Sembilan

19 2 0
                                        

Toilet

Nafisa mengerem mendadak saat melihat ada dua cewek yang menjaga pintu toilet.

"Gue boleh masuk nggak?" izin Nafisa untuk pertama kalinya. Biasanya ia bertindak semaunya saja.

Kedua cewek itu saling tatap.

Yang satu mengangkat kedua alisnya, yang satu mengerdikkan bahunya.

"Gue bawa sweater buat Celina" Nafisa pun to the point, ia tahu kedua cewek ini pasti mempunyai firasat buruk terhadap dirinya.

Sakit sekali rasanya.

Kedua cewek itupun bergeser dan mempersilahkan Nafisa untuk masuk.

Ceklek...

"Nada itu elo? Tolong cariin baju atau jaket dong, kayaknya baju gue nggak bisa dipake deh" teriak Celina dari salah satu bilik toilet.

Nafisa pun menjawab.

"Lin lo dimana? Gue bawain sweater nih" teriak Nafisa.

Tidak ada jawaban.

"Linaaa" teriak Nafisa lagi.

"Linn"

"Dibilik kedua" jawab Celina.

Nafisa pun berjalan kemudian mengetuk pintu bilik kedua tersebut.

"Iya gue disini" jawab Celina sambil menggerak-gerakkan tangannya diatas pintu.

Nafisa pun memberikan sweaternya.

Tak lama setelah itu Celina keluar dari bilik toilet.

"Makasih yah Sa" ujar Celina lalu diberi anggukan oleh Nafisa.

Celina berjalan menuju cermin wastafel, ia memandang dirinya.

Kulit wajahnya memerah karena sekumpulan makanan dan minuman yang ditumpahkan ke dirinya tadi.

Ditambah kulit Celina itu adalah kulit sensitif.

Ingin rasanya Celina menangis karena kondisi kulitnya. Sangat susah untuk memperbaikinya dalam jangka waktu yang cepat.

"Lin..." panggil Nafisa sambil menepuk bahu sahabatnya.

Celina terhentak kaget lalu membalikkan badannya.

"Eh, kenapa Sa?" tanya Celina.

"Lo nggak papa kan?" tanya Nafisa khawatir.

"Ah nggak kok hehe" cengir Celina menutupi kesedihannya.

Nafisa tau, Celina itu tipe orang yang selalu menyembunyikan masalahnya. Biarpun dengan kedua orangtuanya.

Bahkan Nafisa tak pernah melihat Celina marah, menangis atau bad mood sekali pun.

Nafisa melirik pipi tembem Celina, merah. Nafisa menggenggam tangan Celina, dan itu juga merah.

"Bentar lo kerumah gue dulu yah" ajak Nafisa dengan girang.

Ia berharap Celina menerima permintaannya.

Sekalian juga ia ingin meminta maaf atas kesalahannya saat dicafe kemarin.

The Queen of BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang