Sebelas

6 3 1
                                    

Disekolah

"Ada apa sa manggil gue?" tanya Celina yang baru saja datang.

"Gapapa cuma gue ngerasa sepi doang, si Della sama si Stella ga saling bicara sama sekali dari pagi" ujar Nafisa sambil menghela nafas.

"Sepi banget kalo mereka berdua ga saling ngoceh" Setelah itu Nafisa melipat tangannya dan menenggelamkan kepalanya kedalam lipatan tangannya.

Celina tersenyum.

"Wajar Sa, terkadang temen baik bakalan berubah jadi musuh cuma gara-gara cowo wkwk"

"Maka dari itu harus ada yang ngalah"

Nafisa mengangkat kepalanya.

"Lo kalo jadi Della atau Stella, lo mau ngalah ga?" tanya Nafisa tiba-tiba.

Celina membulatkan matanya.

"Gue nanya doang aelah, santai aja kali" seru Nafisa dengan tangan yang menepuk pundak sahabatnya.

Beberapa menit terjadi keheningan diantara mereka berdua.

"Gue ga akan ngalah sih"

Nafisa mengangkat satu alisnya, "Kenapa?"

"Ya karna Della udah jelas-jelas bilang gamau sama si Zidane jadi pasti lah gue gabakalan ngalah"

"Kalo kasusnya sama kayak Della"

"Tapi kan rasa suka seseorang bisa berubah" ujar Nafisa tiba-tiba. Seakan-akan ia mendukung Della.

Celina menyipitkan matanya.

"Jadi kita beda suara nih? Wkwk"

Mereka berdua pun tertawa.

"Semoga aja kita ga kayak Stella Della"

Celina tersenyum mendengar perkataan Nafisa.

°°°

Celina dan Nafisa pun berjalan menuju kekantin. Beberapa murid lain masih tidak percaya bahwa Nafisa dan Celina itu berteman. Kalo dilihat dari akhlak saja mereka berdua sudah jauh berbeda.

Tapi dua gadis ini menghiraukan tatapan dan ocehan murid lain. Yang temanan mereka berdua, yang ribut satu sekolah.

"Lo mau pesan apa Sa?" tanya Celina yang ingin antri untuk membeli makanan.

"Gue cola aja deh masih kenyang soalnya" jawab Nafisa lalu diberi jempol dari Celina.

Celina pun ikut mengantri untuk membeli makanan yang dia inginkan.

Dan seperti biasa Nafisa melipat tangannya lalu menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangan.

Belum sampai 1 menit tiba tiba ada yang mencolek bahunya dari belakang.

Tak terlihat siapa siapa disana, tetapi saat ia berbalik sudah ada seorang cowo duduk dihadapannya.

"Ngapain duduk disini?"

"Biasalah"

"Masih banyak meja kosong Treven, udah sana pergi!"

"Tapi gue maunya disini Nafisa" Treven menopang dagunya dengan tatapan menuju kearah Nafisa.

Yang ditatap malah membuang mata.

"Disitu tuh tempatnya Celina! Minggir lo!"

"Gamau sayang"

"Geli"

"Geli apa gelay?"

"Gatau deh ah lo ngeselin"

The Queen of BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang