Sembilan

205 27 28
                                    

"Kau mau ke mana?" tanya Moza saat melihat Hara sedang merapikan rambutnya di depan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mau ke mana?" tanya Moza saat melihat Hara sedang merapikan rambutnya di depan cermin.

"Mengajari Rafael naik sapu terbang," jawab Hara sekenanya. Ia mengumpulkan rambutnya menjadi satu, ia menggeleng lalu melepaskannya kembali. "Wajahku terlalu besar," gumamnya pelan.

"Oh begitu rupanya ...."

Hara menoleh pada Moza. "Begitu apanya?" tanyanya lalu kembali mengotak-atik rambutnya.

"Kau mulai menyukai Rafael."

Satu kalimat itu sukses membuat pergerakan Hara terhenti. "M-maksudmu? Berhentilah bercanda!"

Moza mengedikkan bahunya tak acuh. "Biar kutanya, sudah berapa lama kau tidak memikirkan pangeranmu itu?"

"Pangeranku? Siapa?"

"Tuhkan ... tuhkan! Apa kubilang! Kau benar-benar sudah melupakan Yerikho dan mulai membuka hati pada Rafael!" kata Moza heboh.

Sontak Hara terdiam.

"Kenapa wajahmu begitu? Bukankah bagus? Cepat atau lambat, kau memang harus melupakan perasaanmu pada Yerikho."

Hara membenarkan perkataan Moza dalam hati, tetapi ia tetap tidak memberikan respon.

"Menurutku, Rafael juga tidak buruk," kata Moza lalu kembali lanjut merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang terbuat dari kapas awan.

Hara menarik napas dalam lalu bergumam dengan suara pelan, "Menurutku juga begitu."

***

"Selamat siang!" sapa Rafael begitu Hara menampakkan wajahnya.

"Siang," balas Hara lesu.

"Ada apa denganmu?" tanya Rafael bingung.

"Tidak ada. Ayo kita mulai pelajaran hari ini." Hara mengeluarkan sapu terbangnya.

Rafael menggeleng. Ia mendekat ke Hara dan mengangkat dagu gadis itu hingga menatapnya. Mata mereka bertabrakan. Hara menelan ludahnya susah payah. Entah mengapa ... jantungnya berdebar tak karuan saat ini.

"Kau sakit? Mengapa pipimu merah sekali? Aku juga mendengar jantungmu berdebar sangat kencang," kata Rafael panik.

Hara menepis tangan lelaki itu dan mundur menjauh beberapa langkah. Ia menggeleng. "Tidak apa-apa, hanya saja hari ini sedikit panas."

"Oh ya?" Rafael mendongak ke atas langit. Matahari memang sedikit terik siang hari ini.

"Kalau begitu, kita belajar di malam hari saja."

"Belajar apa di malam hari?" celetuk Hara tanpa sadar. Pipinya kembali memerah.

Rafael menatap Hara aneh. "Kau memikirkan apa? Aku hanya kasihan padamu yang kepanasan." Tepat setelah mengatakan itu, Rafael langsung tersenyum aneh. "Jangan-jangan kau ...."

"Tidak. Kita belajar sekarang! Kejar aku!" Hara langsung menaiki sapu terbangnya dan bergerak dengan cepat di atas udara.

Rafael yang sudah mempelajari cara menaiki sapu terbang selama tiga hari penuh pun mengejar Hara tak kalah semangat. Mereka menghindari pohon-pohon lebat yang menghalangi jalan dengan luwes.

"Jadi ... apa yang sebenarnya kau pikirkan tadi?" tanya Rafael saat dirinya sudah menyusul Hara.

"Tidak ada," jawab Hara malu.

"Kau jawab apa? Aku tidak dengar!" kata Rafael sedikit mengeraskan suaranya.

"TIDAK ADA!" teriak Hara mulai kesal.

Rafael terkekeh. "Tidak usah malu begitu. Waj— WAAAA!" Ucapannya terpotong saat mendadak menyadari dirinya nyaris menabrak seekor burung.

Hara terbahak kencang. "Makanya berhenti berbicara omong kosong dan fokuslah ke depan."

"Bagaimana aku bisa fokus ke depan jika ada bidadari cantik di sebelahku?" tanya Rafael mengedipkan sebelah matanya.

Hara berdecih lalu melajukan sapu terbangnya kencang, meninggalkan Rafael yang menertawainya.

***

"Kau sudah makan? Mau makan bersama?"

Saat ini, mereka sedang berada di koridor dengan Rafael yang terus berusaha menyusul langkah Hara.

"Tidak."

"Oh, ayolah! Kita belum pernah makan bersama bukan?" Rafael masih setia membujuk.

"Tidak mau." Hara tetap menolak.

Tiba-tiba Rafael menghentikan langkahnya membuat Hara yang sudah beberapa langkah di depannya ikut berhenti dan berbalik.

"Ada apa?" tanyanya sedikit khawatir saat melihat pandangan laki-laki itu kosong.

Tidak mendapat jawaban, Hara masih setia menunggu hingga laki-laki itu menoleh padanya.

"Ada masalah di pack. Aku harus kembali. Kau tidak apa-apa, 'kan?" tanya Rafael memegang bahu Hara.

Gadis itu menggeleng. "Masalah serius kah?" tanyanya ragu.

Rafael menggeleng dengan senyuman tipis di bibirnya. "Tidak ada masalah serius untukku kecuali itu dirimu."

Hara berdecak dengan raut kesal, walau ia merasa hangat di dalam hatinya.

"Kau jaga diri baik-baik. Jika ada yang terjadi, segera kabari aku," pesan Rafael seraya meremas bahu Hara pelan.

Hara menghela napas. Ia melepaskan tangan Rafael dari bahunya. "Kau yang seharusnya jaga diri baik-baik dan berhati-hati."

Rafael tersenyum. Ia mengacak rambut gadis itu penuh kasih sayang. "Aku akan segera kembali," ujarnya lalu berbalik pergi.

Hara menarik napas dalam-dalam. Entahlah ... ia merasa sedikit tak rela saat Rafael meninggalkannya. Apa benar, ia telah menyukai lelaki itu?

Bersambung~

.
.

Menurut kalian gimana, nih.
Apa Hara sudah mulai suka sama Rafael? Atau masih belum?

Jangan lupa vote dan comment-nya yaa!

.
.

~Thanks, God:)

She is My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang