"Huekkk Huekkkk"
Sebuah suara terdengar cukup dekat dengan telinga aldebaran yang sedang terlelap
"Huekkk"
Lagi-lagi suara tersebut makin mendominasi Indra pendengarannya. Ia pun bangun dari tempatnya dan segera menghampiri sumber suara.
"Ini minyak angin nya ndin" ucap Aldebaran pada Andin yang masih menundukkan wajah didepan wastafel
Andin pun mengambilnya lalu mengusap perlahan pada tengkuk dan ujung hidungnya
"Kita tidur lagi ya"
Andin hanya mengangguk lemah lalu Aldebaran pun menggendong nya ke kasur
"nak,jangan rewel ya! Kasian mama kamu mual-mual terus" ujar Aldebaran sambil mencium dan mengelus perut Andin yang berisi calon buah hati mereka
Andin yang melihat adegan Aldebaran mengelus perut Andin itupun tersenyum tipis
"Kamu mau dibuatin teh anget?" Tanya Aldebaran yang masih mengelus perut Andin
"Gausah mas,nanti malah tambah mual" jawab Andin sambil memejamkan mata dan memijat keningnya yang masih pusing
Usia kehamilan Andin masuk bulan ketiga, trimester pertama sudah hampir terlewati. Mual, muntah, pusing, perut kembung adalah santapan setiap hari.
Terkadang Andin hanya diam dirumah dan berjalan kecil di halaman karena Aldebaran tidak mengijinkan Andin kemana-mana. Paling ke sekolah Reyna, itupun hanya hari Kamis dan Jumat. Selebihnya Reyna diantar Mama Rossa.
"ya udah kalau gitu, kamu tiduran lagi ya!" Ucap Aldebaran sambil menyelimuti tubuh Andin yang terbalut kimono berwarna putih..
"massss" panggil Andin
"humm"
"pengen di peluk mas" ucap Andin manja ke Aldebaran
"ya udah sini" ucap Aldebaran sambil bergeser lebih dekat ke Andin
Mereka pun mulai memejamkan mata,berusaha mengistirahatkan tubuh yang penat
10 menit berlalu, namun Andin belum bisa tidur, Ia pun hanya diam dengan tubuh yangmemeluk Aldebaran sambil melihat tiap sudut wajah Aldebaran.. sedangkan Aldebaran sudah terdengar mendengkur sambil tetap memeluk tubuh istri tercintanya.
"Mass...Mass bangun, aku gabisa tidur" ucap Andin pelan dan penuh ragu, takut-takut kalau ia akan mengganggu waktu istirahat Aldebaran
"Mmmm...ada apa lagi Ndin?" Jawab Aldebaran sambil kembali membuka matanya lalu memandang wajah Andin yang terlihat cemas
"Aku gabisa bobo,kamu temenin ya" ujar Andin dengan wajah memelas dengan pipi yang membulat karena efek dari kehamilannya
"Oke..oke aku temenin"
"Aku mau kita tukeran cerita masa kecil deh mas, pasti seru tuh! Biar dede juga denger cerita mama papa nya" cerocos Andin sambil tersenyum lebar lalu mengubah posisinya menjadi duduk dan menyandar pada kepala ranjang
Aldebaran menarik napas dalam sambil mengikuti kemauan Andin, Ia pun mendudukan tubuhnya sambil menatap manik mata istrinya
"Jadi... aku dulu ya yang cerita" ucap Andin sambil memposisikan tubuhnya agar merasa nyaman sambil sesekali mengelus pelan perutnya
"Dulu pas aku usia 5 tahun, aku pernah juara mewarnai lho mas! Dapet hadiah berfoto gratis sama keluarga" celoteh Andin sambil tersenyum kecil
Aldebaran hanya menatap istrinya sambil ikut tersenyum
"Tapi... Pas aku ajakin foto, mama gamau ikut" ucap Andin. "Jadi akhirnya aku foto cuma berdua sama papa" lanjutnya dengan nada yang sedikit berubah
Aldebaran yang paham pun langsung menyentuh pipi Andin yang matanya mulai terlihat memerah
"Miris ya mas,masa kecil aku...Hiksss" tirta bening Andin pun berangsur turun menuju pipi hingga menyentuh ujung jempol Aldebaran
Tanpa sepatah katapun Aldebaran langsung memeluk tubuh Andin sambil mencium kening istrinya itu
"Udah ya,kamu jangan ingat-ingat masa seperti itu, sekarang kamu bahagia bersama Saya, Mama, Reyna dan calon anak kita" ujar Aldebaran sambil berbisik ke telinga Andin tanpa melepas pelukan mereka
Andin pun menarik napas dan mulai melepaskan pelukan suaminya. Ia lalu mengusap wajah dan menghapus air mata kesakitan masa kecilnya. Mungkin karena sedang hamil, jadinya ia lebih sensitif terhadap apapun, termasuk masalah masa lalu yang dirasa menyakitkan akan kembali membuat Andin menangis.
"Sekarang kamu gantian yang cerita mas.. aku pengen denger" ucap Andin sambil kembali menyandarkan tubuh pada kepala ranjang, mood nya memang cepat membaik dan cepat juga memburuk
"Jadi...dulu saya pernah hilang di mall waktu usia 7 tahunan,lepas dari pegangan mama" ucap Aldebaran yang membuka cerita masa kecilnya. "Saya nya juga sih yang nakal,mama bilang jangan kemana-mana tapi malah pengen cari mainan yang sama seperti iklan di tv" lanjutnya sambil senyum-senyum mengingat kejadian masa kecilnya itu
"Terus gimana mass? Kamu nangis?" Tanya Andin sambil membulatkan kedua matanya pertanda penasaran dan tertarik dengan cerita masa lalu Aldebaran
"Aku celingukan cari Mama sambil teriak-teriak ga jelas dan akhirnya nangis"
"Dengerin tuh sayang,papa kamu lucu ya! Ternyata Seorang Aldebaran Alfahri yang jago bela diri, ehh...pernah nangis di mall" ledek Andin dengan candaan khas-nya dan juga elusan abstrak pada perutnya yang mulai membuncit
"Apaan sih Ndin? Itukan masa kecil saya. Lagian apa hubungannya kemampuan bela diri sama hilang di mall?" Aldebaran yang merasa malu dan gengsi pun malah membalikkan pertanyaan pada Andin
"Uhhh sayangnya aku ngambek yaa... Maaf dehh maaf sini aku peluk duluuu" bujuk Andin sambil masih tersenyum lebar lalu mengikis jarak dengan Aldebaran seraya memeluk erat tubuh suaminya
"Ayo lanjutin lagi dong mas...akhirnya kamu ketemu lagi sama mama dimana?" Tanya Andin masih penasaran dan posisi mereka yang masih berpelukan dengan kepala Andin yang menyandar pada bahu lelaki disampingnya
Aldebaran mengelus pelan kepala Andin lalu menyentuh perut istrinya itu membuat Andin memejamkan mata,merasa nyaman ketika Aldebaran memperlakukannya seperti ini
"Oke saya lanjutin cerita..." Jawab Aldebaran dengan memberi jeda untuk kembali bercerita
"Jadi setelah saya nangis tiba-tiba ada yang nyentuh bahu saya. Ternyata seorang ibu yang nanya saya kenapa nangis. Awalnya saya ragu mau ngasih tau,takut ibu itu malah berniat jahat. Tapi dia ngeyakinin saya dan akhirnya saya cerita kalo saya lagi cari Mama"
"Mmm terus?"
"Dia bawa saya ke bagian informasi dan saya pun ditanya nama lengkap,alamat dan nama orangtua. Saya jawab dengan jelas sambil masih sedikit sesenggukan. Cukup lama saya nunggu mama dan ibu itu kemudian pamit katanya harus buru-buru pulang,saya jadi dititip di bagian informasi terus mama datang dengan muka cemasnya dan langsung peluk.Disitu saya ngerasa seneng sekali, akhirnya ketemu lagi sama mama yang datang sambil bawa mainan yang saya inginkan. Mama berterimakasih pada orang-orang disana dan kami pun pulang"
"Tau nggak Ndin, pas dirumah saya jadi lebih nempel ke mama. Sampe Roy cemburu sama saya tapi akhirnya berhasil ditenangkan sama papa"
"Jadi gitu,cerita masa kecil saya Ndin, kamu suka?" Tanya Aldebaran sambil mengelus pipi Andin yang masih betah menyandarkan kepala pada bahunya
"Ndinn... Saya udah selesai ya ceritanya" ujar Aldebaran lagi
Namun Andin tetap tidak menjawab lalu Aldebaran pun menyangga kepala Andin dengan sebelah tangannya dan melihat ternyata mata Andin sudah terlelap dengan rambut yang sedikit menutupi wajahnya
Aldebaran pun membaringkan tubuh Andin secara berhati-hati lalu mengusap perut istrinya sambil menyelimuti tubuh Andin
"Kamu itu lucu ya, saya cerita panjang lebar malah ditinggal tidur. Tadi saya nggak akan lanjutin ceritanya malah kamu paksa suruh lanjutin. Dasar bumil!" Monolog Aldebaran sambil memandang wajah Andin yang sedang terlelap
"Ndin, pokoknya saya akan berusaha membuat kamu bahagia setelah kamu melewati bertahun-tahun kisah kelam yang membuat kamu sering menangis sampai mental kamu kena. Saya pastikan kamu nggak akan mengalami hal itu lagi. Have a nice dream, Ndin! saya mencintai kamu !"
Aldebaran pun kembali tidur disamping Andin dan mereka terlelap menjelang hari yang sudah mulai berganti.
- Selesai -
"Disaat bibir bisa berkata memaafkan,disaat itulah hati berperang dan otak tidak akan melupakan" // Aldebaranthis short story made by buguru kiddyhouse (tw/ tehalbukanmasal)
hai semua! untuk temen temen yang punya short story Aldebaran Andin bisa chat aku lewat dm wattpad ini ya! thank youuu!