Suasana di kediaman mewah itu terasa sunyi ketika Shin Hye menampakan kaki di dalam. Ia melangkah pelan menengok kesana kemari memastikan jika tidak ada siapapun yang menunggu kepulangannya.
Tiga langkah lagi ia sampai di dekat tangga, suara tegas dari sang Appa sontak berhasil menghentikan pergerakan Shin Hye.
"Kau baru pulang, Shin?" tanya Park Si Hoo seraya berjalan menghampiri puterinya.
Shin Hye membalikan tubuh ke belakang sambil menganggukkan kepala kecil.
"Appa belum tidur?" Shin Hye bertanya balik.
"Appa baru saja mau tidur. Mengapa kau memakai jaket eoh? Apa kau sakit?"
Shin Hye langsung mengelak cepat, "Ti-tidak. Hm ... bajuku basah, ya pegawai tadi tak sengaja menumpahkan minuman dan ... sehingga temanku yang meminjamkan jaket ini, seperti itu ceritanya." Shin Hye menggigit bibir berharap cemas melihat ekspresi sang ayah yang seakan curiga dengan kondisinya.
"Appa percaya padamu. Sekarang lebih baik kau bersihkan tubuhmu lalu istirahat segera,"
"Arrasseo, Appa."
"Appa akan tidur sekarang. Selamat malam ..."
"Eoh, selamat malam, Appa."
Pandangan Shin Hye mengikuti kepergian sang ayah yang lebih dulu memasuki kamar. Setelah itu, ia berjalan cepat menuju kamar dan menutup pintu rapat-rapat.
Shin Hye membuka jaket yang ia kenakan, ia berdiri di depan cermin sambil melihat penampilannya di pantulan kaca. Satu tangannya yang bebas mengusap tanda merah di area lehernya. Ia menghela napas lemah, kemudian ia teringat sesuatu dan langsung meminta seseorang untuk segera datang ke kamarnya.
Sepuluh menit berselang Hyera sang asisten rumah tangga memasuki kamar Shin Hye.
"Ada apa Nona memanggil saya?"
Shin Hye ragu untuk mengatakan kejadian yang sudah ia alami bersama Yong Hwa. Ia terdiam beberapa saat, setelah berpikir matang-matang tak ada salahnya ia menceritakan pada Hyera toh Shin Hye yakin Hyera pasti bisa menutup mulut dan tidak menceritakan soal ini kepada ayahnya.
"Aku membutuhkan bantuanmu. Begini ... apa kau tahu bagaimana cara menghilangkan tanda-tanda merah ini?"
Pandangan Hyera membulat ketika Shin Hye dengan sengaja memperlihatkan lehernya yang di penuhi jejak kemerahan.
"Nona Park ... ada apa dengan lehermu itu?"
"Kau pasti sudah mengerti, bibi. Ayolah bantu aku supaya jejak-jejak ini bisa segera menghilang." Shin Hye merengek manja.
"Apa Nona sudah melakukannya?" dengan hati-hati Hyera bertanya.
"Kami tidak melakukannya. Kami hanya berciuman saja, tidak lebih. Yong Hwa masih bisa menghargaiku,"
Hyera mengelus dada dengan napas yang melemah.
"Jadi, kau mau kan membantuku? Satu lagi tolong rahasiakan masalah ini dari Appa. Aku sengaja menggunakan jaket ini saat pulang. Tidak mungkin kan Appa melihat semuanya, bisa-bisa masalah besar akan terjadi di rumah ini." gumam Shin Hye. Ia meringis membayangkan perbuatan yang bisa saja membuat keluarganya malu.
Meski dalam lubuk hatinya ada rasa bersalah karena telah berbohong kepada ayahnya. Namun, semua itu Shin Hye lakukan demi kebaikan bersama. Ia juga tidak ingin mengecewakan sang ayah hanya karena sikap liarnya bersama Yong Hwa.
"Baiklah, Nona. Saya akan membantu menghilangkan tanda merah itu,"
Bibir Shin Hye tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. Ia segera meraih sebelah tangan Hyera dan membawanya ke meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Psychopath
FanfictionPark Shin Hye, seorang wanita cantik keturunan keluarga kaya yang sangat terpandang. Ia merupakan satu-satunya anak tunggal dari pasangan keluarga Park. Shin Hye memiliki kepribadian yang baik, ramah, anggun, sekaligus menawan. Dan siapa sangka suat...