Blar!
"YOSHAAAAAAA!"
"HEY HEY HEYYY!"seruan itu selalu bergema di ruang gym sekolah fukurodani.
Cowok berambut hitam putih yang berdiri itu menunjukkan wajah semangatnya meski jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh petang.
"Sial pukulan lurusnya Bokuto masih keren saja ya,"puji Konoha sembari nyengir. Dia menghitung satu sampai lima dalam hati untuk memastikan Bokuto yang akan besar kepala setelah ini.
1...
2...
3...
4...
5...
"HEY HEY HEY! TENTU SAJA! AKU KAN ACE LIMA BESAR DI KOTA INI!"Ujar Bokuto dengan bangga. Konoha tersenyum miring,benar kan?
"Nice kill Bokuto-san,"ucap Akaashi dengan senyuman. Cowok bersurai hitam itu selalu kagum dengan ketrampilan Bokuto dalam memukul bola. Menjadi setter sekaligus wakil kapten menjadikannya bisa melihat jarak dekat permainan Bokuto. Dia memang layak masuk urutan 5 besar untuk pemain terbaik di kota.
"ARIGATOU AKAASHI HEY!! INI SEMUA BERKATMU!" Ujarnya dengan bersemangat.
Akaashi tersenyum senang. Dia senang bisa merasa berguna bermain disamping Bokuto.
"Set mu juga bagus Keiji-kun,"puji Wahsio dengan wajahnya yang datar dan penuh keringat.
"Terimakasih pujiannya Tatsuki-san,"ujarnya dengan senyum manis.
Bokuto tiba tiba terdiam. Dia sedikit iri melihat Akaashi yang tiba tiba menjadi dekat dengan Washio itu.
Tapi dia berusaha biasa saja. Mungkin ini efek kelelahan?
"Kerja bagus untuk hari ini. Ayo bereskan peralatan sebelum pulang,"perintah Suzumeda yang selesai membagikan air minum. Disampingnya ada Yukie yang sudah menguap sambil memakan onigiri setelah membagikan handuk.
"Hai!"
Mereka kemudian mulai mengemasi peralatan dan di kembalikan ke gudang penyimpanan klub. Bokuto hendak mengambil pel dalam ruang penyimpanan,dia menarik Akaashi yang masih berbincang dengan Washio sembari menurunkan jaring net.
"Permisi pinjam rekan sebentar,"ucap Bokuto tanpa dosa sembari menarik pergelangan Akaashi ke ruang penyimpanan.
"Ano sa Bokuto-san apa yang kamu lakukan?"tanya cowok itu keheranan.
"Bantu aku membersihkan lantai daripada mengobrol tidak jelas dengan Washio,"ucapnya dengan pelan. Tidak biasanya.
"Tapi aku sedang membantu Wahsio-senpai menurunkan net tadi,kami berniat membawa tiang bersama-sama,"ucapnya menyanggah tuduhan tidak berbukti milik Bokuto.
"Oh? Kalau begitu bantu aku saja. Aku kan juga senpai mu,"ucap Bokuto. Cowok berambut hitam putih itu kemudian mencari pel pelan dibantu dengan Akaashi.
Akaashi hanya menurut. Dia tidak mau Bokuto dalam 'mode emo' dan membuatnya kelelahan membujuk ketika sudah waktunya untuk pulang dan beristirahat.
Dia ingin cepat cepat pulang karena di rumah sedang tidak ada siapa siapa. Ayah ibunya sedang ke luar kota untuk perjalanan bisnis dan dia ditugasi menjaga rumah supaya tidak ada penyusup yang menerobos masuk ke rumah.
Bokuto sedikit menggeser tiang tiang net untuk meraih pel yang bersender memepet dengan tembok. Namun mata bulatnya seketika mendapati objek yang membuatnya tertarik untuk melirik lebih jelas.
Bokuto memiringkan kepalanya bingung. Sejak kapan ada cermin disini? Ini bukan ruang ganti.
Tangannya yang besar menggapai benda itu kemudian membalik balikannya siapa tau ada nama pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Mirror And Two Hearts(BOKUAKA)
Fanfictionketika teenage Bokuto dan Akaashi bertemu adult Bokuto dan Akaashi melalui cermin ajaib yang mereka temui di gudang penyimpanan klub voli. Menjadi perjalanan panjang untuk Akaashi Keiji yang mencari arti sesungguhnya dari perasaanya,dan penantian Bo...