Lea Analisha family

15 1 0
                                    

"Ayah! Kaos kaki Lea diumpetin Marcel masaaa! "teriak Lea dari lantai atas. Gadis itu berlari menuju lantai bawah dengan secepat angin.

"Heh! Anak cewek lari-lari gitu! Gak sopan tau! "peringat Sherla pada anak sulungnya.

"Bunda cerewet deh! Untung sayang hehe. "Lea mengerucutkan bibirnya menandakan dirinya tengah kesal.

"Ayah! Kaos kaki Lea lohhh! "teriak Gadis itu lagi yang sudah berada di lantai bawah.

"Kamu ini! Gak dengar kata Bunda? Nanti potong gaji Ayah gak mau nolong. "Theo ikut memperingati Lea.

"Astagfirullah Lea lupa Yah. Gimana dong? "tanya Lea tanpa sadar gadis itu menggigit ujung kuku nya.

"Minta maaf sana! "suruh Theo yang masih membaca koran pagi.

"Potong Gaji aja Ma! Anak kaya gini sekalian aja potong leher. "kompor Marcel yang keluar dari kamarnya.

Kamar Marcel berada di lantai bawah yaa btw. Katanya kalo malem malem laper tinggal jalan lima langkah terus makan, kan dekat dapur.

"Gak usah kompor lo! "sarkas Lea sinis menatap adik kembarnya.

"Idih najis jadi kompor mending jadi motor! Bisa dijual. "balas Marcel tak terima.

"Mulut lo gue jual. "ucap Lea lagi.

"Kalian berdua Bunda Mama jual!"Sherla datang dengan baju daster ala ala ibu sosialita.

Asal kalian tahu, kenapa Bunda Mama itu karena Lea dan Marcel memanggil Sherla dengan sebutan berbeda. Lea memanggilnya Bunda dan Marcel memanggilnya Mama. Katanya biar ada perbedaan dari mereka yang notabenya kembar beda lima menit. Padahal kelamin mereka saja sudah beda.

"Kok dijual sih Bun Ma! Buat anak kembar susah tahu. "sahut Theo nguawur.

"Heh! Udah tua juga ngomong yang iya iya. "peringat Sherla.

"Haduh Ma! Masa anak yang paling ganteng ini di jual. "keluh Marcel sok tersakiti.

"Mana kaos kaki gue! Udah telat ini! " ucap Lea menatap sebal adik laknatnya itu. Untung ganteng mayan cuci mata.

Marcel memutar bola matanya malas. Cowok itu lantas menunjuk rak sepatu dengan dagunya. Lea mendengus melihat itu.

"Punya mulut tuh di pakek! Jangan di jual! "sarkas Lea lagi.

"Lea! "Theo memperingati.

Lea nyengir kuda menatap Theo dengan gugup. Ayah nya itu kadang ngelawak kadang juga nyeremin. Ya paket lengkap orang tampan tapi dah tua. Untung hanya punya Sherla.

Marcel mendengus sebal, kakak gak tau di untung buluk lagi kesalnya. Cowok dengar seragam berantakan itu meminum susunya yang sudah dingin. Halah, muka nya aja sok galak minumnya susu boneto.

"Marcel berangkat dulu ya Ma Pa."pamit Marcel lantas mencium kedua telapak tangan orang tuanya.

"Iya hati-hati di jalan! Itu knalpot nya udah di ganti belom? "tanya Sherla memastikan.

"Iyaaa udah Mama ku sayang. "jawab Marcel jujur.

"Awas aja kalo di pasang lagi! Kasian Mbak Dara lagi sakit gigi. "peringat Sherla menatap tajam si bungsu.

Pasalnya, anak laki-laki nya itu memodifikasi motornya dengan knalpot yang bising. Hingga Dara, tetangga mereka samping rumah itu menegur Sherla lantaran wanita berkepala tiga itu tengah sakit gigi. Kasian sekali nasib Mbak Dara ini karena memiliki tetangga yang akhlak berkendara nya minus.

"Tuh dengerin! "sahut Lea menatap Marcel remeh.

"Tuh banyak ngomong loh Ma! "adu Marcel menatap Sherla tak terima.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang