13. Remaja

6 2 0
                                    

2023.

Tanpa Serryn sadari, hari ini sudah delapan tahun sejak kepindahannya ke Milan. Serryn tumbuh menjadi perempuan yang amat cantik, namun sifatnya semakin dingin dan cuek terhadap sekitar.

Sinar matahari yang mulai terik membangunkan tidur nyenyak Serryn. Ia membuka matanya perlahan dan melihat handphone miliknya.

“Apa gue harus pergi jogging pagi ini?” Tanya Serryn pada dirinya sendiri.

Serryn bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas berganti baju untuk pergi jogging. Tak lupa ia membawa airpods miliknya untuk menemaninya jogging.

Serryn jogging di taman umum yang tak jauh dari kawasan rumah. Serryn mulai berlari kecil, menikmati angin pagi yang sangat sejuk, tak lupa alunan musik mengalun di telinganya.

Tiba-tiba ada seorang anak kecil menabrak Serryn. Serryn menatapnya tajam, anak kecil itu menangis lalu ada seorang laki-laki remaja datang menjemput anak kecil tersebut. Remaja laki-laki itu mengucapkan maaf dan langsung menarik anak kecil itu pergi.

Serryn mengumpat dalam hati, namun sekaligus ia merasa heran. Remaja laki-laki tadi memarahi anak kecil itu dengan bahasa yang Serryn tahu, bahasa tempat dimana ia dilahirkan.

“Lagi liburan ke Milan kali ya,” monolog Serryn.

Serryn melanjutkan jogging paginya sampai ia merasa lelah. Selesai jogging, Serryn kembali ke rumah dan seperti biasa, Revor sudah terlebih dulu hadir di meja makan.

“Pagi Papa,” sapa Serryn seraya duduk dan melepas airpods yang ia kenakan.

“Pagi. Mulai bosan dengan Milan?”

“Aku bosan dengan kehidupanku, bukan masalah dengan Milannya,” jawab Serryn.

“Hidupmu memangnya kenapa? Bukannya kau nyaman dengan kehidupanmu sekarang?” heran Revor.

“Terlalu biasa.”

Revor mendecih, bisa-bisanya remaja muda itu berkata begitu. Ia tidak tau saja apa yang menanti selanjutnya.

Sebentar lagi Revor dapat menjamin kehidupan Serryn tidaklah membosankan seperti apa yang dikatakan baru saja.

“Kalau begitu, kembalilah ke tempat dimana kau dilahirkan,” ucap Revor santai.

Serryn menatap Revor garang, “Papa ngusir aku?”

“Itu tidak akan membuat hidupmu membosankan, aku bisa jamin itu. Apa kau tidak ingin tahu bagaimana kehidupan keluargamu sekarang? Ini sudah delapan tahun sejak terakhir kau menghubungi mereka,” ucap Revor panjang.

“Terakhir menghubungi mereka? Pertama kali aku datang kesini aja Papa gak kasih aku kesempatan buat hubungin keluarga aku. Lagipula aku udah gak peduli.” ucap Serryn sewot lalu memakan roti lapisnya lahap.

“Jelas untuk kebaikanmu,” singkat Revor.

Serryn tertawa remeh, “persetan dengan kebaikan.”

“Kau harus mencari tahu sendiri,” ujar Revor.

Tak lama Revor membuka laptopnya dan menunjukkannya kepada Serryn. Serryn yang ingin tahu langsung mengambil alih laptop tersebut namun ditepis oleh Revor, “tanganmu kotor bodoh.”

“Dasar pria tua!” umpat kecil Serryn.

“Telingaku masih berfungsi dengan baik Serryn,” tekan Revor.

Serryn berpura-pura bodoh, “aku gak bilang apa-apa.”

Serryn berdiri dan langsung berlari ke wastafel untuk mencuci tangannya. Selesai itu, ia langsung bergegas kembali melihat ke laptop yang ditunjukkan oleh kakeknya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RyshaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang