kesalahan

150 51 1
                                    

Kini Jeno dan Renjun tengah beristirahat, mereka tidak peduli dimana mereka sekarang dan sejauh apa mereka berlari. Tujuan mereka hanya ingin selamat dan akan meluruskan semua kesalahan ini.

"Jeno, apa kita akan mati juga?" 

Jeno menggeleng ribut menanggapi pertanyaan Renjun.

"Tidak akan Renjun!"

"Tapi Jeno.."

"Apa kau seputus asa ini, hingga menanyakan hal seperti itu? Tenanglah kita akan melewati ini se-"

"Oh kalian disini rupanya."

Dua pemuda yang tengah beristirahat menjadi terkejut mendengar suara itu. Dengan perlahan mereka membalikkan badan dengan berharap harap jika itu hanya khayalan belaka mereka. Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak memihak mereka berdua. Yap tadi itu benar Chenle, dan sekarang keparat itu sedang berdiri di depan mereka.

"Hey kau sialan! Beraninya kau kabur dariku?" Ucap Chenle sambil menunjuk nunjuk wajah Renjun.

Setelah itu tangan Chenle merogoh saku belakangnya, seperti sedang mengambil sesuatu dengan pandangan mata tajamnya yang terfokus pada Renjun, persis sekali seperti orang kesetanan. Jelas jika hal itu membuat Renjun kembali menciut. Ia memundurkan beberapa langkahnya ke belakang. Jeno yang melihat reaksi ketakutan Renjun lewat ekor matanya, sontak Jeno melempari Chenle pertanyaan, guna mencegah pergerakkan yang tidak diinginkan dari Chenle.

"Kenapa kau tidak mau membicarakannya baik-baik?" Suara berat serta tatapan datar Jeno menginterupsi Chenle. 

Chenle yang tangannya masih setia merogoh kantong celana belakangnya pun menghentikannya sejenak dan beralih menatap Jeno tak kalah datar.

"Apa yang perlu dibicarakan baik-baik Jeno?" 

"Aku tau semuanya. Mulai dari kau yang lahir karena kesalahan lalu kau yang dikembalikan oleh orang tua tirimu."

Chenle diam, ia tak memberikan respon apapun.

"Aku tahu itu pasti sangat sulit untukmu." 

"Kita tahu jika selama ini kau menginginkan hangatnya keluarga Chenle." Dengan berani Renjun pun ikut membuka suaranya.

"Lalu apa urusannya dengan kalian?" Tanya Chenle ketus.

"Hey, kita bisa menjadi keluargamu." Jawab Renjun lembut.

"Bahkan jika kau bersedia, aku bisa meminta tolong kepada ayahku untuk mengadopsi mu." 

Terlihat tangan Chenle sudah menggenggam pistol dari kantong belakangnya, Jeno meneruskan perkataannya.

"Kau salah mengungkapkan curahan hatimu Chenle, kau terjebak di dunia gila milik Mark. Mark itu gila, persis seperti ayahnya."

"Coba kau mengungkapkan beban hatimu pada Renjun atau Jaemin, semua tak akan menjadi seperti ini..."

"Benar." Renjun mengangguk, "coba kau bercerita jika kau menginginkan keluarga utuh lagi, aku pasti akan menjadikanmu saudaraku saat itu juga. Ibu ku juga sangat menyukaimu Chenle."

"Kau dengar itu?" Ucap Jeno sambil menaikkan satu alisnya, "bayangkan jika ibunya Renjun tahu jika anaknya mati dibunuh oleh bocah yang ia sukai lebih dari anaknya sendiri."

Chenle masih tak merespon apapun, wajahnya datar dan hanya bola matanya yang bergerak guna memperhatikan siapa yang sedang berbicara. 

"Ibuku sangat menyayangimu dan Jisung seperti anaknya sendiri Chenle, itulah mengapa ibuku selalu menyuruh agar sering bermain di rumah."

Mendengar itu mata Chenle memerah, serta tangannya mulai mengepal.

"Mengapa kau harus berbohong jika kau masih diadopsi. Padahal dengan jujur kau bisa lebih merasakan hangatnya keluarga. Itulah kenapa kita bisa berteman, tapi kau malah menyalahgunakan pertemanan ini..."


"DIAM!"


dorr









Haduh ini rada gaje ya, atau gaje bgt? Soalnya ini udah rada menuju ke... Rahasia

Gimana rasanya aku update tiga hari? Ga harus seneng juga, yang seneng aku, nanti jdi cepet kelar soalnya wkwkwkwk

Bsk Senin guys, yg katanya Jisung hari menyeramkan kkkk, see youu^^

Inseventh killer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang