"Itu le! Yang di atas! "tunjuk Cicil pada salah satu mangga yang berada di atas Lea. Lea berdecak kesal memandang Cicil dengan sebal.
"Sabar! "sinis gadis itu kembali memanjat beberapa cabang guna meraih mangga yang ditunjuk Cicil.
"Ati-ati Le! "pesan Cicil heboh.
"Ini gue kalo goyang dikit aja jatuh ya, jadi diem lo! "sarkas Lea tanpa menatap Cicil yang cengengesan di bawah sana.
"Halah! Ngebor sana lo di atas situ." saut Cicil. Lea mendelik melempari Cicil dengan daun mangga
"Tangkap nih! "suruh Lea melemparkan satu buah mangga muda yang besar ke arah Cicil.
Bukannya menangkapnya, Cicil malah berteriak tidak jelas dan menghindari mangga yang hendak mengenai kepala cantiknya itu. Alhasil buah mangga itu berakhir mengenaskan.
"Guna dikit deh lo! "ucap Lea sebal lantaran Cicil ini hanya berteriak-teriak tidak jelas. Bukannya membantu dia malah dengan asyik menonton Lea memanjat pohon Mangga Pak Harun seperti tontonan gratis.
Kalian jangan tanya kenapa Lea berani memanjat pohon mangga besar itu. Karena jawabannya saat ini itu siang bolong. Dan pohon itu sepeti berubah 180 derajat saat siang karena terkena cahaya matahari.
Lea memutuskan untuk kembali turun. Dia sudah capek belom istirahat tadi. Habis pulang langsung di suruh Sherla meminta buah mangga milik Pak Harun. Bundanya itu ingin membuat rujak. Tapi ya ngotak lah astagfirullah. Anak perempuan satu-satunya disuruh panjat-panjat pohon. Dikira monyet apa!
Lea dan Cicil sudah membujuk wanita itu agar membeli buah mangga dari supermarket terdekat saja. Tapi Sherla tidak mau, dia ingin yang fresh diambil dari pohonnya langsung.
Lalu Cicil? Ceritanya gadis itu hendak main ke rumah Lea lantaran sudah lama tidak berkunjung di sana. Lagi pula dia hendak menghabiskan waktu nya hari ini bermain di rumah Lea. Gadis itu berusaha mengusir rasa sedihnya akibat perselingkuhan yang terjadi pada hubungannya yang sudah berjalan hampir jalan satu tahun. Tapi ya gitu, kandas karena nenek lampir.
"Tante! Makasih buah mangganya ya?" ucap Lea sopan kepada Nyonya Harun yang kebetulan sedang menyiram tanaman.
"Iya Lea, hati-hati di jalan jangan sampai jatuh! "balas Nyonya Harun ramah.
Lea dan Cicil tersenyum lalu berpamitan untuk kembali ke kediaman Lea yang nyaman.
"Le! Itu rumahnya Devran? "tanya Cicil menunjuk rumah besar bercat putih dan cream itu.
"Iya, bagus bang-eh encer! "ucapan Lea terpotong saat gadis itu merasakan sesuatu mengalir di bawah sana.
Kalian ingat saat di sekolah tadi Lea sakit perut? Ternyata dirinya itu sedang pms. Pantas saja moodnya jelek hari-hari belakangan ini. Tapi tak apa, karena dia bisa modus digendong Devran. Mayan lah buat koleksi cerita SMAnya.
"Iya, masa rumah segede taman ancol gitu cuman Devran doang isinya? " tanya Cicil penasaran.
"Ya enggak lah! Ada lemari ada ruang tamu, ada kamar mandi, ada kamar, ada dapur, ad-"ucapan Lea terpotong saat melihat pelototan Cicil.
"Tapi bener kan? "tanya Lea menatap Cicil menggoda gadis itu. Cicil berdecak kesal.
Lea lalu tertawa dan berlari meninggalkan Cicil dijalan. Gadis itu menendang pintu rumahnya keras setibanya di sana. Kedua tangan gadis itu penuh diisi oleh mangga muda pesanan Bunda Sherla alhasil ia tak dapat membuka pintu rumahnya yang besar itu.
Oh iya, sepertinya keluarga Lea dan Devran dekat deh. Bau-bau perjodohan, pikir Lea kala mendengar itu. Gadis itu lantas tertawa jahat.
Lea dengar itu dari Sherla sendiri yang menceritakan kalau Ayahnya Devran ini teman Sherla dan Theo saat SMA. Sekarang dia sedang tugas di Bandung, Devran ini punya satu kakak perempuan. Kakaknya itu sudah bersuami dan memilik satu orang anak laki-laki. Tetapi karena Devran sekolah di Jakarta, dia ikut neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas
Teen FictionTetangga baru Lea itu cuek bebek. Gak peka dan anti sosial. enggak anak enggak orang tua sama saja. Untung ganteng sama tampan, cantik juga ada. sayangnya pada irit ngomong. Tapi yang jadi tetangganya ini anaknya, si bungsu. Beda banget sama sifatn...