Part 5

5.5K 569 31
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---OutofSight---

Author pov.

Asya berjalan keluar menuju gerbang sekolah tempat ia mengajar. Setelah hari itu, hari dimana ia melihat Clay kembali dan hari-hari setelahnya semuanya kembali berjalan seperti biasa. Tak ada lagi penampakan Clay, tak ada jejak, tak ada kabar, sama sekali tak ada. Hanya kekosongan yang mengisi relung hati Asya.

Siang ini, setelah mengajar. Ia hanya ingin pulang, mengisi rutinitas seperti biasanya dengan hanya menatap barang-barang pemberiannya pada Clay yang bersarang dalam kotak. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan, semua pekerjaannya sudah ia kerjakan di sekolah.

Langkah Asya terhenti, matanya menangkap sosok yang sangat ia rindukan. Sosok yang tengah bersandar pada mobil dan juga tengah menatap Asya.

Hening.

"Lama tidak bertemu," ucapnya. Suaranya masih sama, dengan senyum tipis menghiasi bibirnya.

Asya terdiam.

Meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi, jika ini bukan hanya penampakkan sekilas. Gadis itu menyapa dirinya, benar-benar menyapa dirinya.

"Sudah selesai menga--...."

"Clay, aku rindu," ucap Asya memotong ucapan gadis di hadapannya. Mereka berdua terdiam. Lalu terdengar tawa sendu Asya.

"Ah maksudku. B-bagaimana kamu tau aku ada disini?" Asya mengoreksi ucapannya.

"Itu tidak penting," jawab Clay.
"Karna ini pertemuan pertama kita setelah sekian lama, ayo makan siang bersama." lanjutnya.

Sekarang disini lah mereka, duduk berhadapan dengan mulut Clay yang terisi penuh. Gadis itu bersemangat untuk memakan makanannya, berbeda dengan Asya yang sama sekali tidak menyentuh makanannya. Matanya sibuk memperhatikan Clay, takut jika ia melihat makanannya atau arah lain Clay akan menghilang.

"Clay, bagaimana kabarmu? Kapan kamu kembali ke indonesia?" tanya Asya pelan. Clay menelan makanannya.

"Baik. Dan mungkin sekitar 2 minggu yang lalu," jawabnya. Lalu kembali menyuapi makanannya. "Bagaimana denganmu?" tanyanya.

"Aku buruk," jawab Asya pelan. Dan mungkin tak terdengar oleh gadis di dihadapannya. Lalu mengulang dengan jawaban berbeda, "Aku juga baik".

"Lalu, gimana kabar mama dan papa kamu?" tanya Clay lagi.

"Mereka juga baik," jawab Asya.

"Syukurlah. Aku juga turut senang kamu sudah bisa melihat lagi," ucap Clay. Asya mengangguk, lalu hening. Tak ada lagi yang mau memulai pembicaraan.

"Clay, maaf" ucap Asya pelan di sela keheningan.

"Maaf untuk apa?" tanya Clay.

"Maaf untuk semuanya. Maaf untuk waktu itu, maaf karn-...."

"Sya, ayo mulai dari awal lagi," ucap Clay memotong. Asya terdiam dengan wajah bingung.

"Memulai apa? Kita bahkan tidak mengakhiri apapun," kata Asya.

"Ada, kita. Maksudku persahabatan kita. Ayo kita mulai lagi," jawab Clay. "Ayo menjadi sahabat lagi," lanjutnya.

Asya tertawa pelan. Harus apa ia sekarang. Menjalin persahabatan lagi seperti dulu? Apakah itu artinya tak ada lagi kesempatan untuk Asya menjadi lebih?

Dalam kebimbangan hatinya, Asya menganggukkan kepalanya. Lalu tersenyum simpul, hanya ini kesempatannya. Mungkin selama ini, dia salah dalam berdoa. Dia berdoa agar tuhan memberinya kesempatan sekali lagi. Lalu tuhan mengabulkan permintaannya, kesempatan untuk bersama Clay. Bukan sebagai apapun melainkan sahabatnya lagi. Harusnya ia berdoa lebih spesifik, agar tuhan tau bagaimana ingin hatinya.

Out of Sight 2 (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang