11

91 82 45
                                    

  Di pagi hari sekolah SMA Intelegency tengah ramai berita mengenai dua most wanted yang sudah kembali bersahabat. Bahkan alasan mengapa Fahri melakukan hal itu juga di ketahui anak-anak. Banyak siswa-siswi yang menghujat Sasa, sepanjang jalan koridor Sasa mendapat hinaan dan cemohan dari anak-anak SMA Intelegency. Sasa hanya bisa menunduk sepanjang koridor, ia merasa malu dan tak sanggup untuk mengangkat kepalanya untuk memandang lurus ke depan.

  Aza yang baru datang merasa bingung mengapa sepanjang koridor di penuhi orang yang mencaci maki. Ditengah kegiatan Aza yang mengamati seseorang menepuk bahu Aza yang membuatnya kaget.

"Astaghfirullah Sher. Kaget gue"yah orang yang menepuk bahunya adalah Sherly.

"Habisnya gue lihat lo diam-diam aja disini bukannya masuk kelas"

"Gue heran kenapa koridor seramai ini biasanya enggak, di tambah lagi hinaan dari anak-anak. Menurut lo kenapa Sher??"Tanya Aza.

"Masak lo enggak tau Za, padahal beritanya lagi hot. Mending lo sekarang buka grup angkatan, disana lagi pada rame"Aza mengikuti ucapan Sherly untuk membuka grup angkata.

  Mata Aza terbelalak melihat berita yang mengatakan bahwa Fahri terpaksa berpacaran dengan pacar sahabatnya hanya karena ingin membuka kedok asli Sasa.

"Anak-anak kok bisa pada tahu alasan Fahri ngelakuin itu"Aza penasaran bagaimana bisa mereka tahu alasan yang sebenarnya bukannya semalam hanya ada mereka bertiga saja di sana.

"Disini mah banyak mata-mata Za, apa lagi kalau berkaitan sama most wanted"

"Gue masih enggak nyangka aja. Padahal semalam yang ada di rooftof cuma bertiga doang enggak ada siapa-siapa lagi. Ehh taunya besoknya kebenarannya udah langsung menyebar gitu aja"gumam Aza yang masih bisa di dengar Sherly.

"Jadi, lo tau langsung dari orangnya Za"ucap Sherly dengan suara yang sedikit keras dan untungnya tidak ada yang mendengar ucapan Sherly dikarenakan suasana koridor sangat berisik.

"Jangan kuat-kuat ngomongnya"Aza menarik Sherly untuk masuk kedalam kelas.

"Semalam waktu kelas kita jamkos, gue milih keluar dari kelas dan pergi ke rooftof untuk tidur di sana. Disaat gue lagi tidur, tidur gue jadi terusik karna dengar suara seseorang. Gue nyarik tuh asal suaranya dari mana dan yah ketemu suara itu berasal dari Adrian sama Fahri. Gue dengar semua yang mereka bicarakan"Jelas Aza.

"Terus lo ketahuan nguping pembicaraan mereka??"

"Lebih tepatnya sih gue yang memunculkan diri"Sherly melongok mendengarkan ucapan Aza.

"Terus lo di marahin enggak??"

"Awalnya sih gue di tuduh nguping sama si Fahri, yah gue enggak terima dong. Gue jelasin kemereka berdua kalau gue udah di sana sebelum mereka datang dan gue juga udah bilang karna suara mereka tidur gue jadi terusik"jelas Aza.

  Bel berbunyi pertanda di mulainnya kegiatan belajar mengajar. Siswa-siswi masuk kedalam kelas masing-masing dan tampaklah koridor yang sepi. Di kelas XI IPA 2 tengah belajar mata pelajaran matematika. Kini teman sekalas Adrian ada yang sudah tertidur di bangku belakang da nada juga yang tertidur dengan menutup mukanya dengan buku yang sudah di taruh berdiri didepan muka. Ada juga yang memaksakan matanya untuk tetap bertahan dari rasa ngantuk dan terus melihat penjelasan sang guru di papan tulis. Adrian dan Fahri termasuk kedalam siswa yang serius menatap penjelasan sang guru walaupun keduanya memiliki IQ yang tinggi. Hingga tak sadar jam sudah berganti menjadi jam istirahat.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga tuh pelajaran"Danil merenggangkan otot-otot tangannya yang merasa pegal karna digunakan untuk menopang kepalanya sebagai bantal tidur di meja.

"Mata gue yang tadinya ngantuk karna merhatiin penjelasan buk Lia jadi segar seketika mendengar bel istirahat"ucap Bila sebelum keluar dari kelas.

  Begitulah kira-kira keluhan teman-teman sekelas Adrian. Bagi mereka pelajaran matematika sangatlah membosankan dan tidak menyenangkan, da nada juga yang berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Adrian dan Fahri berjalan menuju kantin banyak pasang mata yang melihat kearah mereka bahkan ada yang terang-terangan memuji mereka berdua.

"Yaallah calon suami gue gantengnya"

"Masa depan gue cerah ya"

"Gila pesonanya menembus ubun-ubun"

"Damage Adrian coy"

"Fahri mangkin ganteng aja woi"

"Boleh dong adek jadi pendamping abang"

"Emak aing pasti setuju kalau sama yang ini mah"

  Begitulah kurang lebih pujian-pujian yang mereka lontarkan kepada Adrian dan Fahri. Adrian dan Fahri melangkah kearah meja yang berlawanan dari meja yang biasanya mereka tempati dengan membawa pesanan makanan mereka. Mereka menuju meja yang di duduki oleh dua perempuan yang tengah asik menyantap makanan.

"Ketemu lagi"ucap Adrian.

"Ngapai di sini, meja lo kan di ujung sana"ketus Aza.

"Emang kenapa? Bukannya semalam lo bilang tempat ini fasilitas umum ya jadi, bebas dong mau  duduk di mana aja"

"Gue tarik deh kata-kata gue yang kemarin. Mending lo makan di meja lo aja, lo lihat tuh mata fans-fans kalian pada mau keluar dari tempatnya"dagu Aza menunjuk kearah fans-fans mereka berdua

"Ya hitung-hitung sebagai balasan karena lo udah dengar pembicaraan kita berdua jadi, kita boleh gabung makan disini"ucap Fahri setelah dari tadi diam melihat aduh cek cok Aza dan Adrian.

"Kan gue udah bilang kalau gue enggak nguping. Kalian aja yang terlalu berisik"Sewot Aza.

"Dari pada kalian debat, mending nikmati aja makanan kalian"lerai Sherly.

"Oiya kenalin gue Fahri Adelard"Fahri mengulurkan tangannya ke depan.

"Nama gue Sherly Octavia" menerima jabat tangan Fahri.

  Mereka berempat mengobrol hal random setelah selesai memakan makanan yang mereka pesan.

"Ternyata kalian asik ya, gue kira bakal sombong dan enggak mau bergaul sama yang lain. Eh… ternyata enggak, malah kalian orangnya asik dan nyambung aja kalu si ajak ngobrol"ucap Sherly.

"Kalian juga asik di ajkan ngobrol, kapan-kapan bisa kali kita main atau nongkrong sekedar minum teh" Fahri.

"Tinggal atur waktu yang pas aja nanti"ucap Aza.

"Lo juga enggak semenyebalkan yang gue kira"ucap Adrian kepada Aza.

"Lo nya aja yang terlalu cepat menilai gue"

"Sorry. Sekarang kita teman kapanpun kalian butuh bantuan gue atau Fahri tinggal kabari aja. Bagi nomor lo berdua, ya siapa tau butuh"sambungnya lagi.

  Mereka saling memberi nomor masing-masing lalu mereka berempat memutuskan unuk kembali ke kelas masing-masing.

Bersambung

  Kalau kalian suka dengan cerita ini, berilah apresiasi kalian kepada penulis dengan cara memberi bintang dan komen.

 

 

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang