Part 11

2.5K 287 11
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---OutofSight---

Clay berdiri di samping mobilnya, bersandar sembari menatap ke seberang jalan. Kendaraan lalu lalang melintas, ia melirik jam kecil di pergelangan tangannya.

Sebentar lagi, batinnya.

Satu persatu anak-anak mulai keluar dari gerbang sekolah, di jemput oleh orang tua atau wali mereka. Semakin lama semakin berkurang, menyisakan beberapa anak yang masih menunggu jemputan. Dari kejauhan  orang yang di tunggu Clay mulai kelihatan, tapi ia masih mengobrol dengan dua orang anak yang ntah membicarakan apa tapi membuat ia harus duduk disana.

Mata mereka bertemu di jarak yang tak terlalu jauh juga tak terlalu dekat. Hanya beberapa saat, Asya memutus kontak mata mereka dan merogoh tas tangannya mengambil sesuatu. Tak lama, ponsel di genggaman Clay bergetar. Clay mengeceknya, dan ada sebuah pesan dari Asya.

Bisa tunggu sebentar? Aku harus memastikan anak-anak di jemput. Gapapa?

Kira-kira isinya begitu. Clay hanya tersenyum membaca pesan itu, lalu kembali menatap Asya yang juga tengah melihat padanya dengan pandangan tidak enak. Clay memberikan isyarat jika ia tidak apa menunggu.

Tuhan, bagaimana mungkin ia menyakiti malaikat satu itu? Clay terlalu mencintai Asya, mungkin itu alasan kenapa ia tak pernah menjadikan Aisley sebagai rumah karena tempat pulangnya hanya pada Asya.

Seperti kata pepatah, Asya ibarat kampung halaman, sejauh apapun ia pergi, ia tetap akan kembali ke kampung halaman.

“Maaf ya udah bikin kamu nunggu,” Asya mendekat. Clay melihat ke seberang, tak ada lagi anak-anak yang menunggu. Ia melihat kearah Asya, mengusap puncak kepala Asya.

Kamu memang yang terbaik.

“Lelah?”

Asya menggeleng, “menyenangkan bersama mereka.”

“Kalo sama aku?”

“Kamu?” Asya memiringkan kepalanya, seperti berpikir tapi matanya melirik jahil. Lalu menggeleng, dan tertawa. Lalu melarikan diri memasuki mobil Clay.

“Hei, jawaban apa itu.” Cibir Clay sembari memasuki mobilnya.

Seperti kembang api yang meletup didadanya, membuat pipinya bersemu merah ketika bibir Asya menyentuh pipinya.

Hangat.

Clay mengacak rambut Asya, lalu tersenyum simpul menutupi kegugupannya. Ia menyalakan mesin mobilnya.

“Eh bentar,” Asya merogoh tas tangannya. “Lipstick aku nempel di pipi kamu,” ia tertawa geli sembari menghapus bekas lipsticknya di pipi Clay.

“Makanya jangan di pipi,” ucap Clay sembari melirik pada Asya. “Terus dimana dong?”

Clay bergerak cepat untuk menempelkan bibirnya pada bibir milik Asya, lembut seperti permen kapas, kenyal seperti jeli. Hanya beberapa saat sampai ia melepaskannya. Mendapat lirikan tajam dari Asya.

“Dasar pencuri,” ia memukul bahu Clay, tidak kuat karena mampu membuat Clay tertawa sembari mulai menjalankan mobilnya.

---OutofSight---

Sekarang coba tebak dimana mereka?



Di kamar Asya.




Tapi jangan memikirkan hal yang macam-macam, cukup semacam saja.

Karena mereka hanya berbaring dengan saling membagi kehangatan lewat pelukan di sore hari. Clay hanya menghirup aroma rambut Asya dalam-dalam sedangkan Asya lebih memilih menyamankan kepalanya di dada Clay. Posisi yang sempurna.

Out of Sight 2 (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang