Bisikan

8.8K 711 28
                                    

Warga yang terdiri dari bapak-bapak nekat meronda ke sekitar rumah Nek Ipah, salah satunya adalah Pak Kasdi, ayah Fahrul.

"Bapak mikirnya, kalau jalan rame-rame gak bakal ada gangguan," ucap Fahrul.

"Tapi ternyata tetep aja ada gangguan," sambungnya.

"Gangguannya gimana?" tanya Indra.

"Tuk! Tuk! ...." Fahrul menirukan bunyi sesuatu.

Tuk!

Terdengar bunyi seperti kerikil terjatuh dari atap rumah Nek Ipah. Warga yang meronda pun saling bertatapan, memastikan apa yang di dengarnya tidak salah.

"Aduh!" teriak Pak Kasdi saat kepalanya terkena kerikil. Pada saat posisinya tepat di dekat teras rumah Nek Ipah.

Brug! Brug!

Terdengar suara bergemuruh dari atas atap. Sontak pandangan mereka pun melihat ke sana. Ternyata ada benda berukuran besar jatuh terguling hingga ke tanah. Bentuknya seperti guling.

Pak Jamal menyorotkan lampu senter ke arah benda tersebut. Warnanya putih kecoklatan.

"Siapa yang jemur guling malem-malem?" tanya Pak Kasdi.

"Kayanya bukan guling deh," balas Pak Jamal.

Benar saja, dalam hitungan detik, benda itu bergelending ke arah Pak Jamal. Baru behenti bergerak tepat di bawah kakinya.

Pak Jamal mundur perlahan. Diikuti dengan peronda lainnya. Namun, benda itu kembali menggelinding mengejar mereka.

Pak Jamal memberanikan diri menyambut kedatangan benda itu. Sementara itu, Pak Kasdi dengan yang lainnya mengambil jarak agak jauh di belakang.

Angin berhembus cukup kencang. Tercium bau busuk yang menyengat. Tentu baunya berasal dari benda itu. Benda itu berputar 180 detajat.

"Jangan lari! Bantu saya," ucap Sosok yang ada di balik benda itu. Ternyata itu adalah pocong Nek Ipah.

"Jangan ganggu warga sini!" teriak Pak Kasdi.

"Bantu saya," ucap Nek Ipah.

"Bantu apa?" tanya Pak Jamal.

Nek Ipah menatap tajam. Matanya merah menyala. Sebuah tatapan yang penuh amarah. Lalu dia tertawa melengking dan menghilang.

"Jadi? Minta bantuan apa?" tanyaku penasaran.

"Gak tau, Dan," balas Fahrul.

*

Pagi harinya, saat aku sudah berangkat sekolah. Ada pertemuan dadakan di rumah Pak RT. Yang dihadiri oleh warga yang semalam meronda.  Kebetulan Indra ada di sana. Dia pun menceritakan kegaduhan yang terjadi di rumahnya.

Warga saling berdebat mempertanyakan maksud dari teror yang dilakukan Nek Ipah. Padahal mereka sangat yakin, tidak memiliki masalah apa-apa dengan Nek Ipah. Sikap warga pun selama ini sangat baik padanya. Salah satu warga menduga ini tentang proses pemakaman yang kurang benar.

"Coba diingat-ingat! Waktu dikubur, tali pocongnya dilepas gak?" tanya Pak Jamal. Namun tidak ada satupun orang yang hadir dapat memastikan hal itu.

Tak lama, Pak Ustad datang untuk menenangkan warga.

"Itu bukan arwah Nek Ipah," ucapnya.

"Saya liat mukanya seperti Nek Ipah, Pak Ustad," balas Pak Jamal.

"Arwah orang yang meninggal sudah ada di alam barzah. Itu hanya ulah jin yang menyerupainya saja," jelas Pak Ustad.

TEROR NEK IPAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang