Maafkan atas typo dan antek-anteknya.
Enjoy it.
---OutofSight---
Author pov.
Dinegara yang masih di rahasiakan, Clay terlihat sedang berkutat dengan berkas-berkas yang sudah menumpuk di atas mejanya pagi ini. Padahal gadis itu baru saja mendudukan dirinya dikursi kebesarannya itu.
Terdengar bunyi pintu ruangannya dibuka dan di tutup, gadis itu tak mengubris, sehingga orang yang langsung masuk bahkan tanpa izin tersebut langsung menghampiri Clay dan memeluk gadis itu dari belakang.
"Hi Honey," ujarnya lembut sembari mencium pipi Clay. Clay hanya berdehem menanggapi itu. "Bagaimana rencana keberangkatanmu ? Apa jadi berangkat lusa ?" tanya orang tersebut, melepaskan pelukannya pada Clay, lalu melangkah menuju sofa, mendudukkan dirinya disana.
"Jadi," jawab Clay seadanya.
"Apa tidak bisa jika kamu tidak berangkat ? Ah, aku akan merindukanmu nanti," kata orang itu dengan wajah cemberut. Clay mendongak untuk melihat itu, tak tega rasanya. Clay berdiri, melangkah untuk mendekati orang itu.
Ia berjongkok, bertumpu pada lututnya di hadapan orang itu.
"Jangan cemberut. Aku juga pasti akan merindukanmu," kata Clay dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Aku akan menyusulmu nanti," kata orang di depan Clay.
"Kamu bisa datang kapanpun kamu mau, Ai," Clay berdiri sembari mengacak rambut Ai, atau gadis itu lebih dikenal dengan nama Aisley.
Clay berjalan kembali ke mejanya, duduk di kursi kebesarannya, dan kembali tenggelam dalam tumpukan berkas itu.
Aisley menatap Clay dalam, ada perasaan tak rela yang menyeruak dalam dadanya.
"Kamu sudah bisa melupakan gadis itu ?" pertanyaan Aisley menarik fokus Clay kembali, tapi Clay seolah tak tertarik. Aisley mengangguk, ia tau jawabannya.
"Apa tidak apa-apa jika kamu tetap kembali ke indonesia Clay ? Kalian bisa kembali bertemu walaupun dengan sedikit kemungkinan," Aisley berucap dengan masih memandang Clay.
"Kamu cemburu ? Hm ? Cemburu ?" tanya Clay menggoda gadis itu. Aisley diam saja, tak ingin menanggapi Clay. Ia tau, jauh di dalam lubuk hati Clay, cinta itu masih tersimpan rapat hanya untuk gadis indonesia itu.
Aisley tau, seberapa pun keras Clay berusaha untuk melupakan gadis itu, ia tak pernah bisa. Clay hanya mencoba menjalani harinya dengan senormal mungkin, berusaha menampakkan jika ia sudah melupakan gadis indonesia itu, tapi sebenarnya ia menyimpan gadis itu di dasar hatinya, dan bagi Clay, gadis itu masihlah berada di tahta tertinggi hatinya, yang tak akan ada seorang pun yang mampu meraih posisi itu. Aisley tau semua itu.
"Kenapa diam saja ? Sakit ?" tanya Clay, raut wajahnya sedikit khawatir. Aisley menggeleng.
"Aku ingin makan siang denganmu nanti," kata Aisley. Clay mengangguk dengan senyum di bibirnya.
---OutofSight---
Clay tengah duduk makan siang di sebuah cafe yang tak jauh dari kantornya, di temani Aisley dan ada Vale disana.
"Jadi Vale, bagaimana usahamu mendekati Lily ?" tanya Clay pada Vale yang sebelumnya tengah bercanda dengan Aisley.
"Jangan ingatkan aku, Clay. Sudah beberapa tahun berlalu tapi masih saja susah meyakinkan Lily." Wajah cemberut Vale benar-benar membuat Clay tertawa terbahak-bahak.
Clay pun tak tau hal apa yang membuat Lily tak kunjung luluh. Menurut Clay, Vale itu menarik. Gadis itu cantik dengan wajahnya yang jarang di bubuhi make up, hanya lipbalm saja sudah membuat banyak perempuan yang rela menyerahkan dirinya untuk ditiduri gadis itu, tapi semenjak mengenal Lily, Vale tak lagi suka One Night Stand. Gadis itu ingin Lily yakin dan percaya pada ketulusannya, tapi ntah hal apa yang membuat Lily masih enggan untuk menerima Vale.
"Kau payah," ejek Aisley sembari tertawa.
"Terus saja meledekku," kata Vale dengan memutar bola matanya.
"Kusarankan untuk menyerah saja, lalu pergi ke Club dan akan banyak orang yang akan mau denganmu," Aisley kembali berucap di sela tawanya.
"Katakan itu pada dirimu sendiri," kata Vale enteng, tapi mampu membuat Aisley terdiam.
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi, ntah siapa yang memulai sesi diam ini, tapi tak ada lagi yang bersuara seolah memang di dikte untuk diam. Tak lama Aisley pamit untuk ke toilet, mungkin mencuci wajahnya, meperbaiki make up, atau hanya sekedar ingin mencerna ucapan Vale.
"Jadi kau sudah membereskan bawaanmu ?" tanya Vale. Clay menggeleng.
"Aku baru akan berangkat lusa, masih ada waktu membereskan itu." kata Clay sembari meneguk kopi yang sedari tadi ia pandangi.
"Mau ku temani ? Aku bisa pergi bersamamu," ucap Vale lagi. Ia khawatir pada Clay, takut sahabatnya itu menjadi gila karna mengingat kenangan bersama Asya di indonesia nantinya. Clay menggeleng.
"Aku bisa sendiri. Aku bilang pada ayahku untuk memberikan tempat tinggal lain, jadi aku akan menjual apartement lamaku, dan pindah ke apartement yang baru." Jelas Clay. Vale mengangguk.
"Bagaimana dengan Aisley ?" tanya Vale lagi.
"Dia akan tetap disini, ya dia boleh mengunjungi ku sesekali. Dia masih harus menyelesaikan pendidikannya disini," jewab Clay.
"Dia seharusnya mencintai orang yang juga mencintainya," kata Vale. Clay menggeleng pelan.
"Katakan itu pada dirimu sendiri," kata Clay.
"Hei, itu kata-kataku tadi." Vale memprotes.
"Itu tidak di patenkan," Clay menjulurkan lidahnya mengejek.
"Menyebalkan," dengus Vale. Clay tertawa.
"Tak apa-apa jadi bahan bulian, asal bisa melihat mu tertawa sebahagia itu," kata Vale tiba-tiba. Clay memandangnya.
"Kau tidak sedang jatuh cinta padaku kan ?" tanya Clay dengan tatapan menyelidik. Vale menyentil kening Clay dengan keras hingga membuat Clay mengaduh sambil mengusap keningnya.
"Bodoh," kata Vale.
---OutofSight---
Clay sekarang tengah duduk di kursi kebesarannya, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tapi gadis itu bahkan tak ingin beranjak dari sana.
Banyak hal yang melintas di otaknya, jika saja isi pikirannya bisa terlihat mungkin saja gambarannya akan terlihat begitu kusut sehingga tak bisa di uraikan lagi. Ia memijit kepalanya, kenangan bersama Asya tiba-tiba masuk menyusup kedalam pikirannya.
"Sya, bisakah kamu tak berputar di kepalaku ? Kamu menyiksaku Sya," gumamnya pelan.
Clay memutar kursinya kekiri dan kekanan, menyandarkan tubuh lelahnya di kursi, mendongakkan kepalanya, memejamkan matanya.
Semoga kita tak pernah bertemu lagi, Sya.
Dinegara lain, seorang gadis baru saja terbangun dari tidurnya. Duduk di kasurnya sembari mengucek matanya, menguap pelan. Lalu tersenyum.
"Selamat pagi dunia, selamat pagi Asya. Dan selamat pagi Clay, dimanapun kamu berada, aku masih menunggu keajaiban itu. Semoga kita bisa bertemu lagi dan semoga aku belum terlambat," gumamnya.
Semangat, Pekiknya dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tubeco.
--------------
Holaaaaaaa....
Lama menunggu ? Kuharap enggak ya. Belakangan lagi stuck banget buat nulis cerita ini, daripada dipaksakan, lebih baik ditunda dulu😆
Terimakasih sudah menunggu.
Kritik dan saran dibutuhkan.
Terimakasih.Salam cinta,
Hotchocogirl.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Sight 2 (GxG)
FanfictionCOMPLETED. ----------------------------------------------------------- Sebatas mana cinta mampu bertahan dalam penantian yang tak pasti ? Sedangkan kenangan hilir mudik mungusik renungan. Lalu, mampukah bertahan dalam kerumitan cinta yang semakin...