kenapa? Aku merepotkan, ya.." Fuyumi langsung menggeleng, "Itu sama sekali tidak benar. Justru saya senang kamu menemani saya di sini. Tapi, pekerjaanmu jadi terganggu karena saya."
"Tidak masalah. Kalau ada kutukan, yang tentu saja bisa membahayakanmu di sekitar sini, aku yang akan membereskannya. Itu juga termasuk pekerjaan."
"Begitu, ya. Terima kasih banyak, Kugisaki-san." Senyum Fuyumi dibalas hal serupa oleh Nobara.
"Meskipun begitu, memang membosankan di rumah terus." Keluh Nobara seraya menyangga wajah. Membuat Fuyumi menunjukkan rasa bersalahnya.
"Saya minta maaf."
"Tidak, tidak, ini bukan salahmu. Tapi, bagaimana kalau kita ke suatu tempat?"
"Heh?"
Binar antusias serta senyum merekah Nobara tujukan pada istri rekannya. "Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
"Tidak ada."
"Yang benar saja..!" Teriaknya kemudian terlalu tak percaya. "Yasudah, kita ke mall."
"Ta-tapi..,"
"Uang Fushiguro di tanganmu 'kan?" Fuyumi mengernyit, diam sejenak memikirkan alasan Nobara bertanya demikian.
Memang benar semua uang Fushiguro ada padanya. Karena sejak pertama kali pria itu memberikan buku tabungannya untuk resepsi pernikahan, Fushiguro tak pernah membawanya lagi yang akhirnya Fuyumi bawa daripada hilang.
"Iya."
Jentikan jari mewakili kesenangan Nobara disusul gerakan mendirikan tubuh. "Bagus! Ayo gunakan uangnya dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be My Husband! (Completed)
Fanfiction"Menikahlah dengan saya." Hampir saja minuman yang Fushiguro seruput nyembur ke wajah si pengucap. Entah telinganya yang tak waras atau mulut sang pengucap yang setengah stres Photo source from pinterest