9. Keputusan

89 15 17
                                    

Hi! Vote, comment jangan lupa yaps
enjoy, happy reading guys!
****


"Gak boleh. Kalau Daddy mau bicara sama abang, nanti aja kalau Lia sama abang udah selesai sekolah hari ini," jawab Lia mendahului.

Lio mengangguk setuju mendengar penuturan dari adiknya. Alden tertawa sebentar, "Oke Daddy gak akan ganggu waktu sekolah kalian."

"Daddy gak perlu jemput aku dan Lia sepulang sekolah nanti, biar Pak Ian yang menjemput kami," ucap Lio.

"Tentu, lagipula pada hari ini Daddy akan pulang larut malam. Ah ya karena Daddy akan pulang larut malam, ajak Mommy kalian tidur bersama kalian untuk malam ini ya?" pinta Alden pada Lio dan Lia.

"Iya,"

"Iya Dad," jawab Lio dan Lia menyetujui permintaan Alden.

"Baiklah, selamat belajar. Jangan menyulitkan orang lain dan jangan membuat?" tanya Alden menggantung.

"Masalah,"

"Masalah!,"

"Yash," ucap Alden lalu mengecup puncak kepala Lio dan Lia secara bergantian.

Lio dan Lia tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Alden. Lio menggandeng Lia berjalan masuk ke dalam area sekolah mereka. Kemudian Alden kembali masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai mobil tersebut sampai dimana perusahaan miliknya berada.

Setelah sampai di lobby perusahaannya, Alden di sapa banyak pegawainya, dan tak ragu Alden membalas sapaan tersebut. Alden berjalan menuju ruangannya, terlihat sudah ada laki-laki muda bernama Willec menunggu di depan ruangan Alden.

"Selamat pagi Tuan," sapa Willec dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Pagi Will," jawab Alden lalu masuk ke dalam ruangannya diikuti oleh Willec dibelakangnya.

"Maaf Tuan, sepertinya akan banyak rapat yang harus Anda hadiri pada hari ini," ujar Willec dengan sopan.

Alden berbalik menghadap Willec, "Aku sudah mengetahuinya, siapkan semua yang akan kita butuhkan agar semakin banyak perusahan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan ini."

"Baik Tuan," Willec mengangguk patuh akan perintah Alden.

Willec berjalan keluar dari ruangan tersebut dan Alden yang sibuk menata dokumen-dokumen yang akan ia butuhkan saat rapat nanti. Tadinya, Alden berencana untuk membicarakan sesuatu pada Papa-nya, namun dilihat dari jadwalnya hari ini, sepertinya sangat tidak mungkin.

***

Di kediaman Alden, tepatnya di dalam kamar, Seescha sedang menelpon adiknya yang berada di Milan sekarang ini. Seescha menceritakan semua yang menurutnya harus ia ceritakan pada adiknya, Elica. Setelah selesai mendengarkan apa yang diceritakan Seescha, Elica sungguh marah dan tidak terima. Apalagi yang diinginkan oleh Oma Falya, pikir Elica.

"Aku gak keberatan kalau salah satu keponakan aku akan tinggal sama aku disini, Kak Cha gak perlu khawatir," ucap Elica serius.

"Gimana bisa aku gak khawatir? Aku gak akan bisa tenang, jarak dari sini sama Milan itu gak bisa dibilang dekat. Aku gak pernah satu hari pun gak ketemu sama anak aku. Sedangkan ini? Kita bahkan gak bisa perkirakan akan sampai berapa lama," ujar Seescha dengan suara bergetar diakhir ucapannya.

"Kak Cha yang kuat ya? Aku yakin dibalik semua ini akan ada sesuatu yang lebih baik untuk kak Cha dan kak Al. Kalian juga harus tetap saling mendukung, aku yakin kalau kalian berdua pasti bisa melewati masalah kali ini," ucap Elica menyemangati.

RyshaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang