penawaran

403 77 2
                                    

Sore itu, tujuh orang pemuda sedang menikmati masa liburannya, padatnya jadwal kuliah mereka membuat masing masing tertekan. Bersantai ria dipinggir pantai serta dibumbui beberapa canda tawa.

Namun tak ada yang tahu jika itu adalah candaan dan tawaan yang mungkin akan disesali satu sama lain, suatu saat nanti.

"Ibuku baru saja membeli villa kemarin, lokasinya dikelilingi dengan kebun walaupun jauh  dibelakangnya ada hutan, tapi pemandangan di depannya indah sekali. Kalian mau menginap di sana tidak?" Chenle -salah satu dari tujuh pemuda itu berkata demikian.

"Bukannya kata ibumu dia berencana membangun villa, kenapa jadi membeli?"  Jeno -salah satu dari tujuh pemuda itu menjawab Chenle.

"Hey kenapa harus bertanya? Biarkan saja uangnya kan banyak..."  Itu perkataan Haechan yang disambung dengan tawa renyahnya.

"Masih lebih kaya aku," jawab Jeno sombong sambil menyibak rambutnya ke belakang.

"Tck tidak usah terlalu sombong kalian jika disini masih ada pewaris perusahaan terkenal." Ucap Jaemin seraya menyadarkan kebodohan teman temannya.

"Hey Jaemin kau melupakan fakta bahwa seorang Jeno lee adalah sepupu dari ahli waris KingsLee, bukankah begitu tuan Mark lee," tutur Renjun lalu sedikit menggoda mark diakhir ucapannya.

Lalu semuanya pun terkekeh geli.

"Iya iya aku tau. Sebenarnya aku boleh iri tidak sih dengan kalian?"  Ucap Jaemin dengan muka dramatis nya.

"Tidak perlu sok dramatis kau, jijik aku melihatnya," Ucap Haechan sambil melempar kacang ke muka Jaemin.

"Bukannya kau juga sering melakukannya Haechan, anggap saja kau melihat dirimu sendiri." Balasan Jaemin yang disetujui oleh yang lainnya.

"Kita masih bisa hidup detik ini saja sudah sangat beruntung, bukankah begitu?"

Siapa sangka jika yang mengatakan ini adalah seorang Jisung park, bahkan berhasil membuat keenam pria tersebut terdiam seribu kata.

"Oow lihat ini, siapa yang mendidik mu seperti itu Jie, aku terlewat bangga denganmu." Ucap Mark heboh.

"Tentu saja Renjun. Bahkan mereka berdua sudah seperti saudara kandung,"  Chenle menyahuti sambil sedikit menggeleng gelengkan kepalanya.

"Hey bukannya dia selalu bersama kita, tentu saja didikan kita. Ya tidak?" Ucap Haechan yang sedikit tidak terima.

"Apa kau tidak mendengar jika tadi Chenle mengatakan jika Renjun dan Jisung sangat dekat seperti saudara?" Sergah Jeno. "Sudahlah kali ini Renjun yang menang, mengalah lah."
Sambungnya.

"Tapi yang Jisung katakan benar sekali. Aku yakin kalian sudah mengetahui jika di sekitaran kita ini ada pembunuh yang sedang berkeliaran."

"Bahkan kau bisa meninggal kapan saja jika membuat ulah." Ucapan Jaemin tadi dilanjutkan jeno dan mendapatkan anggukkan kepala dari mereka semua tanda setuju dengan apa yang mereka ucapkan.

"Tapi pembunuh itu pasti mempunyai alasan, tak mungkin ia tega membunuh sesama manusia jika tanpa alasan," Ucap Chenle dengan alis yang sedikit berkerut tanda ia tengah berfikir.

"Hey, bagaimana kau masih bisa berfikir jika pembunuh itu manusia, dia itu iblis!" Sentak Haechan yang bingung dengan arah pikir temannya itu.

Renjun mengangguk mantap mendengar ucapan Haechan. "Benar, kecuali jika dia gila."

"Hey, hati hati." Jisung memperingatkan.





masih sepi hihii... gapapa deh, this my healing i'll do it if i want.

masi berlanjutt...

Inseventh killer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang