Prolog

473 125 110
                                    

Gadis muda itu memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit. Kaki sudah bergetar diikuti keringat yang bercucuran membasahi tubuhnya. Tidak ada siapa-siapa di lorong gelap itu. Hanya ada dirinya dan ... Wanita yang membawa palu berukuran sedang di tangannya. Wanita itu perlahan berjalan mendekati gadis muda yang sudah dilabeli sebagai mangsa berikutnya.

"M-mau apa kau?! J-jangan sentuh aku!" Teriaknya histeris. Namun wanita yang lebih dewasa darinya itu hanya memukul kecil tangannya dengan palu dan memberikan simrk mengerikannya.

"Hey gadis manis. Jangan takut oke? Aku hanya bermain sedikit denganmu. Permainan yang sangat menyenangkan tentunya." Kekehan kecil keluar dari mulut wanita berjaket kulit hitam itu. Rambutnya ia urai ke bawah. Cantik namun terlihat misterius dan menakutkan.

"P-pergi! Jangan sentuh aku!" Gadis muda yang masih dalam balutan seragamnya itu terduduk dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Bisakah kau diam?! Air matamu itu akan terbuang sia-sia!" Bentaknya karena sudah tidak kuat mendengar isakan yang sangat menusuk telinga itu.

"Hey lihatlah wajah cantikmu itu. Sangat tidak enak dipandang jika menangis seperti ini. Bukankah kau adalah gadis populer di sekolahmu? Apa yang akan dikatakan teman-temanmu jika mereka melihat wajahmu sekarang? Stt ...permainan ini akan menyenangkan. Percayalah."

"Hikss ... tolong lepaskan aku" Wanita itu mulai jengah mendengar isakan gadis muda itu. Karena sudah tidak tahan, ia mengangkat palunya.

"Aku bilang diam!!"

Prak!!

Tewas. Gadis muda itu mati mengenaskan di tangan wanita pembawa palu itu. Kepalanya hancur dan isinya sudah keluar semua. Tengkorak kepalanya berceceran di jalan. Bau darah juga sudah menusuk di indera penciuman.

Dengan emosi yang masih terselubung, wanita itu menarik napas dan mulai meredakan emosinya. Sesaat kemudian senyumnya merekah. Bahkan sangat lebar. Wanita itu mengambil sebuah kantong plastik dan mulai memunguti sebagian isi kepala gadis malang itu. Ia memunguti otak yang sudah berada di tanah, biji mata, dan serpihan tengkorak kepala tanpa ada rasa jijik.

"Wahh sangat indah! Ini akan menjadi koleksi terbaruku!" Setelah melakukan aksinya itu, sebelum pergi ia mengucapkan salam perpisahan pada mayat gadis tadi.

"Maaf gadis manis ... Aku tidak bermaksud. Tapi karena kau sangat berisik,jadilah seperti ini. Sampai jumpa di neraka. Hahahaha!"

***

"Hey kau membawa pesananku?" Tanya seorang pria yang kini duduk di kursi kebesarannya. Sekelompok orang berbaju hitam itu menunduk memberi hormat. Mereka memperlihatkan sebuah peti berukuran kecil dihadapan tuan besar itu.

"Ini gergaji mesin yang tuan inginkan." Pria itu tersenyum penuh arti. Ia bangkit dari kursinya berjalan menuju benda favoritnya. Ia membuka peti itu lalu mengambil sebuah gergaji mesin yang masih baru.

"Hay sayang ... maaf aku harus membuatmu lecet hari ini." Kekehannya mampu membuat semua orang yang ada disana merinding dan bergidik ngeri. Tatapannya pada benda itu seakan memuja.

"Siapkan bonekaku. Aku ingin mencoba alat ini dulu." Perintahnya. Sekelompok orang yang menjadi kaki tangannya itu menunduk lalu pergi meninggalkan ruangan tuan besar. Menyiapkan mangsa yang disebut boneka itu.

Sang tuan besar dengan senyuman khasnya meninggalkan ruangan menuju tempat eksekusi. Tempat favoritnya sejak remaja.

Sesaat ia telah sampai disana, dapat ia lihat dua orang manusia yang sudah terikat. Berpakaian rapi sama sepertinya. Ternyata itu para kolega bisnis yang bekerja sama di perusahaan miliknya.

Melihat si tuan besar datang membawa alat favoritnya, kedua pria tua itu panik dan memberontak minta dilepaskan.

"Lepaskan kami! Apa yang ingin kau lakukan?!" Teriak salah satu dari mereka. Pria yang membawa gergaji mesin itu tertawa jahat. Bahkan mereka dibuat merinding.

"Maafkan aku tuan Bill dan tuan Hawk. Tapi kerjasama kita sampai disini saja."

"Lepaskan kami! Ku mohon ...aku akan melakukan apa saja yang kau mau tuan muda."

"Hmm tawaran yang menarik. Tapi maaf, aku sudah tidak tertarik lagi dengan itu. So ... ada kata-kata terakhir dari kalian?" Tanyanya sambil menyalakan gergaji mesin itu. Ruangan yang gelap sudah bising akibat suara dari alat pemotong itu. Kedua pria tua yang terikat mulai panik dengan keringat sudah membasahi seluruh tubuh.

"J-jangan lakukan itu! Kami tidak salah apa-apa! Tolong lepaskan kami!" Mohonnya lagi.

"Tidak salah? Ahh..biar ku perjelas lagi. Kalian berdua sudah berani memataiku dan ingin menghancurkan perusahaanku. Lalu kau bilang tidak salah? Matilah kau!!" Tanpa aba-aba, gergaji mesin itu telah membelah badan kedua pria tua malang tadi. Emosi yang masih membara membuat pria muda itu belum puas. Ia kembali memotong kedua tangan mayat itu. Dilanjutkan dengan kaki lalu kepala. Darah sudah berserakan dimana-mana. Bahkan wajah tampannya sudah dipenuhi bercak darah korbannya.

Sesaat kemudian, amarahnya pun berganti menjadi tawa yang menggelegar. Dia mengambil kedua kepala pria tua itu dan meludahinya.

"Malangnya nasib kalian. Ini adalah balasan jika kalian ingin macam-macam denganku." Karena masih muak dengan wajah pria tua itu, dia menginjak kedua kepala manusia yang sudah mati hingga hancur berkeping-keping tanpa rasa jijik.

Merasa urusannya telah selesai, ia menyuruh anak buahnya untuk menghilangkan jejak.

Pria itu menampilkan smirk khasnya.

"Ahh ... rasanya sangat menyenangkan.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Annyeong! Welcome to my story. Sebenarnya ini cerita lama yang kembali di publish. Harap-harap kalian suka😊 Oh iya,jangan lupa tinggalkan jejak^^ Terima kasih sudah mampir🙏

Salam sayang author.. 💕

Sweet Psycho || Jeon Jungkook [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang