lokasi

270 69 3
                                    

"Hey, hati hati."

"Sudahlah mengapa jadi membahas pembunuh itu, bagaimana jika ia tahu kita sedang membicarakannya lalu menjadikan kita target selanjutnya." Paham akan yang dikatakan Jisung, Mark pun menjelaskan. 

"Ah menyeramkan, sudah sudah hentikan." Ucap Jaemin sambil bergidik ngeri.

"Hey Jaemin kau yang memulai!" Haechan emosi sendiri, tak tinggal diam dia juga melempari kulit kacang yang ada didepannya ke wajah Jaemin.

"Hey hey hentikan," mohon Jaemin agar Haechan berhenti melemparinya kulit kacang.

"Sudah sudah, em jadi bagaimana, mau mencoba menginap tidak?" Ucap Chenle seraya mengembalikan ke topik awal.

"Sudah, atur saja tanggalnya." Final renjun.

"Baiklah seminggu sebelum liburan berakhir, bagaimana?" Tawar mark dan disetujui oleh semua.

"Deal!" Ucap Jaemin dan Haechan dengan semangat.

"Oke, akan aku membicarakannya dengan ibu"

"Dasar tuan muda," Decih Haechan yang diikuti tawa renyah dari yang lain.

_

Hari ini tiba begitu cepat. Hari dimana tujuh orang pemuda akan menikmati seminggu terakhir liburannya dengan canda tawa serta sajian pemandangan indah.

"Ah jie kau terlambat lagi." Tegur Jaemin.

"Kali ini apalagi yang tertinggal?" Tanya Renjun.

"Ah maaf, ponsel ku tertinggal tadi, maaf"
Jawaban Jisung untuk kelima temannya yeng terlihat sangat kesal dengan kecerobohannya.

"Lain kali tinggalkan saja, mengapa harus kau ambil juga, asal kau bawa uang kau tidak akan bosan." Siapa lagi yang akan menyahut seperti ini jika buka Chenle.

"Hey Chenle zhong, kasta mu dan Jisung berbeda, sadarlah," tungkas Haechan yang disertai jitakan di dahi Chenle.

"Hey kalian mau sampai kapan, mobilku sudah panas ini dan sepertinya akan meledak." Panggil Mark kepada enam orang pemuda yang sedang beradu mulut di sebrang mobil Mark. 

"Hey Mark, aku tahu kau tak sepandai Jaemin, tapi jangan terlalu bodoh seperti itu juga." perkataan itu keluar dari mulut sepupunya sendiri, siapa lagi kalo bukan Jeno Lee.

'kan dia memang gila'



Perjalanan dari kota ke sebuah desa yang letaknya dipinggiran hutan, hanya ditempuh kurang lebih dua jam  oleh mereka, ralat maksudnya oleh Mark lee. Coba saja jika yang mengemudi Renjun atau Jeno bisa sampai empat jam mungkin.

Jangan tanya sisanya, mereka mana sudi, tidur dan makan camilan lebih diprioritaskan oleh mereka.

"Hey Chenle, mengapa tempatnya terlalu dalam seperti ini? Akan jauh akses dari orang orang pastinya." Keluh Renjun.

'dia sengaja dasar bodoh'

"Jangan tanya aku, yang membeli kan ibuku." Jawab Chenle membela diri.

"Maksudku kenapa kau dari awal tidak bilang jika tempatnya akan mendalam seperti ini." Ucap Renjun kesal.

"Memangnya kenapa jika tempatnya mendalam di hutan?" Tanya Mark polos.

"Jauh dari akses semua orang tentu saja, tck tau seperti ini aku tidak ikut saja." Renjun lebih kesal tentunya.

"Lagi pula ini tidak terlalu mendalam juga, Mark saja yang memutar arah lewat belakang, belakang villannya kan memang hutan." Kata Chenle.

"Memangnya kenapa? kau terlihat khawatir sekali." Memang Jaemin sedang bingung dengan temannya ini yang kesal sendiri.

"Tapi Chenle? Disini tak ada pemukiman lain? Maksudku ini bukan tempat mati tanpa penghuni kan?" Tanya jeno.

"Apa kau gila?! Tentu saja ada sebelah timur dari villa, sekiranya kau berlari maka akan sampai" jawab Chenle.

"Jauh berarti." desis Jeno namun bisa didengar oleh Haechan.

"Hey kan Chenle sudah bilang, larilah jika ingin cepat sampai. Jangan bilang kau tak bisa berlari." 

Pertanyaan Haechan diakhir berhasil mendapat jitakan dari Jeno.














Hai, hari ketiga pertama publish hihiii, deg degan banget, semoga kalian suka!!

Oh ya disini kan aku pake bahasa baku, jdi maaf bgt klo misal ada salah salah, kalian kalo mau usul koreksi boleh kok... Aku revisi pas udah ending nanti..

Ini tantangan bgt buat aku ><
Aku update setiap weekend yaa, ini bonus aja karena tiga hari pertama publish, jadi see u on Saturday night...

Inseventh killer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang