murid baru

16 1 0
                                    

"GAK MAU TITIK! "tekan Lea final.

"Naik. "titah Devran lagi. Cowok itu menatap Lea dengan tajam. Dikira Lea bakal takut? Enggak!

"Kok maksa?! " Lea menghentakan kaki nya kesal.

"Kok gak mau? Biasanya juga maksa-maksa. MODUS! "tekan Marcel geram. Pasalnya Lea rewel sekali dari tadi. Tinggal naik, pakai helm, udah!

Lea mendengus keras menatap Marcel jengkel. Gadis itu bertolak pinggang di depan Devran yang tengah duduk anteng di atas motor besarnya.

"Gue udah bilang, UDAH BILANG KALAU GAK MAU DUDUK DI BEKAS SYASA. MALES BANGET! "ujar Lea memutar bola matanya ogah.

"Naik! "titah Devran lagi.

"OGAH! Mending bareng Marcel. " ucap Lea keras kepala.

"Gue lagi ada acara. Gak usah rewel lo! Gue gibeng mampus. "geram Marcel.

"Bacot banget! "kesal Lea.

"Yakin gak mau bareng gue? "tanya Devran menaikkan salah satu alisnya. "Yaudah gue bareng Syasa lagi. "ucap Devran menutup helm nya. Lea mendengus kesal.

Dengan gerakan cepat, Lea sudah duduk manis di jok motor Devran.

"Jangan cari-cari kesempatan! "ancam Lea memakai helm yang di sodorkan Marcel.

"Sok cakep lo! "maki Marcel. Lea melotot hendak melemparkan sepatu barunya pada kepala Marcel.

"DEVRAN! "saat Lea hendak membuka sepatunya, Devran malah tancap gas meninggalkan Marcel yang tengah menertawakan Lea.

"Tuh ngajak berantem! Belom jadi suami aja udah bikin darah tinggi. Untung gan-"omelan Lea terpotong ucapan Devran.

"Ganteng. "potong Devran.

"Haheng! "ujar Lea menirukan ucapan Devran.

Di perjalanan, Devran memilih diam mendengarkan ocehan rendom Lea. Cowok itu fokus berkendara.

"Tumben amat mau berangkat pagi. Kesambet apa sih?! "ya seperti ini contohnya.

Devran hanya diam, diam dan diam. Sepertinya diam adalah hobi yang digilai Devran.

"Senam mul-"

"mulut sana. "potong Devran.

Lea mendengus lagi dan lagi. Mata perempuan itu meneliti jalan yang mereka lewati. Masih belom padat mengingat ini masih pagi. Hanya ada beberapa mobil dan motor yang lewat.

"Itu tong sampah kok warnanya ungu sih? Baru tahu gue. "komentar Lea saat melihat tong sampah di pinggir jalan.

"Tumben gak modus? "tanya Devran melirik Lea dari kaca spion.

"Tumben nanya?! Emang mau gue modusin? Kangen gitu sama gue?! " Lea menaikkan salah satu alisnya menggoda Devran. "Gue juga kangen kok hehe. "tambah Lea sambil terkekeh. Devran hanya mendengus dan memilih diam, dia menyesal sudah bertanya demikian.

Motor Devran memasuki gerbang sekolah. Cowok itu lalu memarkirkan motornya di tempat biasa cowok itu memakirkan motor. Tentu tidak ada yang berani mengusik seorang Devran Ginanjar A bukan? Memang mereka mau cari mati?

Mata Lea melotot senang melihat seseorang di depan gerbang sana. Tangannya yang di pundak Devran beralih memeluk Devran dari belakang.

Lea tersenyum sinis menatap Syasa yang menatapnya penuh kebencian. Mampus lo!

"Turun! "titah Devran melepaskan helmnya. Rambutnya yang terangkat menambah kesan manly dan maco yang ketara. Jangan lupa seragam cowok itu yang ia keluarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang