malam menuju Bandung

13 1 0
                                        

Setelah makan malam mereka langsung membereskan keperluan mereka di bagasi mobil. Pada pukul 19.46 baru mereka tancap gas membelah jalanan menuju kampung halaman Theo, ayah mereka.

Waktu tempuh yang harus mereka lewati adalah 2 jam lewat Tol Cipularang. Ya lumayan jauh tapi tidak masalah bagi mereka. Toh cuman 2 jam mereka juga akan tahan berdiam diri di dalam mobil.

"Kakak ku tercinta! "seru Marcel membuat Lea mantapnya ngeri.

"Bagi biskut dong. "tangan Marcel terulur meminta biskuit.

"Enyak ajha beli sonho! " sembur Lea, remahan biskuit yang sedang ia kunyah menyembur mengenai wajah Marcel yang duduk di samping nya.

"Beli sonho beli sonho! "ucap Marcel menirukan gaya bicara Lea.

Lea mendelik menatap Marcel tajam. Gadis itu dengan sengaja menyemburkan remahan biskuit yang tersisa di mulutnya ke arah Marcel.

"Jorok lo! MAAA! "adu Marcel menunjuk Lea.

"Lea! Kamu itu perempuan anggun sedikit napa?! "Sherla memperingati.

"Biar atuh Ma! Orang Lea gak makan Marcel juga. "bela Lea.

"Tuh Ma! Ngelawan dia. Kutuk aja kutuk! "Marcel mencoba mencuci otak Sherla.

"Sudah! Sudah! Berantem nya nanti saja! Ayah Papa gak bisa lihat lagi nyetir soalnya. "ucap Theo dari depan. Sherla melotot lalu memukul pelan lengan suaminya dari samping.

"Nanti bersihkan sendiri Le! "titah Sherla menatap tajam putrinya dari kursi depan. Lea meringis lalu menganggukkan kepala pasrah.

"Mau telpon ayang beb deh! "seru Marcel membuat Lea kembali teringat soal cewek di cafe tadi sore.

Gadis itu mendekat ke arah kursi Marcel hendak menguping.

"Mau apa lo?! "sinis Marcel yang mengerti gelagat aneh Lea.

Lea tersenyum miring lalu kembali ke tempatnya. Gadis itu kembali memasukkan satu biskuit ke dalam mulutnya.

Hening, tidak ada yang kembali membuka pembicaraan. Tidak ada suara lagi kecuali dengkuran halus Marcel yang sudah tertidur pulas tak jadi menelpon ayang beb tai ayam itu.

Tiba-tiba mesin mobil berhenti mendadak membuat Theo mengernyitkan dahi.

"Kenapa? "tanya Sherla menatap Theo penuh tanya.

Lea melirik ke arah samping kanan dan kiri. Sepi, tidak ada kendaraan yang lewat selain mobil mereka. Mendadak Lea merinding saat teringat cerita seram yang bereda.

"Cel! "panggil Lea mengguncang pundak Marcel pelan.

"Hem? "bukannya bangun Marcel malah berdeham kecil saja.

"Aku periksa dulu ya."ucap Theo membuka pintu mobil nya.

Seketika perasaan Lea berubah risau. Hawa dingin ini membuat Lea merinding sekeitika. Mana Theo malah keluar lagi.

"CEL! "rengek Lea mengguncang lengan Marcel dengan kasar.

"APASIH LO?! "kesal Marcel dengan suara serak habis bangun tidur.

"Mesin mobilnya mati. "adu Lea menatap Marcel.

"Ya terus kenapa?!" tanya Marcel sewot.

Lea berecak sabal. Gadis itu mengambil bantal kecil yang ia bawa dan menjejalkannya di muka Marcel.

"Lea! "Sherla memperingati dari depan.

Tak berselang lama, Theo kembali masuk dengan wajah tegang yang ketara. Sherla menjadi khawatir melihat wajah pucat pasi Theo.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang