Empat belas

87 8 3
                                    

Rafael menatap sosok di depannya dengan tatapan tajam. Sudah ia duga, berpencar benar-benar bukan pilihan tepat. Dugaannya langsung dibuktikan dengan kehadiran dua rogue di depannya saat ini. Ia mempererat genggamannya di tangan Hara saat merasakan tatapan rogue itu mengarah pada gadis yang kini ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Lihat ... ternyata rumor yang beredar itu benar. Alpha dari Redlow Pack sedang mengejar cintanya," ujar salah satu rogue yang tampak menyeramkan dengan kumis tipisnya.

Kedua alis Rafael menyatu. Lalu tersenyum miring. "Ternyata kisah cintaku sangat terkenal, ya? Well, ketenaran yang kudapat karena wajah tampan ini memang cukup merepotkan," katanya sambil terkekeh sinis.

Rogue lainnya ikut terkekeh, namun tersirat merendahkan yang terdengar menyebalkan di telinga Rafael dan Hara. "Kau tahu bukan hutan ini juga termasuk salah satu daerah rogue?" tanya rogue itu.

Rafael mengerutkan dahinya. "Hah? Aku tidak salah dengar? Bukankah rogue hanya serigala yang sudah diusir dari pack-nya dan berakhir menjadi serigala liar? Bagaimana kalian melabel tempat ini menjadi daerah kalian begitu saja?"

Dua rogue itu menggeram, tampak tersinggung dengan pernyataan Rafael barusan.

"Serigala angkuh sialan," umpat rogue dengan kumis tipis itu.

"Oh ayolah, aku hanya berbicara kebenaran," sahut Rafael santai.

Hara yang berada di belakang laki-laki itu mulai merasa cemas saat merasakan ketegangan di antaranya. "Aku mau pulang," bisiknya dengan nada memohon, seolah meminta Rafael untuk berhenti memprovokasi dua serigala liar di depannya.

Rafael menoleh dengan tatapan hangat. "Iya, sebentar lagi kita pulang," balasnya berbisik, tak lupa sedikit usapan yang ia beri pada punggung tangan Hara, berusaha menenangkan gadis itu, kemudian kembali menatap ke depan.

Tatapannya tegas, tidak terlihat ragu ataupun ragu. "Baiklah baiklah, ini daerah kalian. Karena ini daerah rogue, maka aku sebagai seorang Alpha dari Zero Pack akan pergi. Kami tidak akan mengganggu daerah kalian. Kami pamit, oke?"

Baru saja Rafael dan Hara hendak melangkahkan kakinya pergi, suara salah satu rogue itu menghentikan keduanya. "Setelah memasuki daerah kami, kau pikir, kalian bisa pergi begitu saja dengan mudah?"

Rafael menghela napas. Sudah ia duga tidak akan semudah itu. Pria itu berbalik, menghadap ke arah Hara dengan senyuman lebar--senyuman yang membuat perasaan Hara menjadi tidak enak.

"Hara," panggil Rafael menambah kecemasan Hara, "kau ingat hafalan mantra yang kau ajarkan padaku minggu lalu?" tanyanya.

Hara mengernyit. "Yang mana?" Ia tidak ingat. Ia mengajarkan banyak mantra pada Rafael minggu lalu.

"Yang sangat susah kuhafalkan. Des apa Mos apa lah itu," kata Rafael yang masih susah mengingatnya.

"Maksudmu desaparezcamos?" tanya Hara, "Apa rencanamu sebenarnya?" lanjutnya berbisik.

Rafael tersenyum. "Aku akan menyusulmu, oke?"

Hara menggeleng saat mulai memahami maksud Rafael. "Tidak mau," tolaknya mentah-mentah.

"Kau percaya padaku, bukan?"

Hara menghela napas panjang. "Rencana yang gila, Rafael," katanya, namun pada akhirnya mengangguk.

Rafael tersenyum puas. Ia menepuk pelan pucuk kepala Hara. "Gadis pintar," pujinya, kemudian kembali menghadap dua rogue dengan tatapan tajam.

"Aku ingin lihat, sesusah apa keluar dari daerah serigala liar ini," ucap pria itu dengan senyuman sinis, kemudian berganti tubuh menjadi wujud serigalanya.

Owen--serigala Rafael--melolong keras, memberi tanda pada Hara untuk segera merapalkan mantra yang sudah mereka bahas tadi. Gadis itu berdecak, kemudian memejamkan matanya. Bertepatan dengan itu, Owen segera melompat ke arah rogue, berusaha menjauhkan dua serigala liar itu dari Hara.

Bibir Hara mulai bergerak. Namun, bukannya menyebutkan desaparezcamos, desaparezcamos y muévase--mantra yang dapat membuatnya menghilang dan berpindah, ia malah meneriakkan, "Propagación Del Fuego!"

Owen yang sedang sibuk bertarung dengan rogue menoleh kaget saat mendengar mantra yang belum pernah ia dengar keluar dari bibir Hara--tidak sesuai hasil diskusi awal. Tiba-tiba dari seluruh arah, api besar mulai mengelilingi mereka dan menjalar semakin mendekat dan membesar. Melihat itu, kedua rogue dan Owen sama kagetnya. Sementara Hara mulai menarik tubuh serigala Rafael menjauh ketika fokus rogue itu terpecah.

"Seberapa cepat larimu?" bisik Hara pada Owen, "Kau yakin padaku, 'kan?" tanyanya gantian. Namun, serigala Rafael hanya melolong tidak jelas--entahlah, Hara tidak mengerti bahasa serigala.

Tanpa membuang waktu, Hara segera melompat naik ke punggung Owen, kemudian berujar, "Ke arah sana!" Jarinya menunjuk ke arah Timur.

Mengikuti perintah Hara, Owen berlari ke arah Timur. Saat semakin dekat dengan api yang berada di sisi Timur, anehnya kobaran api itu mulai membelah, memberikan sedikit ruangan agar Owen dapat melewatinya, kemudian menyatu kembali--menahan kedua rogue itu agar tidak dapat mengejar Hara dan Rafael.

Serigala Rafael melaju dengan kencang tanpa berhenti, hingga mulai memelan saat sampai di titik awal sebelum memasuki hutan liar itu. Setelah Hara turun dari punggungnya, Rafael kembali mengubah wujudnya ke bentuk manusia.

"Kau gila?" bentak Rafael tanpa sadar.

Hara terdiam dengan kedua bola mata kaget. Bukan ini tanggapan yang ia harapkan dari Rafael.

"Bukankah kita sudah sepakat, aku mengalihkan perhatian dua rogue sialan itu dan kau menggunakan mantra menghilang itu untuk kabur. Bagaimana bisa-bisanya kau malah ...."

Hara mengerutkan dahinya. "Apa tidak mungkin meninggalkanmu di sana sendirian melawan dua serigala liar."

"Aku sudah bilang, aku akan menyusulmu. Aku juga sudah bilang untuk percaya padaku. Hara, apa sesusah itu untuk percaya denganku?" tanya Rafael seraya mengacak rambutnya asal.

"Lalu, bagaimana denganmu? Sesusah itukah hanya berterima kasih padaku?" Hara balik bertanya. Gadis itu tampak menahan tangis. "Aku hanya tidak mau meninggalkanmu dalam bahaya sendirian. Mengapa kau sangat marah akan hal itu? Aku hanya cemas dan peduli denganmu. Jika boleh memilih, aku juga tidak mau. Namun, hatiku ... hatiku dan otakku tidak bisa berhenti memikirkan dan mencemaskanmu akhir-akhir ini. Apa semua itu salahku?"

Rafael terdiam. Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Hara tampak berusaha menenangkan diri dan menahan air matanya. Hingga pada akhirnya Rafael melangkahkan kakinya mendekat, dan menarik Hara ke dalam dekapannya.

"Apakah aku boleh mengartikan pernyataanmu barusan sebagai balasan atas perasaanku?"

She is My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang