haruskah menyerah?

170 43 0
                                    

"Apa yang kau lakukan!" Bentak Jaehyung, kakak Jisung. Sembari mengambil alih cutter dari genggaman Jieun dengan paksa. 

"Apa kau pikir hanya dirimu yang tidak rela adiknya meninggal? Aku juga! Kita berdua sama sama terpuruk sekarang ini." Ucap Jaehyung dihadapan Jieun, ia melanjutkan perkataannya namun kali ini suaranya sedikit tenang.

"Hey, mau bagaimanapun juga ini semua sudah terjadi. Apa kau tega membuat adikmu tidak tenang disana huh? aku tahu kita sudah sama sama dewasa, jadi tolonglah jernihkan pikiranmu..." 

Kini Jieun mendongakkan kepalanya dan menatap tajam lelaki dihadapannya. 

"Apa yang kau tau?! Aku selama ini tetap bertahan karena harus menghidupi dirinya, dan sekarang dia sudah pergi lalu apa yang akan kulakukan sekarang, huh?!" 

"Bahagia lah." 

Satu kata yang keluar dari mulut Jaehyung mampu membuat Jieun terpaku. Tak lama ia kembali menangis, ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, sejak dulu hidupnya adalah Haechan, dirinya selalu memprioritaskan Haechan. Dan sekarang Haechan sudah tak ada, ia harus bagaimana? 

Melihat Jieun yang sangat kacau. Boyoung, ibu Jaemin menghampirinya dan mendekap Jieun kedalam pelukannya, berusaha memberikan ketenangan untuk gadis itu. 

Sojung, ibu Jisung ikut menenangkan Jieun, "ikhlaskanlah adikmu ya nak, jika tidak dia tak akan pernah tenang dengan kematiannya, apa kau tega menyiksanya?" Dan Jieun menggeleng samar sebagai jawaban.

"Permisi, dengan keluarga korban untuk segera mengisi administrasi agar jenazah bisa segera dimakamkan." 

Itu perawat, yang menghampiri mereka dan mengatakan untuk segera mengurus pemakaman jenazah. 

>>>

Mari berpindah ke sosok yang tengah mendekam di ruang interogasi. 

Polisi menunjukkan rekaman percakapan panggilan pada ponsel Jeno dan Jaemin yang berhasil terekam oleh pusat komunikasi. Disana berisi percakapan Chenle dan Mark yang mengatakan siapa sebenarnya mereka. Jelas itu bukti kuat, dan Jeno yang memikirkan hal ini.

"Ah jadi dia memakai earphone untuk ini?" Mark terkekeh pelan, "astaga adikku pintar sekali.." 

"Saudara Mark lee, sekarang saya tanya, apakah anda tahu dimana posisi tersangka Chenle?" 

Mark hanya mengedikkan bahunya, "dia sembunyi, dia takut, karena dia bodoh." Setelah itu Mark tertawa keras.

Brak

"Tolong jangan bermain main Mark lee! Berhentilah tertawa konyol seperti itu! Tak ada yang lucu disini!" Polisi yang ada dihadapan Mark termakan emosi.

"Aku juga tidak sedang bercanda, dasar polisi aneh," desis Mark.

"Kaulah yang aneh! Ah melelahkan sekali..." Polisi itu menghela nafas sejenak. "Mark lee, aku tau kau masih sadar, aku tau kau belum gila sepenuhnya. Jadi-" ucapan polisi itu terpotong.

"Jadi kenapa kau menahan ku? Pelaku di kasus ini Chenle zhong, dia yang membunuh semua teman temannya dan beberapa orang lainnya. Itu pekerjaannya. Dia yang harus menerima konsekuensinya. Lalu kenapa aku yang kau tahan!" Mark mengakhiri ucapannya dengan berdiri menggebrak meja dan menatap polisi di depannya tajam. Siapapun tolonglah, wajah Mark sangat menakutkan sekarang.

"Bisa menakutkan juga bocah ini ternyata," desis polisi itu.

Tak lama salah satu petugas masuk kedalam ruangan itu, dan menghampiri polisi yang tengah menginterogasi Mark tadi.

"Permisi polisi Yuta." Petugas itu membungkuk sopan lalu menghampiri Yuta.

Terlihat sang petugas membisikkan sesuatu yang penting pada Yuta. Terlihat jelas sekali ekspresi terkejutnya saat si petugas selesai berbisik tadi. 

Inseventh killer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang