enam petarung

9 0 0
                                    

Saat ini Lea sedang berbaris guna melaksanakan Ucapara Bendera yang rutin dilaksanakan setiap hari Senin.

"Tuh! Kayak gak punya malu! "maki Cicil menunjuk Ridwan, udah jadi mantan ini. Cowok itu berdiri di samping kanan barisan kelas sebagai pemimpin barisan.

"Gatel banget jadi cowok! "Cicil mengeluarkan sumpah serapahnya. Kemarin lalu aja masih peluk-peluk lengan, batin Lea mencibir.

"Labrak aja sih tuh PELAKOR! "ucap Lea dengan menekan kata terakhir dengan keras.

Beberapa siswa dan siswi yang mendengar nya menatap Lea.

"Duh sindir keras bund! "sahut Adam ikut mengompori.

Sepertinya hubungan mereka berlima akan renggang. Ridwan mengkhianati janji yang telah cowok itu lontarkan. Dia berjanji kalau dia berhubungan lebih dengan Cicil, di tetap bersikap layaknya sahabat biasa. Tapi ya karena perselingkuhan, lelaki itu sama saja! Batin Cicil.

"Semua kehidupan damai, sampai si Pelakor datang menyerang! "Jordy ikut menimpali.

"Mau cari cowok baru deh! Omaygat! itu Kak David makin charming aja deh. "Cicil memekik tertahan.

David dengan setelan rapinya membuat para kaum hawa meleleh dibuatnya. Astaga indah sekali ciptaan Tuhan.

Lea mengakui bahwa ketampanan David ini luar biasa tidak ada yang mengalahkan. Tapi Devran? Entah lah gadis itu lebih tertarik ke tetangga barunya itu. Mengingat itu Lea tersenyum manis. Bisa lihat Devran setiap hari adalah anugerah yang tak terhitung nilainya.

"Ini kenapa lagi senyum gini?! " komentar seseorang membuat Lea berdecak tanpa menoleh ke sumber suara.

"Biar dong! Orang mulut-mulut gue! " balas Lea sambil mengerucutkan bibirnya.

Sontak Cicil, Adam, dan Jordy menatap Lea horor. Wah parah parah nih anak udah gila kayaknya, pikir mereka bertiga.

"Heh! Gak sopan kamu! "mendengar nada yang tak bersahabat itu membuat Lea tersadar. Mampus!

Lea berbalik dan pandangannya menemukan Pak Hartono yang menatapnya tajam. Nih guru baperan banget.

"Aduh Pak, gak tau saya kalo tadi itu Bapak Hartono yang terhormat. Wahh! Bersinar sekali kepala bapak. " puji Lea. Cicil melotot begitu pula Adam yang berada di samping nya.

"Kamu mengejek saya?! "tanya Pak Hartono. Perlu kalian ketahui, Pak Hartono ini botak kinclong. Lea menelan ludah nya susah payah. Mati aku!

"Haha! Enggak lah pak masa iya seorang Bapak yang berwibawa seperti ini di ejek." jawab Lea. Otak gadis itu mendadak blenk, gak bisa mikir.

"Lain kali jaga ucapan kamu!"peringatan Pak Hartono, lalu lelaki itu pergi menjauh dari barisan IPA 3.

"Dasar saitama! "maki Lea. Jangan ditiru ya gabaik.

"Gitu-gitu guru kita itu Le! "peringat Jordy yang berada di sebelehnya. Mereka berbaris di barisan belakang karena Lea dan Cicil tidak begitu akrab dengan siswi di kelas mereka. Seperti tidak klop gitu.

Lea mendengus kesal. Gadis itu menyapu pandangannya guna mencari sosok yang ingin ia lihat sebagai penyemangat pagi harinya. Siapa lagi kalo bukan Devran?

Dahi gadis itu mengernyit kala tak menemukan cowok tampan itu. Kemarin sabtu berangkat pagi deh, batinnya.

"Masa telat? "gumam Lea yang masih di dengar Jordy. Jordy tersenyum misterius.

"Cari ayang Devran ya? "tebak Cicil dari arah belakang.

"Idih najis! Sotoy lah lo pada! "sarkas Lea cepat.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang