Lea dibuat galau kembali. Seteleh kembali dari Bandung bukannya tambah dekat, Devran malah seperti menghindarinya. Lea bela-belain nimbrung bareng ibu-ibu kompleks hanya untuk melihat Devran mencuci motor. Cowok datar itu malah masuk ke dalam rumahnya saat melihat Lea.
Kesal sekali Lea saat itu. Sekarang sudah hari keempat. Lea sudah pasrah dengan cowok datar bin dingin itu. Lagi pula Lea juga siapanya? Hanya tetangga yang kebetulan dekat saja. Jangan berharap lebih!
Lea memakan baksonya dengan lahap. Suasana kantin yang ramai membuat perasaan Lea sedikit membaik. Hanya melihat Devran sudah cukup bagi Lea. Tak usah ada kontak fisik atau percakapan pun Lea tak masalah. Asal jangan seperti kemarin, saat Devran menghilang bak ditelan bumi. Gadis itu tak akan bisa bersemangat kembali jika hal itu terulang kembali.
Lea memakan pentol bakso ke empatnya. Pandangannya melihat Syasa kembali mendekati meja Devran yang berada di pojok kantin. Lea mendengus kesal. Dengan kasar gadis itu memasukkan kembali bakso ke dalam mulutnya.
"Santai aja tuh kalo makan. Gak usah ngegas juga kali! "sembur Adam. Lea mendelik ke arahnya, tangan Lea bergerak di sekitar lehernya.
"Panas-panas! "Jordy ikut memanas-manasi.
Cicil menghela nafas berat. Gadis itu kembali disungguhkan kemesraan Ridwan dan Lala. Sama kesalnya dengan Lea, Cicil memakan batagornya dengan tidak santai.
"Astagfirullah nih dua setan kenapa sih? "tanya Adam ikut geram sendiri.
"APASIH LO?! "sewot Lea dan Cicil.
"Dev! "panggil Syasa. Devran menoleh dan menaikkan salah satu alisnya.
Dengan kencang Lea menusuk bakso terakhir nya dengan garpu. Tangannya memasukkan bakso itu ke dalam mulutnya lagi.
"Nanti kita jadi jalan? "mata Lea hampir keluar mendengar pertanyaan Syasa.
Dapat Lea lihat, Syasa melirik dirinya. Gadis pendek itu tersenyum manis membuat Bara dan Dewa yang berada di dekat Devran ternganga.
"ADAM NANTI KITA JADI JALAN?!" tanya Cicil menatap tajam ke arah Adam. Beberapa penghuni kantin yang awalnya menatap Syasa dan Devran teralihkan.
"Lah kap-"ucapan Adam terpotong.
"JADI LAH! "sahut Lea bersemangat. Padahal gadis itu tidak tau Cicil dan Adam akan kemana.
"Lah? "Jordy menaikkan salah satu alisnya menatap Adam meminta penjelasan. Adam menggeleng, dia tidak ada janji dengan siapa pun termasuk Lea dan Cicil.
"Loh? Kalian mau main? Yah padahal mau gue ajak makan bareng. "David datang entah dari mana. Tangan cowok itu membawa nampan berisi semangkok mie ayam.
"HAH?! DAM GAK JADI! GAK JADI!"pekik Cicil menatap David penuh binar.
"LOH?! GAK BISA! HARUS JADI!"tekan Adam.
"IYA HARUS JADI! SAMA GUE SAMA LEA! "Jordy ikut berujar.
"Iya lah Cil jangan maruk lo. " Lea ikut membela Adam.
Cicil menekuk wajahnya. Temannya ini! Bisa tidak membuat Cicil bahagia sedikit saja? Jalan bersama David contohnya.
"Tapi kalo gak David mau jalan sama Lea, Lea mau kok. "cengir Lea tanpa dosa.
Cicil melotot, gadis itu menjitak kepala Lea dengan keras. Lea hanya mengaduh dan terkikik geli melihat reaksi Cicil. Gadis itu bertopang dagu menatap David yang masih berdiri di dekat Cicil, seberang meja Lea.
"GAK! GAK BISA! KITA HARUS PERGI NANTI. CARI LELE BARU! "seru Adam menatap Lea san Cicil tajam.
"Apasih! Bisa kok Kak. Gue bisa. "ucap Cicil memamerkan gigi putihnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260688971-288-k611517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas
Teen FictionTetangga baru Lea itu cuek bebek. Gak peka dan anti sosial. enggak anak enggak orang tua sama saja. Untung ganteng sama tampan, cantik juga ada. sayangnya pada irit ngomong. Tapi yang jadi tetangganya ini anaknya, si bungsu. Beda banget sama sifatn...