Part 3

5.7K 589 59
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it. Puter mulmed jan lupa😂

---OutofSight---

Author pov.

Sekarang hari minggu siang, Asya sedang berada diperjalanan untuk menemui temannya. Hanya untuk jalan-jalan di hari minggu.

Setelah sampai, Asya turun dari taksi yang mengantarkannya kesebuah cafe tempat janji temunya dengan teman-temannya.

Ia mengecek isi tasnya, takut-takut ada yang tertinggal. Setelah yakin tak ada yang tertinggal, ia mendongakkan kepalanya.

Asya terdiam.

Tatapannya jatuh pada seseorang yang telah lama ia rindukan. Asya yakin itu dia, Asya menutup matanya. Meyakinkan apa yang dilihatnya bukanlah mimpi atau halusinasi.

Asya membuka matanya kembali. Orang itu tidak menghilang atau pun pergi. Ia masih tetap berada disana, berdiri di depan cafe itu. Mungkin menunggu seseorang. Ia tak melihat Asya, tapi Asya yakin orang itu memang dia.

Asya ingin berlari menghampirinya, memeluknya erat dan mengucapkan kata cinta dan juga rindu yang sudah menggunung di dalam dadanya. Tapi tidak, kakinya tetap menjejak disana. Asya juga ingin kabur, berlalu pergi meninggalkan orang itu. Berpura-pura seolah itu hanya mimpi dan Asya tak pernah bertemu dengannya. Agar ia masih bisa menumpuk harapan di dalam dadanya.

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari orang itu, ia melangkah memasukinya lalu berlalu pergi. Kaki Asya melemah, air matanya sudah tak terbendung, ia terduduk didepan cafe itu. Menangis sejadi-jadinya. Tak peduli orang-orang yang akan menatapnya dengan aneh, ia hanya ingin melegakan hatinya.

Harusnya ia bersyukur karna Clay sudah kembali,bukan?
Harusnya ia bersyukur karna bisa bertemu lagi dengan gadis itu, tuhan mengabulkan do'a nya selama ini. Lalu apa yang ia tangisi?

Harusnya ia tak menangis, harusnya ia menghampiri gadis itu sekedar menyapa dan bertukar kabar, tapi kenapa ia diam saja? Kenapa kakinya bahkan tak bisa bergerak barang sesenti saja? Kenapa ia malah merasa ada lautan luas yang memisahkan mereka ? Ia tak mampu meraih Clay kembali, ia tak mampu hanya sekedar menyapa atau tersenyum pada gadis itu.

Ia tak mampu.

Kehadiran Clay kembali, menghancurkan harapannya.
Kehadiran Clay kembali, mematahkan hatinya.
Karna, jika gadis itu kembali, maka hati gadis itu sudah berubah terhadapnya. Tak akan ada lagi cinta untuknya.

Asya tak ingin itu terjadi.

Asya ingin Clay kembali tanpa merubah perasaannya. Asya ingin Clay kembali karna gadis itu masih mencintainya. Tapi sepertinya tidak lagi.

Jika Clay sudah berada di indonesia, maka harusnya gadis itu sudah berlari menemuinya di rumah. Mengatakan jika ia masih mencintai Asya. Tapi gadis itu bahkan tak memberi kabar sedikitpun.

Tak pernah hati Asya sehancur ini. Bahkan tidak saat tau bahwa Clay telah meninggalkannya. Tapi sekarang hatinya sudah sehancur-hancurnya. Tak ada yang tersisa.

Apakah ini cara tuhan membalasnya ?

Harusnya sudah dengan ia depresi dahulu, harusnya sudah dengan ia mencoba membunuh dirinya sendiri. Jika tuhan ingin membalas, maka harusnya ia tak pernah menyelamatkan Asya dari kematian.

Asya menghapus air matanya, menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat di depannya. Jika Clay kembali, artinya Asya tau kemana ia harus pergi. Asya tak ingin kehilangan Clay lagi, tak peduli akan seperti apa kedepannya, tak peduli jika hatinya akan menjadi semakin redam. Asya sudah memutuskan.

Tuhan, tolong beri kami sedikit waktu. Dan tolong sisakan kesempatan untukku.

Do'anya dalam hati.

Cukup lama sampai taksi itu berhenti di sebuah gedung bertingkat yang tinggi ini. Ia membayar taksi, keluar dari taksi itu dengan tergesa. Berlari memasuki gedung, memasuki lift dan memencetnya dengan tergesa. Setelah sampai di lantai yang ia tuju, ia segera keluar. Berlari menuju pintu yang tepat di lorong itu.

Perasaanya campur aduk, nafasnya tak karuan, air matanya masih tak hentinya untuk turun, tangannya terangkat untuk memencet bel.

Sekali, dua kali, sampai bel itu ia pencet terus menerus sampai terdengar suara pintu dibuka. Asya sudah menyiapkan hatinya. Tapi Ia harus kecewa, karna yang keluar bukanlah yang ia nanti.

"Ada yang bisa saya bantu ?" Tatapan orang itu sangat sinis menghadap Asya, mungkin karna terganggu dengan suara bel.

"A-apakah anda kenal dengan C-Clay ? Ah maksud saya Clarissa. Apa dia ada disini ?" Nafas Asya masih tidak beraturan dengan perasaan yang semakin campur aduk membuatnya terbata.

"Ah Clarissa. Pemilik sebelumnya ya? Dia menjual Apartemennya, kami baru menandatangani surat pembeliannya sekitar 4 hari yang lalu. Dan kami baru pindah kesini sehari setelahnya," jelas orang itu.

Lagi dan lagi, Asya harus kecewa.

Asya mengangguk canggung, lalu tersenyum kikuk.

"Kau temannya ? Kebetulan sekali. Tunggu sebentar," kata orang itu. Lalu berlalu memasuki apartementnya.

Asya mendongak, menatap langit-langit lorong ini. Hatinya sangat sakit, tapi ia tak bisa menyalahkan siapapun atas rasa sakit yang ia miliki.

"Pemilik sebelumnya mungkin tak sengaja meninggalkan ini," pemilik apartement yang baru itu muncul kembali dengan sebuah box besar di tangannya. "Mungkin kau bisa mengembalikannya pada pemiliknya," lanjutnya.

Asya mengambil alih box itu, lalu mengangguk. "Terimakasih," katanya. Lalu sedikit memberikan senyum yang tak kontras dengan matanya yang sedikit bengkak. Lalu berlalu.

Asya berjalan menyusuri lorong ini dengan tak semangat. Ia ingin pulang. mengembalikan box ini ? Mustahil ia lakukan, ia bahkan tak tahu di mana gadis itu tinggal sekarang.

---OutofSight---

Asya sudah sampai di rumahnya dengan box besar itu, ia lelah, sangat lelah. Yang ia butuhkan sekarang hanya tidur di kasurnya.

Ia meletakkan box itu di atas kasurnya, meletakkan tasnya lalu duduk. Menatap box yang tak ia tahu apa isinya.

Tidak akan berdosa jika Asya membuka box itu,kan? Hanya ingin melihat barang apa yang Clay tinggalkan. Tangannya bergerak perlahan membuka box itu. Hatinyanya yang hancur menjadi semakin hancur, rasa kecewanya yang sudah menumpuk menjadi semakin menumpuk. Air matanya kembali menyusuri lekuk pipinya.

Di dalam sana, terdapat barang-barang yang pernah ia berikan untuk Clay. Dari mulai barang yang kecil seperti aksesoris, sampai boneka-boneka lucu yang pernah ia berikan untuk gadis itu. Boneka couple seperti miliknya.

Sebegitu besarkah Clay ingin melupakannya ? Sebegitu besarnya kah Clay tak menginginkannya lagi sampai meninggalkan barang-barang ini begitu saja. Semua kenangannya bersama Asya, apa Clay benar-benar ingin membuang semuanya begitu saja ? Seperti itu saja ?

Asya jadi teringat kata yang di ucapkan pemilik apartement baru itu, mengembalikannya pada pemiliknya. Sekarang, mereka kembali pada pemilik aslinya.

Jika Clay tak ingin menyimpannya lagi, maka Asya yang akan menyimpannya. Kenangannya bersama Clay.

Disaat Asya tengah menangisi takdir yang begitu jahat di kamarnya. Seseorang baru saja masuk kedalam mobilnya setelah memperhatikan kamar Asya cukup lama. Lalu, berlalu pergi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tubeco.

-------------

Hayo siapa yang masih nunggu kisah mereka ?

Hahaha, maafkan aku membuat kalian menunggu. Kesibukan dunia nyata memang tidak bisa di hindarkan ya. Hihi

Terimakasih sudah mampir.
Kritik dan saran di butuhkan.
Terimakasih.

Salam cinta,
Hotchocogirl.

Out of Sight 2 (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang